Meet Him and Leave Him (Really?) Chapter 13 END

Judul   : Meet Him and Leave Him (Really?) Chapter 13

Author : BaoziNam

Main Cast :

-Cindy Chou (OC)

-Tao as Zitao

-D.O as Kyungsoo

-Luhan as Luhan

-Kris as Kris

-Park Chanyeol as Chanyeol

Additional Cast :

-Luna f(x)

-Jessica SNSD

-Sandara 2NE1

-Jiyoung (G-Dragon) Big Bang

Length : Chapter

Genre  : Friendship, Mystery, Romance

Rating : Teen

Disclaimer : Cerita benar-benar keluaran dari otak saya. All cast cuma pinjem, sewaktu-waktu bisa dikembalikan (?). ASLI!.

*****

Satu persatu kertas ditangan Cindy berjatuhan ke dalam api yang dengan senang hati menghanguskan benda itu. apinya semakin membesar ketika Cindy menjatuhkannya. Masih banyak kertas yang harus ia bakar. Cindy mulai mengantuk dan beberapa kali menguap lebar. Kris yang sedang asyik minum kopinya sambil memandangi Cindy dari jauh, kemudian mendengus lucu kearahnya. Kris meletakan gelas kopinya di atas meja kecil disampingnya kemudian berjalan mendekati Cindy. Matanya melirik sisa kertas di sampingnya dan mengambil segenggam tangannya. Cindy tersentak begitu melihat sebuah kertas lain masuk ke dalam bara api yang bukan berasal dari tangannya.

“Kau bisa melakukannya besok pagi. Besok kan minggu.” Kris kemudian terkekeh melihat Cindy terkantuk-kantuk.

Cindy berdiri di hadapan Kris dengan mata tertutup. “Kau mau membantuku?”

“Apa itu? Membakar semua ini? atau membantumu pergi ke kamar?” tanya Kris yang diakhiri dengan senyum jahil.

“Aku setuju yang terakhir.”

Dengan sigap Kris menangkap tubuh Cindy yang terhuyung kebelakang. Kedua matanya tertutup dan terdengar dengkuran kecil dari mulutnya. Merasa sebelah tangannya tidak cukup kuat untuk menopang Cindy, ia mencoba menggunakan dua tangannya. Kertas-kertas ditangannya langsung ia lempar ke api kemudian memeluk Cindy.

“Kau menyusahkan, Chou. Tidak ada cara lain selain menggendongmu ke kamar,” gumam Kris mengeluh.

Lengan kirinya melingkari kedua lutut bawah Cindy sementara tangan kanannya melingkar di leher Cindy. Kris mencoba mengangkat Cindy sekuat tenaga. Kemudian ia membawa Cindy ke dalam rumah. Akhirnya Kris menempatkan Cindy di atas sofa, bukan di kamar seperti yang ia gumamkan tadi. Ia tidak tahu persis dimana letak kamar Cindy.

Beberapa menit kemudian ia kembali dari ruang laundry sambil membawa sebuah bantal dan selimut biru tebal. Kris berusaha membuat Cindy senyaman mungkin dan tidur nyenyak sampai esok pagi. Kris duduk di tepi sofa, memandangi wajah Cindy yang terlelap dalam damai. Dia tidak sadar kalau senyumnya mengembang kecil di bibirnya. Sebelum meninggalkan Cindy, Kris menyempatkan diri untuk menaikan selimut gadis itu sampai ke batas leher. Sampai pagi Kris membakar kertas-kertas itu.

*****

Cindy akhirnya terbangun. Hal yang pertama kali ia lihat adalah jam dinding yang sudah menunjukan jam delapan lewat empat puluh tiga menit. Tangannya menyibak selimut dan baru tersadar dirinya sudah di sofa. Ia kira ia akan tidur diluar, karena seingatnya ia jatuh di taman belakang bukan di sofa.

Perhatiannya teralih lagi saat menyadari ada sosok yang sibuk di dapurnya. Ia menoleh ke dapur dan mendapati Kris disana. Langkahnya seakan menuntut dirinya ke dapur. Cindy menyandarkan badannya di bingkai pintu, menatap Kris dengan tatapan ngantuk.

“Kau sudah bangun?” tanya Kris basa-basi.

“Hmm.”

“Aku sedang membuat sarapan. Kau mau makan apa?”

“Hmm…” Cindy menaruh telunjuknya di dagu dan memandang ke atas. “Usus sapi dan hati ayam. Kalau ditambah soju kayaknya enak.”

Ya, ya, ya. Ini masih pagi. Kenapa wajahmu seperti om-om, huh?” ledek Kris sambil terkekeh geli. Cindy mengikuti Kris duduk di kursi dan berhadapan.

“Aku ingin itu sekarang,” rengek Cindy sambil menopang pipinya di atas meja dengan kedua tangannya, membuat bibirnya mengerucut lucu. “Belikan.”

“Tidak.” Kris menggeleng mantap.

“Tidak asik.” Cindy makin merengek. Sekarang dia berlagak tidak mendengar Kris dengan menutup kedua kupingnya dan menatap ke arah lain.

“Kau marah?”

Cindy masih tetap pada aktingnya.

“Wah, sayang sekali. Aku malah ingin pergi mencari sarapan di luar. Mungkin Beef Steak enak untuk sarapan. Atau Sunny Egg? Ah, aku lapar.” Kris mulai meracau tentang makanan yang anehnya bisa membuat Cindy goyah dan berpikir lagi untuk tetap seperti ini atau menyerah pada orang itu.

“Dimana kunci mobilku, ya?” gumam Kris dengan suara sengaja dikeraskan.

“YA! Jangan tinggalkan aku! Kau jahat, Kris!” Cindy buru-buru beranjak dari kursi dan berlari mengejar Kris yang sudah siap akan pergi.

*****

Chanyeol terus melihat jam tangannya kemudian menengok ke kiri dan ke kanan. Dia baru saja datang. Tapi, lagaknya seperti dia sudah menunggu selama satu jam. Sesekali Chanyeol berlatih ngomong kepada angin dan menghembuskan napas berat. Jantungnya tidak pernah bisa diam. Berdetak terlalu cepat setiap detiknya, membuat dadanya sedikit nyeri.

Tangan kirinya bergerak keluar dari dalam saku jaket sambil mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah marun berhiaskan pita pink. Chanyeol tersenyum saat membayangkan Cindy menerima kotak ini dan menggunakan barang yang ada didalamnya. Untuk saat ini Chanyeol begitu bangga dengan dirinya yang bisa membelikan hadiah untuk Cindy selama dua tahun bertunangan. Hadiah pertama yang diterima Cindy nantinya.

“Chanyeol!”

Si pemilik nama langsung menoleh begitu namanya disebut. Ia berdiri dari kursinya dan melihat Cindy tersenyum kepadanya. Senyum lebarnya—yang terkesan konyol—selalu mengembang tanpa pernah mengempis sedikit pun. Hanya dia seorang yang selalu Chanyeol tunggu dan Chanyeol rindukan.

Chanyeol buru-buru menarik kursi yang akan Cindy duduki kemudian mendorongnya ke depan sehingga Cindy bisa duduk tanpa harus mengeluarkan tenaganya. Suatu tata krama kepada perempuan yang ia pelajari dari Baekhyun—salah satu sahabatnya yang sangat berpengalaman dalam hal percintaan apalagi dalam memperlakukan seorang gadis.

“Wah, ada apa ini? Tumben kau sopan kepadaku,” goda Cindy, membuat Chanyeol tersipu malu.

“Kau sudah makan?” tanya Chanyeol sebagai pengalih pembicaraan.

“Belum.” Cindy menggeleng.

“Apa aku harus membelikanmu makanan? Kau mau apa?” tanya Chanyeol beruntun.

“Aku langsung saja, Yeol,” ucap Cindy datar. Perubahan suaranya membuat Chanyeol terkejut sekaligus bingung. “Ada yang harus aku katakan padamu.”

Tangan kiri Chanyeol yang berada di dalam saku bergerak meremas kotak hadiah itu. Dengan mulainya perkataan Cindy yang terdengar sangat penting, Chanyeol harus menunda rencananya sedikit lebih lama. Saat ini banyak pertanyaan yang berputar di kepalanya. Ada apa ini?

“Apa kau benar-benar menyukaiku? Apa hanya karena orang tuamu?”

“Hei, Cindy, dengar. Kita sudah sepakat untuk tidak mengungkit ini. Kalau kau mau membicarkan orang tua kita, aku rasa ini bukan waktu yang tepat.”

“Hei, Yeol. Kau yang harus mendengarkan aku kali ini. Kau tidak pernah mendengarkan setiap keputusanku semenjak kita mulai resmi bertunangan, tinggal bersama dan sekarang ini. Kalau kau benar-benar menyukaiku dan serius tentang hubungan ini tolong dengarkan aku.”

Chanyeol terdiam. Cindy pun meneruskan kalimatnya. “Kau bisa pergi kalau kau tidak mau.”

“Tidak. Aku akan disini mendengarkamu.”

“Kalau begitu, mari kita mulai dengan jawabanmu akan pertanyaanku tadi. Apa kau tulus menyukaiku atau tidak?”

“Aku tulus menyukaimu, Chou. Sampai kapanpun.”

Pernyataan Chanyeol membuat suara Cindy melunak. “Terima kasih kau sudah mau menjadi orang pertama yang mengisi hatiku, Yeol. Aku tidak pernah berpikir akan punya sejarah bertunangan dengan pria konyol sepertimu. Pria yang jauh dari tipe idealku. Kau satu-satunya pria yang paling ceroboh dan aneh di dalam hidupku. Tapi, aku tidak pernah menyesal telah mengenalmu, Yeol. Kau terlalu berharga untuk ditinggalkan.”

Cindy tersenyum tulus kepada tunangannya itu. Chanyeol jadi salah tingkah lagi. Bukan satu-dua kali ia mendengar pernyataan semacam ini. Entah kenapa kalau dari Cindy dia tidak bisa mengendalikan rasa senangnya.

“Dan aku orang yang paling bodoh untuk meninggalkanmu, Yeol.”

Senyum Chanyeol memudar perlahan. Sepenggal kalimat itu masih terasa asing ditelinganya. Otaknya masih harus bekerja ekstra keras untuk mencerna arti kalimatnya. Melihat kebingungan di mata Chanyeol, Cindy menjelaskan lebih rinci lagi perkataannya.

“Aku akan pergi. Ketempat yang jauh. Dan aku harus meninggalkanmu, Yeol.”

“Wae?! Kenapa kau mau pergi?! Kalau begitu aku ikut!” Chanyeol merajuk dan melipat kedua tangannya di depan dada.

“Yeol, aku serius. Ini bukan saatnya kau bercanda. Aku mau kau dewasa.” Cindy menarik-narik tangan Chanyeol yang masih merajuk.

“Aku tidak mau kehilanganmu, Chou. Aku sangat tersiksa tanpamu. Kau tahu? Aku berusaha bekerja sekeras mungkin di Amerika agar aku bisa bertemu denganmu setelah aku naik jabatan. Dan, sekarang aku sangat senang bisa bersamamu dan bertemu disini. Kenapa sekarang kau mau pergi, Chou? Apa masalahmu? Kariermu lagi?”

Cindy menggeleng. “Bukan. Aku sudah meninggalkan dunia hiburan. Aku juga sudah menjual rumahku.”

“YA! Apa harus sampai seperti itu, huh?”

“Yeol, dengarkan aku. Tidak peduli seberapa sering kau mengatakan mencintaiku atau kau tidak ingin meninggalkanku kapanpun. Kau harus mencari jalanmu yang lain, Yeol. Kita tidak mungkin di satu tempat yang sama sepanjang waktu tanpa ada kepastian. Aku bukan ingin membicarakan pernikahan kita. Aku hanya berbicara fakta. Kau pasti ingin bebas, dan aku pun juga begitu. Jadi, biarkan aku pergi. Sekali ini.”

Cindy menatap Chanyeol penuh harap. Chanyeol tetap mempertahankan pandangannya sampai pada akhirnya dia menyerah. Mulutnya menghembuskan napas pasrah dan berat. Badannya maju ke depan dan menumpu dengan tangan yang terlipat di meja.

“Berapa lama?” Suara Chanyeol mendatar sekarang. Menandakan ia sudah bisa bersikap dewasa sekarang. Dalam hati Cindy bisa bernapas lega.

“Lima tahun.” Cindy menunjukan kelima jarinya yang dibalas pelototan Chanyeol.

“Tiga tahun.” Cindy mengurangi jarinya, namun Chanyeol tidak mau mengubah tatapannya.

“Tiga tahun…. tanpa putus kontak.”

“Oke!” Chanyeol menggebrak meja.

“Ah! Dan ini untukmu, Yeol. Aku mencari dimana-mana dan menemukan satu yang pas untukmu. Tidak murah, sih, tapi aku yakin kau suka.” Cindy menaruh paper bag berwarna biru muda ke atas meja. Chanyeol kemudian juga menaruh barangnya ke atas meja dan menggesernya ke Cindy.

“Balasannya,” gumam Chanyeol malu-malu sambil menarik hadiahnya ke pangkuan.

“Gomawo,” jawab Cindy senang. chanyeol pun mengangguk kikuk.

“Oh! Aku harus pergi.” Cindy bangkit dari kursinya, begitu juga dengan Chanyeol yang reflek berdiri. Cindy berjalan beberapa langkah ke depan Chanyeol, berjinjit dan mencium pipi Chanyeol sekejap sebelum dia kabur dengan kecanggungan.

“Annyeong!” Cindy melambaikan tangannya sebelum pergi. Chanyeol masih terpaku di tempatnya dengan tangan terangkat, padahal Cindy sudah jauh.

Chanyeol membuka hadiahnya begitu ia sampai dirumah—tepatnya di kamarnya. Isinya sebuah hoodie hitam dengan warna merah di lengan dan capenya. Juga topi dengan warna senada dengan hoodie-nya. Chanyeol menggantungkan hoodienya di bahu juga topi di kepalanya. Senyumnya mengembang cukup lebar saking senangnya. Di dalam paper bag masih ada satu kotak kecil lagi. Chanyeol membuka kotak itu yang berisi surat dan sebuah cincin pertunangannya dengan Cindy.

Cincin ini aku kembalikan kepadamu. Aku tidak tahu aku bisa menepati janji nantinya. Aku harap kau bisa memberikan cincin cantik itu kepada seorang gadis yang lebih cantik dariku. Aku memang egois sudah memutuskan pertunangan kita secara sepihak. Karena kau tidak akan pernah menyetujuinya. Maafkan aku, Yeol. Dan tolong jangan beritahu orang tuamu. Aku tidak mau kau dimarahi. Aku menyayangimu, Park Chanyeol.

Surat pendek itu, berhasil membuat Chanyeol menangis sampai malam.

*****

“Cindy!” panggil Jessica dan Luna bersamaan.

Cindy pun menoleh dan berbalik begitu melihat kedua sahabatnya muncul.

“Kau tidak perlu kabur begitu!” marah Jessica dan merajuk seketika.

“Keputusanmu tidak benar, Chou.” Luna menunjukan ekspresi sedihnya.

“Aku harus pergi, Luna, Jess. Ini jalanku. Dan aku tidak kabur,” ucap Cindy sambil menatap kedua sahabatnya bergantian.

“Kau harus menghubungiku begitu kau sampai di Thailand. Ini alamat emailku dan akun-akun lainnya.” Jessica memberikan secarik kertas biru ke tangan Cindy.

“Oke. Apapun yang bertuliskan ‘Chan’ atau ‘Yeollie’ di username asing itu adalah aku.”

“Kau belum bisa melupakannya?” tanya Luna.

“Belum. Aku akan terus menghubunginya walaupun kita tidak lagi pasangan.”

“Kalau begitu bagaimana dengan Kris Wu?” tanya Jessica.

Tiba-tiba Cindy terpaku. Nama itu…

Sudah tiga hari dia tidak mendapat kabar dari pria tinggi itu. Kemana dia?

“Aku tidak tahu. Dia menghilang secara misterius tiga hari ini.”

“Sayang sekali,” gumam Jessica sedih.

Tiba-tiba pengumuman keberangkatan pesawat Cindy bergaung di pengeras suara.

“Aku harus pergi. Jaga diri kalian baik-baik. Aku akan langsung menghubungi kalian begitu sampai disana. Aku pergi.” Cindy menepuk bahu kedua sahabatnya bergantian sebelum menarik kopernya.

“Hati-hati! Jaga dirimu baik-baik! Kami akan merindukanmu!” teriak Jessica kemudian menghapus bulir air matanya yang muncul di sudut matanya.

“YA! YA! Lihat!” Luna menepuk cepat tangan Jessica sambil menunjuk objek yang ia lihat.

“Apaan sih?” Jessica menoleh dan terkejut setelahnya. “Astaga!”

Sementara di dalam pesawat, Cindy sedang sibuk mengencangkan sabuk pengamannya kemudian memasang earphone Rilakumma-nya dan memejamkan mata. Sesosok pria asing duduk di sebelahnya. Tangannya menurunkan earphone Cindy secara paksa, membuat Cindy kesal dan menoleh dan terkejut setelahnya. Sosok pria asing itu tersenyum kepadanya. Mata Cindy membulat lebar, membuat pria itu terkekeh.

“K—Kris Wu?” gumam Cindy pelan sambil menunjuk pria itu dengan telunjuknya.

“Kau tahu kan aku tidak bisa tanpamu disampingku. Apa aku pernah mengatakannya?” tanya Kris.

“Aku tidak tahu.”

Dengan sikap Kris yang berani dan untuk kedua kalinya, Kris bisa mengambil ciuman Cindy tanpa menghiraukan orang-orang yang lalu lalang di dalam pesawat. Cindy hanya bisa terbelalak dibuatnya. Dan itu berlangsung selama beberapa menit tanpa perlawanan dari si penerima. Penerbangan itu menjadi sangat mengesankan untuk Cindy, dan juga untuk Kris. Kisah cinta mereka berlangsung indah sampai mereka melangsungkan acara pertunangan yang romantis di Thailand.

END

*****

Author’s note: Akhirnya selesai fanfic ini! Yeay! Nggak sesuai janji sampai 15 chap. Sorry ^^. Setelah fanfic ini akan ada fanfic baru yang lagi dalam proses pembuatan. Juga ada satu fanfic oneshot! Yang suka sama fanfic aku, mohon tunggu ya^^ Terima kasih untuk semua pembaca yang udah mau komentar plus baca plus nungguin fanfic ini sampai akhir. Aku sangat menghargai semua komentar kalian (maaf nggak bisa dibalas satu-satu). Yang mau fanfic lainnya, ada di Asianfanfic dengan nama BaoziNam^^

BaoziNam pamit dan tunggu fanfic lainnya!! XOXO

3 respons untuk ‘Meet Him and Leave Him (Really?) Chapter 13 END

  1. Muktyy berkata:

    Hu hu hu….. kira kris ge bkal sndrian lgi kkk😄 niat ny mw q dketin ke…. a
    Thanks ya Min crita ny, the good story

  2. diyah pudji rahayu berkata:

    cerita yg menarik, keren.., maaf q baru review sekarang, semoga ja bisa terkirim y, ok selamat berkarya n thanks

Tinggalkan komentar