FF : The Housekeeper

req-laksani-rose1

Title                     :        The Housekeeper

Author                 :        Laksani Rose

Length                 :        Oneshoot

Cast                     :        Seo joo hyun

Oh Sehun a.k.a Sehun Hwang

Tiffany Hwang

Xi Luhan a.k.a Luhan Hwang

Support cast        :        Kim Jongin

Choi Siwon

Kwon Yuri

Genre                   :        romance

Credit poster       :        jung ahra gomawo^^

Has been published : exogenerationfanfic.wordpress.com

Author note        :        annyeong ini fanfic pertama aku, jadi maklum kalo tyepo bertebaran

Happy reading

###

Author pov

Pagi  hari, sebuah taxi yang tiba-tiba berhenti di depan sebuah rumah yang sangat besar dan mewah. Terlihat seorang perempuan keluar dari taxi tersebut. Perempuan itu langsung menuju pagar rumah yang tinggi dan mewah itu.

“mian…  apakah benar ini rumah Tuan Hwang?”Tanya perempuan itu.

“benar. Kau Seohyun kan? Ayo masuk.”jawab seorang satpam sambil mengajak perempuan yang ternyata bernama Seohyun itu masuk ke dalam rumah.

Sesampainya dirumah, Seohyun disambut oleh seorang pria paruh baya.

“selamat datang di rumah saya. Kau boleh langsung berkerja dirumah ini.”sambut pria itu

“baiklah Tuan.”jawab Seohyun singkat.

“wah… ternyata ada pembantu baru di rumah ini.”sahut seorang perempuan yang baru saja turun dari tangga mengenakan seragam sekolah.

“perkenalkan, ini putri saya, namanya Tiffany. Tiffany, bukankah hari ini kau harus bersekolah?”

“iya… hari ini Tiffany memang mau sekolah, tapi Sehun oppa dan Luhan oppa masih dikamar. Kapan berangkatnya kalau mereka masih diatas?”jawab perempuan yang ternyata bernama Tiffany itu.

Setelah beberapa menit, terlihat  dua orang pria turun dari lantai dua mengenakan pakaian seragam sekolah.

“oppa lama sekali sih… ayo cepat sebelum kita terlambat lagi.”sahut Tiffany

“sabar sedikit Tiff… Luhan hyung yang dari tadi lama tuh.”jawab seorang  pria yang baru saja turun.

“aku udah selesai. Ayo berangkat.”jawab seorang pria yang ternyata bernama Luhan.

___***___

Tiffany pov

Bel pulang sekolah adalah lagu yang paling ditunggu-tunggu oleh semua siswa, termasuk aku. Setelah bel pulang sekolah berbunyi, aku pun langsung berlari ke areal parkir mencari mobil jemputanku. Bukannya menemukan mobil yang akan menjemputku, aku justru melihat pemandangan yang sebenarnya tak asing menurutku.

Aku melihat Luhan oppa sedang bergandengan tangan dengan Yuri, teman sekelasku. Dasar. Kakak ku yang satu itu memang sedang berpacaran dengan Yuri. Aku juga tak begitu akrab dengan Yuri, walaupun kita satu kelas. Tapi akhir-akhir ini mereka memang sering terlihat bersama.

“oppa, bukannya menunggu jemputan, kau malah berduaan dengan Yuri.”sahutku pada Luhan oppa

“hari ini aku akan pergi dengan Yuri. Kau pulang saja dengan Sehun.”jawabnya sambil berlalu dariku.

Aku hanya bisa pasrah dengan kakak ku yang satu ini. Aku pun menunggu jemputan sendirian sampai akhirnya ada yang menepuk pundak ku dari belakang.

“hai Tiff…”sahut seseorang yang ternyata adalah Kai.

“wah… kebetulan kau disini. Apa kau ada lihat Sehun oppa?”tanyaku pada Kai

“bukankah tadi dia sudah dijemput?”Tanya Kai balik

“HAH SEHUN OPPA SUDAH DIJEMPUT?”Tanyaku panik

“lah itu dia.”jawab Kai sambil menunjuk sebuah mobil berwarna putih. Terlihat Sehun oppa sedang melambai-lambaikan tangan kearahku dari dalam mobil.

“kalau begitu aku pulang duluan ya…”sahutku sambil berlari menuju mobil

“ne.”jawab Kai singkat sambil melambaikan tangan

___***___

Sesampainya dirumah, aku langsung berlari kearah ruang tamu. Seperti biasa aku langsung mencari siaran tv kesukaanku.

“saya sudah memasakan makanan untuk anda.”sahut seorang perempuan yang tadi pagi baru saja datang.

“oh kau pembantu baru itu kan? Ambilkan saja aku makanan.”jawabku

“baiklah.”jawabnya singkat sambil berlalu.

Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya pembantu baru itu datang lagi sambil membawa makanan.

“ini makananya.”sahutnya sambil memberiku makanan

“ne, gomawo. Oh ya, siapa nama mu?”tanyaku

“nama saya Seohyun.”jawabnya sambil menundukan kepala.

Aku pun langsung melahap makanan yang dimasak Seohyun tadi. Ternyata masakannya lumayan.

Terlihat juga Sehun oppa yang memakan masakannya Seohyun dengan lahap.

“masakanmu lumayan.”sahutku sambil terus melahap makanan.

“ne, gomawo.”jawab Seohyun sambil menyapu lantai. Menurutku dia lumayan rajin.

Setelah beberapa menit, akhirnya selesai juga makannya. Aku langsung menaruh piringku di atas meja begitu saja sambil berlalu kedalam kamar.

 

___***___

Malam ini rumah terlihat sangat sepi. Walaupun kita semua ada dalam satu atap, tapi kita tak pernah begitu akrab. Setiap hari semua selalu sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Sejak ibu ku meninggal, keluarga kami jadi begitu berantakan. Papa ku selalu sibuk dengan perkerjaannya.

Dia tak pernah punya waktu untuk menemani kami. Maka dari itu, aku dan oppa-oppa ku jarang sekali bicara dengan papa. Karena itu juga kita jadi kurang akrab.

Aku pun berkeliling di halaman belakang rumahku untuk menghilangkan rasa bosanku. Terlihat Seohyun sedang duduk ditaman sambil menjahit baju.

“kau tidak bosan hanya menjahit baju saja?”tanyaku sambil mencari tempat duduk disamping Seohyun.

“tidak. Saya memang sudah biasa menjahit baju setiap hari.”jawab Seohyun sambil mempersilahkan ku untuk duduk.

“oh… aku saja tidak bisa menjahit baju.”jawabku

“mau aku ajarkan?”tawar Seohyun

“tidak, terimakasih.”jawabku singkat. “aku hanya kesini karena aku bosan di dalam rumah terus.”sambungku lagi.

“memangnya kenapa anda bosan?”Tanya Seohyun sambil masih menjahit baju.

“rumah ini setiap hari selalu sepi seperti ini, semua sibuk dengan kegiatan masing-masing.”

“mungkin itu karena kalian kurang akrab?”tanya Seohyun lagi

“yah mungkin saja. Semenjak ibu meninggalkan kita semua, kita jadi kurang akrab.”jawabku.

“mungkin kalian harus meluangkan waktu untuk kepentingan bersama. Karena kalau tidak begitu, suasana akan terus seperti ini.”

“ya mungkin… tapi aku tau papa adalah tipe orang yang suka berkerja keras. Dulu cuma ibu saja yang bisa membuat kita jadi akrab dengan cara duduk bersama di meja makan dan mengobrol bersama. Tapi sekarang itu tidak terjadi lagi.”jawabku sedih

“mungkin itu jawabannya.”sahut Seohyun sambil menaruh jahitan baju dan menarik tanganku.

___***___

Seohyun menarik ku ke dapur. Aku pun bingung apa yang harus kulakukan disini.

“kau mau ngapai Seo?”tanyaku

“buat makanan.”jawabnya singkat

“makanan? Aku kan tidak meminta mu untuk memasak.”

“memang tidak.”

“lalu kenapa kau masak?”tanyaku masih dengan tampang bingung

“anda tadi bilang kalau hanya dengan duduk bersama di meja makan,

kalian bisa lebih akrab.”

“memang. Lalu?”

“aku akan memasakan kalian makanan. Nanti kalian bisa makan bersama di meja makan.”jawab Seohyun sambil menyiapkan bumbu-bumbu dapur.

“oh iya… biasanya kalian makan apa saat berkumpul bersama?”Tanya Seohyun lagi

“kalau dulu kami biasa makan sop kepiting dan ayam panggang.”jawabku sambil membantu Seohyun memilih bahan-bahan untuk dimasak. Kebetulan sekali di kulkas ada daging ayam dan kepiting segar.

Aku pun membantu Seohyun memasak di dapur. Kalau dulu aku biasa masak dengan ibu. Tapi karena sudah lama tidak memasak, aku jadi lupa resep masakannya. Akhirnya setelah beberapa lama di dapur, sop kepiting dan ayam panggangnya pun selesai. Aku dan Seohyun pun sibuk menghias meja.

“akhirnya selesai juga.”sahutku sambil mengusap keringatku.

“sekarang anda bisa panggil yang lain untuk makan.”

“oke deh. Oh iya, kau panggil saja aku Tiffany. Walaupun kau adalah

pembantu baru disini, aku lebih suka mengangapmu sebagai teman.”

“ne, gomawo.”

Aku pun langsung menuju ke kamar Sehun oppa dan Luhan oppa.

“oppa, tadi aku dan Seohyun masak sop kepiting dan ayam panggang didapur. Sekarang kita akan makan malam bersama. Ayolah…”sahutku sambil menarik tangan oppa-oppa ku itu. Mereka pun akhirnya mau menuju ke meja makan.

Sekarang tinggal mengundang papa saja. awalnya aku sempat ragu untuk mengundang ayah juga, tapi karena Seohyun sudah berusaha untuk membuat kita jadi lebih akrab, aku pun memberanikan diri untuk mengundang papaku juga.

“papa, Tiffany dan Seohyun tadi masak di dapur untuk makan malam kita. Papa mau kan makan bersama kita?”tanyaku pada papa.

“baiklah.”jawab papa ku singkat sambil membereskan pekerjaannya

­­­

___***___

untuk pertama kalinya setelah lebih dari tiga tahun, akhirnya kita bisa berkumpul bersama walaupun masih sedikit canggung. Ku lirik kedua kakak ku yang dari tadi asik mengobrol berdua.

“kalian kenapa sih? Seru sekali perbincangan kalian.”tanyaku untuk sedikit mencairkan suasana.

“tadi kau bilang, kau dan Seohyun yang memasak makanan ini.”jawab Sehun oppa

“iya… emangnya kenapa?”Tanyaku lagi

“kita yakin kalau kamu cuma ngeliatin Seohyun masak.”jawab Luhan oppa diiringi oleh suara tawa Sehun oppa. Mereka memang sering menjahiliku entah apa alasan pastinya.

“adik kalian kan sudah berusaha untuk menyiapkan makanan ini. Kalian justru mentertawakan nya.”sahut papa yang membuat tawa Luhan oppa dan Sehun oppa terhenti. Aku sangat senang papa membela ku dalam hal ini.

Aku hanya bisa tersenyum saat papa membela ku.

Malam itu, kami makan dengan santai dan kami juga terlihat lebih akrab. Setelah selesai makan, aku pun merapikan meja makan dibantu oleh Sehun oppa.

Cuma kakak ku yang satu ini saja yang sering membantuku. Kalau Luhan oppa sih gak usah ditanya. Semenjak dia punya pacar, aku dan Sehun oppa hanya berdua saja dirumah. Dia sibuk kencan diluar sana dengan Yuri. Tapi aku juga kasihan dengan Sehun oppa. Dia belum pernah pacaran hingga detik ini.

”Sehun oppa…”sahutku

“hm… kenapa?”Tanyanya

“kau tidak bosan hidup sendirian?”tanyaku

“hidup sendirian? Buktinya aku hidup dirumah ini dengan mu dan Luhan hyung.”

“aduh… bukan gitu maksudku. Maksudku, oppa ngak bosen apa jomblo terus?”tanyaku kesal

“kamu aja jomblo ngak bosen.”jawab Sehun oppa yang bikin aku makin kesal. Memang ada benarnya penyataannya barusan, tapi itu justru bikin aku kesal.

“kenapa? Muka mu kok malah memerah seperti tomat?”Tanya Sehun oppa dengan tampang jahil. Dia tau kalau adiknya sedang menyimpan umpatan untuknya.

“ih… gak usah heran ya.”jawabku sambil berlalu ke dapur membawa piring-piring kotor. Kulihat Seohyun sedang mencuci peralatan dapur.

“kau tidak makan?”tanyaku sambil menyodorkan piring kotor padanya.

“aku sudah makan tadi.”jawab Seohyun

“oh… tapi masakanmu tadi lumayan.”

“ne, gomawo.”

 

___***___

Seohyun pov

Malam ini menjadi malam yang indah menurutku, melihat keakraban sebuah keluarga yang terlihat utuh walaupun tidak ada sosok ibu yang hadir ditengah kehangatan sebuah keluarga. Langit malam yang dihiasi bintang pun menemani kesendirianku ditaman ini sampai aku baru sadar ada orang yang memanggilku.

“hai…”sapa Sehun memecahkan keheningan.

“hai juga. Kenapa kau belum tidur? Ini kan sudah jam Sembilan malam.”tanyaku sambil mempersilahkan Sehun untuk duduk disebelahku.

“aku memang sering tidak bisa tidur. Tapi baru kali ini aku keluar kamar dan berkeliling ditaman malam-malam gini.”jawabnya sambil merapatkan jaketnya. Memang cuaca hari ini lumayan dingin.

“cuaca hari ini lumayan dingin ya…”sahutku sambil melanjutkan menjahit baju yang tadi sempat kutunda karena membantu Tiffany memasak makan malam.

“bukan dingin lagi. Ini dingin banget.”jawab Sehun sambil merapatkan jaketnya diiringi dengan bersin-bersin yang tak tertahankan karena dingin. Aku pun tertawa kecil karena ekspresi Sehun yang terlihat lucu saat ia bersin.

“daripada kau mengigil kedinginan disini, lebih baik kau masuk saja kedalam.”sahutku sambil member tisu kepada Sehun.

“aku bosan didalam rumah terus, walaupun rumah ini besar dan luas.”jawab Sehun sambil berusaha menahan bersin. Ekspresi wajahnya justru bertambah lucu karena ia berusaha menahan bersin. Aku pun tak bisa menahan tawa.

“kau pikir lucu harus menahan bersin seperti ini?”Tanya Sehun kesal. Aku rasa dia sangat kesal melihatku tertawa lepas karena melihat ekspresi wajahnya yang datar saat menahan bersin.

“ekspresi wajahmu yang awalnya datar jadi terlihat lucu saat kau berusaha menahan bersin.”jawabku sambil meredakan tawa ku. Walaupun aku memang baru disini, tapi aku merasa nyaman berada disini. Mereka tidak membeda-bedakan ku walaupun aku disini sebagai pembantu rumah tangga.

“tertawalah sepuasnya… aku rasa kau belum pernah tertawa sepuasnya seperti ini.”sahut Sehun sambil mengusap hidungnya yang kemerahan karena bersin.

“sejujurnya aku memang belum pernah merasa sebahagia ini hanya karena melihat ekspresi orang seperti itu. Tapi sudahlah lupakan yang tadi.”jawabku sambil memberinya tisu lagi. Aku rasa dia memerlukan tisu yang banyak dalam hal ini.

“wah ternyata ada yang sedang berduaan disana.”sahut sesorang terdengar dari atas. Ternyata itu adalah Tiffany. Dia pun memasang muka jail melihat kedekatan kami.

“anak perempuan tidak boleh telat tidur. Cepat tidur sana.”sahut Sehun diiringi dengan bersin lagi. Aku dan Tiffany pun tertawa bersama. Kulirik Sehun yang tetap memasang muka datarnya. Kurasa dia benar-benar kesal sekarang karena yang menertawainya bertambah satu orang.

“jangan menyuruhku saja untuk tidur. Teman disampingmu itu juga seorang perempuan kan?”jawab Tiffany sambil melirik kearahku.

“daripada aku ditertawakan lagi karena bersin, lebih baik aku tidur saja sekarang.”sahut Sehun sambil berlalu pergi.

 

___***___

Pagi ini cuaca sangat cerah. Seperti biasa aku pasti memasak di dapur untuk sarapan pagi, dan tiba-tiba saja Tiffany menghampiri ku. Aku dan Tiffany sudah menjadi sahabat dan dia juga sangat senang curhat kepada ku. Kurasa kali ini dia akan curhat lagi.

“Seohyun….”sahutnya manja sambil memakan roti panggang buatanku.

“ne. ada apa?”tanyaku sambil membuatkan Tiffany coklat hangat.

“aku mau cerita.”jawab Tiffany sambil memandangku dengan tatapan serius. Entah apa yang akan ia ceritakan kepadaku.

“cerita apa? Aku rasa kau akan mengajak ku untuk bicara serius sekarang.”tanyaku sambil memberinya coklat hangat.

“hem… gimana ya?”sahutnya malu-malu. Aku pun bisa menebak apa yang akan dia ceritakan.

“kau pasti akan bercerita tentang P-R-I-A  yang sedang kau sukai.”tebak ku sambil tersenyum padanya. Wajah Tiffany pun berubah menjadi merah seperti tomat. Kurasa jawabanku memang benar.

“lalu kenapa?”tanyaku lagi.

“kira-kira dia menyukai ku juga tidak?”Tanya nya malu-malu.

“seperti apa dia? Pasti dia sangat tampan hingga bisa meluluhkan hati  mu.”

“namanya Kai. Aku satu kelas dengannya. Sejak pertama kali masuk sekolah, aku memang sudah dekat dengannya.”

“oh…  yah kalau kau memang sudah dekat dengannya sejak awal sekolah, mungkin itu bisa terjadi.”

“yah semoga.”jawabnya sambil tersenyum padaku.

“ayo berangkat.”sahut Sehun sambil menarik tangan Tiffany. Tiffany pun melambai-lambaikan tanganya kepada ku.

 

___***____

Tiffany pov

Aku hanya bisa terdiam dan mengingat kata-kata Seohyun tadi

 

 kalau kau memang sudah dekat dengannya sejak awal sekolah, mungkin itu bisa terjadi           

“hello Tiffany Hwang.”sahut Sehun oppa membuyarkan pikiranku. Dia pun melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku.

“kenapa sih?”tanyaku kesal. Menggangu saja.

“kita sudah hampir sampai di sekolah dan kau masih sibuk menghayal yang tidak-tidak.”

“aku bukan menghayal yang tidak-tidak. Aku hanya sedang berpikir saja.”jawabku sambil mengalihkan pandanganku ke jendela mobil. Ternyata aku memang melamun lebih dari setengah jam. Jarak rumahku dan sekolah memang sangat jauh.

Sesampainya di sekolah, aku langsung disambut oleh Kai

“hai Tiff…”sambutnya sambil tersenyum kepadaku.

“kau baru datang juga ya?”tanyaku sambil berjalan berdampingan dengannya.

“yah aku memang baru saja datang.”

“kau sudah mengerjakan tugas yang kemarin? Aku sangat kesusahan mengerjakannya hingga aku bertanya kepada Luhan oppa.”

“aku sudah selesai mengerjakannya kemarin malam. Aku mengerjakannya di perpustakaan didekat taman kota.”

“oh…  boleh aku lihat jawaban mu?” “tentu.”jawabnya sambil memberi ku sebuah buku bersampul biru.

Aku ingat dulu dia pernah melemparku dengan buku ini karena aku sempat mengejeknya saat awal masuk sekolah. dulu aku sangat senang mengejeknya sampai aku tidak sadar kalau aku mulai menyukainya.

Aku pun melihat jawabanya. Sangat tertata rapi.

Aku pun melihat tulisan tangan yang sangat familiar. Itu tulisan tanganku dulu saat aku mengejeknya. Aku mencoret-coret bukunya dan disampul belakangnya aku gambar sebuah bunga mawar merah.

Saat itu aku sangat bosan dengan pelajaran sekolah. maka dari itu dia sempat melempari ku dengan buku ini saat melihat coretan-coretan ku.

“ternyata jawaban kita hampir sama.”

“aku harap jawaban itu memang benar.”

“aku minta maaf ya…”

“maaf? Maaf kenapa?”

“aku minta maaf karena dulu pernah mencoret-coret buku mu.”jawabku

sambil memperlihatkan sampul belakang buku nya.

“walaupun dulu aku sempat marah dan melemparmu dengan buku tapi aku memaafkanmu.”jawabnya sambil tersenyum kepadaku. Aku pun membalasnya dengan senyuman termanis ku.

Tak terasa kami sudah sampai di depan pintu kelas. Kelas masih sepi karena tadi aku memang berangkat lebih awal.

“oh iya… nanti kau ada waktu luang?”Tanya Kai padaku saat kita sampai dibangku masing-masing. Tempat dudukku memang berdekatan dengannya.

“tentu. Ini kan hari sabtu.”jawabku sambil duduk di sebelahnya. Aku memang suka duduk di tempat duduk temannya kalau sedang tidak belajar.

“memangnya kenapa?”tanyaku lagi

“bagaimana kalau kita dinner malam ini?”Tanya Kai yang membuatku sontak terkejut. Ini pertama kalinya dia mengajakku pergi. Aku jelas sangat senang dengan tawarannya itu.

“tentu.”jawabku sambil tersenyum padanya. Aku tidak bisa menyembunyikan rasa bahagiaku saat ini. Aku harap wajahku tidak berubah menjadi semerah tomat seperti biasanya.

“nanti aku jemput kau jam 7 malam.”

“baiklah. Sampai jumpa nanti.”jawabku sambil berlalu ke tempat dudukku.

 

___***___

Pulang sekolah adalah saat yang ditunggu-tunggu bagi sebagian besar  siswa, tak terkecuali olehku. Seperti biasa aku pasti kebinggungan mencari Sehun oppa dan juga mencari jemputan. Aku tak perlu mengkhawartirkan Luhan oppa. Kebingunganku tiba-tiba surut karena ada yang menepuk pundak ku dari belakang.

“kebingungan mencari jemputan ya?”Tanya seseorang yang ternyata adalah Kai.

“bukan hanya jemputan. Aku juga kebingungan mencari kakak ku.”

“oh… tadi aku melihat kakak mu.”

“kau melihatnya? Dimana?”

Kai pun tidak menjawabku dan hanya menarik tanganku.

 

___***___

“itu dia.”sahutku sambil menunjuk Sehun oppa. Ternyata dia juga sedang menunggu jemputan.

“tadi aku melihat kakakmu, makanya aku mencarimu kesana.”jawab Kai.

“kau dari mana saja?”tanyaku pada Sehun oppa sambil menepuk pundaknya.

“dari tadi aku mencari jemputan disini. Kau dari mana saja?”Tanya Sehun oppa.

“aku menunggu ditempat seperti biasa. Tadi pagi kan sudah kusuruh kau untuk kesana.”

“nah itu sudah dijemput.”sahut Sehun oppa sambil berlari kearah mobil tanpa memperhatikanku sama sekali.

“dasar. Ya udah aku pulang dulu ya.”sahutku sambil melambaikan tanganku pada Kai sambil berlari kearah mobil.

 

___***___

Sesampainya dirumah.

“Seohyun…”sahutku sambil menepuk pundaknya.

“ne. ada apa?”Tanya Seohyun sambil sibuk memasakan makan siang

untuk kami. Dia tidak pernah lupa memasak.

“aku punya berita gembira.”jawabku sambil mengambil piring, bersiap-siap mengambil makanan.

“pasti tentang orang yang kau suka itu kan?”Tanya nya masih sambil memasak.

“aku kan sudah bilang, namanya Kai.”

“iya… aku ingat kok. Memangnya kenapa? Kulihat kau sangat kegirangan.”

“dia mengajakku makan malam.”jawabku sambil memandangnya lekat-lekat. Seohyun pun sontak menghentikan pekerjaannya dan tersenyum padaku.

“sudah kuduga itu akan terjadi.”jawabnya sambil tersenyum jail padaku.

“kurasa akan ada yang jadian hari ini.”sahut Seohyun lagi diiringi suara batuk Sehun oppa. Wajahku berubah menjadi merah tomat lagi.

“Sehun oppa ikut-ikutan saja.”sahutku sambil menjulurkan lidah ku.

“memangnya tidak boleh?”Tanya Sehun oppa.

“tidak lah. Ini kan urusan perempuan.”

“bilang aja kau tidak ingin aku langsung mengatakan pada Kai kalau kau suka padanya.”sahut Sehun oppa sambil mengeluarkan tampang jahilnya.

“kau kenal Kai?”Tanya Seohyun

“tentu saja. dia selalu membantu Tiffany untuk mencari ku.”jawab Sehun oppa masih melirik ku dengan tatapan jahil. Dasar oppa.

 

___***___

“aduh. Apa yang harus aku pakai hari ini?”tanyaku pada Seohyun. Aku memang banyak Tanya (-_-“)

”kenapa sih? Kau kebingungan mencari baju ya?”Tanya Seohyun balik

“tentu saja. ini pertama kalinya aku kencan dengan pria.”

“coba aku lihat baju mu.”sahut Seohyun dan membuka lemari baju ku. Kurasa dia kebingungan juga.

Setelah beberapa lama, dia akhirnya tertuju pada satu gaun.

Itu adalah mini dress yang ibu ku kasi sebelum dia meninggal. Aku sangat terkejut karena dia memilihkan ku gaun yang itu. Gaun itu berwarna putih dengan motif bunga mawar yang sangat simple.

“ini bagus. Gaunnya sangat simple tapi bagus bila kau yang pakai.”sahutnya sambil memberiku baju itu. “pakailah. Aku akan mencarikan aksesoris untuk mempercantik tampilan mu.”sahutnya lagi.

Aku pun mencoba baju itu. Ternyata bajunya sangat pas. Aku pun memperlihatkanya pada Seohyun dan dia pun terlihat senang melihatku memakai mini dress ini.

“tuh kan pas. Ini pakai juga.”sahutnya sambil memberiku sebuah kalung mutiara dan juga sepasang high heals.

Aku pun memakainya dan respon positif lagi-lagi terlihat dari wajah Seohyun.

“nah sekarang kau sudah siap.”sahutnya gembira.

“kau sangat pintar memadukan baju dan perhiasan.”sahutku sambil bercemin melihat penampilanku saat ini. Walaupun aku memiliki banyak pakaian, tapi aku tidak terlalu pintar memadukan pakaianku dengan aksesoris yang aku punya.

“kau yakin ini bagus?”tanyaku masih ragu.

“tentu saja. kau terlihat sangat manis.”jawabnya meyakinkanku. “ini sudah hampir jam 7. Kau harus bersiap-siap.”sahutnya lagi.

“baiklah.”jawabku singkat.

___***___

Setelah siap, aku pun keluar kamar dengan perasaan bercampur aduk antara senang, takut, bahagia, ragu, dll…

Aku turun dari tangga dengan perlahan, dan tindakanku itu diketahui oleh Sehun oppa.

“wah ada princes turun.”sahutnya sambil memperlihatkan tampang jahilnya.

“tapi adikmu cantik kan?”Tanya Seohyun sambil tersenyum padaku.

“ya untuk kencan pertamanya dia lumayan cantik.”puji Sehun oppa membuatku sedikit senang.

“ada orang datang.”sahut Luhan oppa tiba-tiba yang membuat jantungku berdegup kencang. Itu pasti Kai.

“kurasa kau sudah dijemput. Ayo sambut dia.”sahut Seohyun sambil menepuk pundak ku. “good luck.”sahutnya lagi.

Aku pun berjalan menuju gerbang rumahku dengan jantung yang semakin berdegup kencang dan juga kaki yang gemetaran.

“hai. Maaf membuatmu menunggu lama.”sahutku sambil masuk kedalam mobil Kai.

“oh, tidak masalah. Aku tidak menunggumu terlalu lama kok.”sahutnya.

“kau tampak cantik hari ini.”sahutnya sambil tersenyum kepadaku. Aku pun hanya bisa tersenyum saat dia mengatakan itu.

“sekarang kita akan kemana?”tanyaku

“kita akan makan malam hari ini.”jawabnya sambil mengemudikan mobil

 

___***___

Akhirnya setelah beberapa lama, kita sampai dia sebuah restaurant. Aku ingat ini adalah restaurant yang biasanya aku, ibuku dan yang lainnya makan malam.

Sesampainya dimeja, aku langsung melihat daftar menu.

“kau pesan apa?”tanyaku pada Kai

“aku pesan spaghetti dan smotties.”

Aku pun memanggil seorang pelayan dan memesan makanan.

“kenapa kau pesan makanan yang sama denganku?”Tanya Kai padaku

“aku sedang malas melihat daftar menu.”jawabku asal. Kai pun hanya tertawa dengan jawabanku yang terkesan ngawur.

Kami pun berbincang-bincang tentang pelajaran sekolah sambil menunggu pesanan datang. Setelah pesanan datang kami hanya sibuk dengan makanan masing-masing. Suasana pun berubah menjadi hening.

Aku pun beralih melihat pemandangan dari luar jendela. Disini terlihat dengan jelas pemandangan kota Seoul di malam hari.

“pemandangannya sangat indah ya…”sahut Kai tiba-tiba. Ternyata dia juga sedang melihat pemandangan kota Seoul.

“iya… benar-benar indah.”jawabku masih sambil melihat pemandangan kota.

“sebenarnya ada yang ingin aku katakan.”sahut Kai lagi. Aku rasa dia akan mengatakan suatu hal yang sangat penting. Terlihat sangat jelas dari sorot matanya.

“ne, ada apa?”tanyaku pada Kai

“maukah kamu jadi pacarku?”

 

___***___

Seohyun pov

Malam ini langit terlihat sangat terang. Bulan dan bintang saling berkerja sama menerangi langit yang gelap. Aku pun berbaring di atas rumput taman sambil melihat langit malam yang dihiasi dengan bulan dan bintang.

“kau sangat suka diam ditaman setiap hari ya?”sahut seseorang yang ternyata adalah Sehun.

“hari ini langit sangat indah. Makanya aku diam disini sekalian menunggu adikmu pulang.”jawabku masih sambil melihat langit malam. Sehun pun ikut berbaring di sampingku. Kami pun hanya terdiam dalam keheningan malam.

“kenapa kau memilih untuk kerja dirumah kita?”Tanya Sehun tiba-tiba.

“karena aku memang sedang mencari perkerjaan dan ternyata aku dapat perkerjaan itu disini.”

“kau tidak lelah berkerja dari pagi hingga malam?”

“tidak. Aku juga sering dibantu oleh Tiffany.”

“oh… tapi perkerjaan mu kan mengurus hampir seluruh perkerjaan rumah?”

“iya sih. Tapi karena sudah terbiasa, aku jadi tidak meresa lelah.”

Kami pun saling diam lagi sampai akhirnya terlihat Tiffany berlari kearah kami dengan wajah girang.

“eonni, ada berita gembira.”sahut Tiffany sambil tersenyum lebar. Untuk pertama kalinya dia memanggilku eonnie.

“ada berita gembira apa? Kenapa kau memanggilku eonnie?”tanyaku

“kurasa kau pantas ku panggil eonnie.”

“lalu apa berita gembiranya.”sahut Sehun.

“kabar gembiranya, tadi aku jadian dengan Kai.”jawab Tiffany sambil meloncat kegirangan. Aku sudah menduga itu yang akan terjadi.

“wah ternyata adikku sudah besar ya…”sahut Sehun sambil mencubit pipi Tiffany.

“kapan kau akan punya pacar? Kakak dan adikmu saja sudah memiliki pacar.”Tanya Tiffany

“kapan-kapan.”jawab Sehun singkat.

___***___

Hari ini cuaca sangat tidak mendukung. Langit menjadi gelap, angin berhembus kencang dan akhirnya hujan pun menemani pagi kami.

Seperti biasa, pagi ini aku pasti memasak sarapan dibantu oleh Tiffany.

“sudahlah kau tidak perlu membantuku.”sahutku pada Tiffany

“tapi ini kan hari minggu. Aku tidak punya kegiatan lain selain membantumu.”jawab Tiffany sambil membantuku menyiapkan sarapan.

“kalau kau tidak punya kegiatan, kau kan bisa pergi berkencan seperti Luhan Hyung.”sahut Sehun

“aku bosen kalau harus pergi berkencan terus seperti Luhan oppa.”jawab Tiffany. “kau tidak bosen diam dirumah terus?”Tanya Tiffany lagi.

“bosan sih. Tapi aku tidak punya teman untuk diajak pergi.”

“kenapa kau tidak pergi dengan Seohyun saja? kalian kan sangat akrab.”

“kenapa kau jadi membawa-bawa namaku?”tanyaku akhirnya setelah Tiffany menyuruh Sehun untuk mengajakku pergi.

“karena menurutku cuma eon saja yang dekat dengan Sehun oppa.”jawab Tiffany. Kurasa Tiffany sangat serius memberi saran yang satu ini.

Suasana pun menjadi hening karena kata-kata Tiffany yang menurutku benar seutuhnya karena selama ini aku dan Sehun sering mengobrol bareng saat malam hari. Tapi tiba-tiba suasana menjadi cair karena ada yang menekan bel rumah.

“biar aku yang membuka kan pintu. Kau lanjut saja membuat sarapannya.”sahut Tiffany akhirnya. Dia pun berlari kearah pintu utama. Sekarang yang tersisa hanya aku dan Sehun. Kulirik dia sedang duduk dimeja makan yang masih kosong dan hanya ada piring kosong diatasnya.

Waktu terus berjalan dan Tiffany belum juga menampakan dirinya yang tadi sedang membuka kan pintu.

“aku akan ke ruang tamu dulu. Kurasa ada yang salah dari tadi.”sahut Sehun sambil beranjak pergi. Dia seperti bisa menebak pirasatku yang sedikit mengganjal dari tadi.

Dan sekarang hanya aku yang tersisa disini. Entah apa yang terjadi membuatku sedikit penarasaran. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke ruang tamu.

Sesampainya aku melihat pemandangan yang sangat mencekam. Seorang pria yang selama ini selalu ku hindari datang dengan beberapa orang lainnya. Terlihat juga Tiffany, Sehun, dan Luhan disana dengan posisi terikat dan mulutnya yang ditutup mengunakan kain.

“lama tidak bertemu Seohyun.”kata pria itu yang adalah kakak tiriku. Kakak yang tidak pernah aku harapkan hadir dalam hidupku.

“aku tidak pernah berharap bertemu denganmu.”jawabku ketus. “kenapa kau kesini?”tanyaku

“aku kesini karena ingin balas dendam.”

“balas dendam padaku?”

“bukan. Aku hanya ingin balas dendam pada ayah mereka tapi ternyata aku bertemu dengan mu disini.”

 

___***___

Luhan pov

Kami pun diajak ke sebuah tempat yang kurasa adalah markas mereka. Kami pun dimasukan ke dalam sebuah ruangan.

“aku takut.”sahut Tiffany. “tempat apa ini?”sahutnya lagi.

“apa kau tau tempat apa ini?”tanyaku pada Seohyun. Kurasa dia mengetahui sesuatu.

“ini adalah markas sebuah mafia yang lumayan terkenal. Polisi selalu kesulitan saat akan menangkap mereka.”jawab Seohyun.

“kau mengenal seseorang disini?”tanyaku lagi.

“iya. Yang tadi memimpin mereka adalah kakak tiriku. Namanya Siwon. Dia berkerja ditempat ayah kalian juga. Tapi aku tidak tau kalau dia memiliki dendam pada ayah kalian.”

“berarti kau seharusnya orang kaya juga?”Tanya Tiffany pada Seohyun.

“ya. Tapi aku tidak mau kaya karena kejahatan.”

“berarti selama ini kau kabur dari rumah karena ingin menghindar dari kakakmu?”Tanya Tiffany lagi pada Seohyun.

“lebih tepatnya aku tidak ingin bertemu lagi dengannya.”

“apa kau tau jalan keluar dari sini?”tanyaku

“aku tau. Tapi kita tidak mungkin bisa keluar dari sini dengan mudah karena ada banya penjaga disekitar sini.”

“kurasa dia sengaja menyandra kita agar ayah kita mau kesini.”sahut Sehun akhirnya setelah dari tadi dia tidak berkomentar sama sekali.

“lalu bagaimana caranya kita keluar dari sini? Kita tidak mungkin membiarkan mereka membalaskan dendam pada Papa.”sahut Tiffany

“caranya dengan melompat kejendela ini. Kurasa ini adalah satu-satunya jalan keluar.”sahut Sehun sambil menunjuk sebuah jendela.

“tapi jendela itu terlalu tinggi dan juga kita tidak tau kalau di luar sana ada penjaganya.”sahut Tiffany.

Kami pun hanya diam sambil mencari cara agar bisa keluar dari sini. Kulihat Sehun sedang berusaha melihat keluar jendela dengan cara melompat, tapi hal itu gagal karena jendela itu terlalu tinggi.

“bagaimana kalau kita mengendong Tiffany agar bisa melihat keluar jendela.”usulku akhirnya keluar juga.

“kalian mengendongku?”Tanya Tiffany

“tentu saja. aku tidak mau diam disini terlalu lama. Kau juga ingin keluar kan?”sahut Sehun

“iya baiklah.”jawab Tiffany pasrah. Akhirnya aku dan Sehun mengendong Tiffany agar bisa melihat keluar jendela.

“diluar sana tidak ada penjaga.”sahut Tiffany setelah beberapa lama melihat keluar jendela.

“walaupun tidak ada penjaga, tetapi kita tidak mungkin melompat keluar dari jendela yang tinggi itu.”sahut Seohyun

“lalu bagai mana ini?”Tanya Sehun. Kurasa perkataan Seohyun ada benarnya. Kita tidak mungkin melompat keluar jendela yang lumayan tinggi itu.

“kurasa kali ini kita beruntung.”sahut Tiffany

“beruntung apanya?”Tanya Sehun. “kita sedang berada dalam bahaya dan kau bilang beruntung?”Tanya Sehun lagi.

“ya kita beruntung karena ada meja diluar sana dan kita bisa melompat meja itu sebagai pijakan.”jawab Tiffany.

“kalau begitu kita bisa keluar sekarang.”sahutku. “kau duluan Tiff.”sahutku pada Tiffany. Aku dan Sehun pun membantu Tiffany agar bisa keluar jendela.

“sekarang kau Seohyun.”sahutku pada Seohyun

“kalian yakin?”Tanya Seohyun ragu.

“tentu saja kami yakin.”jawabku dan Sehun bersamaan. Akhirnya Seohyun pun berhasil keluar jendela.

“sekarang bagaimana dengan kita?”tanyaku

“kau bisa naik kepundakku dan melompat Hyung.”jawab Sehun

“tapi bagaimana denganmu?”tanyaku lagi.

“jendela itu lumayan besar. Jadi kalian bisa memasukan salah satu meja yang ada diluar dan memberikannya kepadaku.”usul Sehun. Aku tidak pernah tau kalau sebenarnya Sehun lumayan pintar dalam memberika usulan.

Aku pun menganguk mengerti dan naik ke pundak Sehun dan melompat keluar jendela. Diluar sini memang banyak meja yang bertebaran.

“sebenarnya dulu ini tempat apa?”tanyaku pada Seohyun.

“dulu katanya ini adalah sekolah yang sempat hancur karena terkena bom dan akhirnya menjadi markas para mafia.”jawab Seohyun

“kalau begitu kita harus melempar salah satu meja disini masuk kedalam agar Sehun bisa keluar.”sahutku. aku, Tiffany dan Seohyun pun mengambil salah satu meja dan melemparnya kedalam.

“kau bisa keluar kan?”tanyaku pada Sehun

“ne.”jawabnya singkat dan akhirnya dia bisa melompat keluar.

“kita harus segera keluar dari sini.”sahutku dan kami pun berlari keluar melewati pintu gerbang belakang.

“Seohyun, apa kau tau caranya agar bisa kita pulang dari sini.”tanyaku pada Seohyun

“aku tau. Tapi dari sini jaraknya sangat jauh dan kita belum tentu bisa sampai segera.”jawab Seohyun.

“dan mungkin saja Papa sudah dalam perjalanan kesini.”sahut Tiffany.

 

___***___

 

Siwon pov

“ini aku. Kalau kau tidak segera datang kemari, nyawa anakmu akan hilang.”sahutku lewat telepon.

“kau menyandra semua anakku? Baiklah aku akan datang. Dimana kita akan bertemu?”Tanya orang diseberang sana. Aku tau hal ini akan berjalan dengan mulus selama aku masih menyandra mereka diruangan itu.

 

___***___

Tiffany pov

Setelah beberapa lama kami berjalan, kami pun beristirahat di bawah pohon yang lumayan besar. Kurasa akan banyak memakan waktu lama agar bisa sampai di kota. Kita seperti berada di sebuah hutan.

“perjalanannya masih lama ya?”Tanya ku. Kali ini aku baru bisa merasakan betapa lelahnya harus berjalan dengan jarak yang lumayan jauh karena biasanya aku hanya pergi mengunakan mobil.

“tentu saja. ini bisa memakan waktu seharian karena kita hanya berjalan kaki.”jawab Seohyun. Kurasa bukan aku saja yang kelelahan disini.

“aku ingin pulang.”sahutku sambil bersandar di pohon.

“kau pikir hanya kau saja yang ingin pulang.”sahut Sehun oppa dengan nafas terengah-engah

“aku takut kalau Papa akan mencari kita.”sahutku lagi

“maka dari itu kita akan mencegah Papa kesana.”sahut Luhan oppa.

“bagaimana caranya?”tanyaku pada Luhan oppa. Kali ini Luhan oppa mau berkerja sama dengan kita. Biasanya dia akan bersikap biasa-biasa saja terhadap orang lain kecuali Yuri.

“dengan menggunakan ini.”jawab Luhan oppa sambil memperlihatkan sebuah ponsel miliknya.

“dari tadi kau membawanya?”tanyaku lagi. Setidaknya ada keberuntungan dipihak kita.

“ne. kurasa kau yang akan menelpon Papa.”jawabnya sambil memberiku ponselnya. Aku pun langsung menelpon Papa.

“annyeong, Papa ini Tiffany.”

“Tiffany, apa kalian baik-baik saja?”

“kami baik-baik saja dan kami sudah berhasil melarikan diri.”

“baguslah. Kalian tunggu saja, Papa sudah dalam perjalanan.”

“ne.”sahutku dan langsung menutup telepon.

“bagaimana katanya?”Tanya Luhan oppa

“Papa sudah dalam perjalanan.”jawabku sambil memberi ponselnya.

“tapi kurasa kita harus tetap berjalan lagi sebelum mereka mengetahui kita telah kabur.”sahut Seohyun

“ne.”sahutku, Luhan oppa dan Sehun oppa serempak.

 

___***___

Seohyun pov

Kami pun melanjutkan perjalanan yang sangat melelahkan ini.

“kau akan menelpon siapa lagi?”Tanya Tiffany karena melihat Luhan sibuk memainkan ponselnya.

“aku akan menelpon Yuri.”jawab Luhan

“buat apa kau menelponnya?”Tanya Tiffany lagi

“ayahnya kan polisi. Kurasa dia bisa melaporkan kejadian ini ke ayahnya dan menangkap mereka.”jawab Luhan

“ide bagus.”jawab Tiffany setuju.

“walaupun begitu, tapi mereka adalah mafia yang handal. Belum pernah ada satu pun anggota mereka yang tertangkap.”sahutku

“iya. Tapi kita harus tetap melaporkan ini kepolisi.”jawab Luhan

Luhan pun sibuk menelpon dengan Yuri. Kulihat Sehun yang dari tadi hanya diam saja.

“kau kenapa Sehun oppa?”Tanya Tiffany pada Sehun. Kurasa pikiran kita sama.

“tidak kenapa-kenapa.”jawabnya dengan mukanya yang tetap saja datar .

“muka mu itu tidak meyakinkan.”sahut Tiffany pada Sehun

“beginilah muka ku. Dari dulu memang seperti ini.”jawabnya sambil menunjuk-nujuk mukanya sendiri. Tiffany pun tersenyum geli melihat ekspresi kakak nya itu.

Aku sangat senang melihat mereka tertawa bersama sebagai kakak dan adik. Aku selalu berharap memiliki kakak yang baik bukannya memiliki kakak seorang buronan sekaligus mafia yang terkenal karena kejahatannya.

“kenapa kau melamun eon?”Tanya Tiffany yang membuyarkan lamunanku.

“tidak kenapa.”jawabku singkat

“kurasa ada yang kau pikirkan dari tadi.”Tanya nya lagi

“memang sih.”

“lalu apa yang kau pikirkan?”

“kenapa kau jadi mengintrogasi ku?”

“aku hanya bertanya saja.”

“apa aku harus curhat kali ini.”

“iya kau harus karena selama ini hanya aku saja yang curhat kepadamu.”

“jangan memaksanya.”sahut Sehun tiba-tiba memotong perkataan

Tiffany yang mungkin saja akan mejadi kata-kata yang sangat panjang kalau tidak dipotong oleh Sehun.

“aku kan hanya bertanya.”sahut Tiffany

 

___***___

Sehun pov

Setelah beberapa lama, akhirnya kita sampai di sebuah bukit dan dari atas sana kita bisa melihat kota dengan jelas.

“kurasa kita sudah dekat dengan kota.”sahut Luhan Hyung

“tapi aku sudah sangat lelah.”sahut Tiffany. “perjalanannya masih lama ya?”Tanya nya lagi.

“mungkin.”jawabku singkat.

Desiran angin terasa sangat sejuk karena kita ada di perbukitan. Tapi beberapa saat kemudian terlihat sebuah mobil melaju kearah kita.

“LARI!!”teriak Tiffany dan kita semua pun berlari untuk mencari persembunyian, tapi hal itu tetap saja sia-sia karena kita dikejar mengunakan mobil. Kami pun tertangkap lagi.\

“kalian pikir bisa kabur begitu saja.”sahut seorang pria yang baru saja keluar dari salah satu mobil. Pria itu adalah kakak tiri Seohyun dan ketua mereka yang tadi menangkap kita.

“lepaskan saja mereka. Mereka tidak tau permasalahan ayah mereka.”sahut Seohyun

“tenang saja. aku akan melepaskan mereka kalau ayah mereka sudah datang dan setelah aku membalaskan dendam ku padanya.”jawab pria itu.

“memangnya kau memiliki dendam apa dengan ayah kami?”Tanya Tiffany

“ceritanya panjang dan aku sedang malas bercerita sekarang, jadi sekarang kalian akan kami bawa lagi ke markas kami dan mengurung kalian di tempat yang berbeda-beda agar kalian tidak bisa kabur lagi.”jawab pria itu dan memerintahkan anak buahnya untuk memasukan kami ke dalam mobil.

Kami pun memberontak dan berusaha melepaskan diri, tapi saat itu juga terlihat sebuah mobil. Itu adalah mobil Papa. Dan tidak hanya itu saja, terlihat juga beberapa mobil polisi.

Akhirnya polisi berhasil menangkap semua mafia yang menangkap kami. Kulihat Tiffany berlari mencari Papa dan langsung memeluknya. Disana terlihat juga Yuri bersama ayahnya. Dan bisa ditebak apa yang terjadi selanjutnya.

“ehm ehm.”aku dan Tiffany pun berdeham melihat Luhan hyung dan Yuri berpelukan. Kulihat ekspresi Luhan hyung yang tidak senang.

“kalian kenapa?”Tanya Luhan Hyung

“kurasa tengorokan ku kering.”jawab Tiffany diiringi tawa kami berdua.

“dasar.”jawab Luhan hyung sambil berlalu bersama Yuri. Aku dan Tiffany pun tetap melanjutkan tawa kami.

“kalian sangat suka menganggu orang yang sedang berkencan.”sahut Seohyun

“ya, itu memang salah satu hobi kami.”jawab Tiffany. Tiffany pun memandangiku lekat-lekat seperti meyiasatkan sesuatu.

“kurasa ini saatnya.”sahut Tiffany sambil menepuk pundakku dan berlalu meninggalkan kita. Sekarang yang tersisa hanya aku dan Seohyun.

“kau masih akan berkerja dirumah kita kan?”tanyaku memulai pembicaraan.

“tentu saja. aku sudah sangat senang bisa berkerja dirumah kalian.”jawabnya

“sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan dari dulu.”

“ne, ada apa?”

“sebenarnya dari saat kita duduk bersama ditaman aku sudah menyimpan rasa ini. Perasaan yang sangat aneh karena untuk pertama kalinya aku merasakannya. Sesuatu yang sangat sulit diungkapkan tapi lebih sulit lagi untuk disimpan terlalu lama. Perasaan saying yang dari awal sudah kusimpan. Maukah kamu jadi pacarku?”tanyaku dengan jantung yang berdetak sangat kencang dan kata-kata yang sedikit terbata-bata.

Kulihat ekspresi Seohyun yang terlihat sangat terkejut mendengar penjelasanku. Setelah lam diam dan menunggu jawaban akhirnya dia pun tersenyum dan menganguk kepadaku. Perasaan yang tadinya tegang jadi sedikit mencair karena ternyata Seohyun menerimaku. Aku pun tidak bisa menyembunyikan perasaan senangku dan memeluknya erat.

 

-THE END-

3 respons untuk ‘FF : The Housekeeper

Tinggalkan komentar