FF : The Lords of Legend (Chapter 9)

The Lords of Legend

Tittle : The Lords of Legend

Author : Oh Mi Ja

Genre : Fantasy, Action, Friendship, Comedy

Cast : All member EXO

Desclimer : Cerita ini mengandung istilah dari beberapa mitologi kuno. Cerita ini murni fiksi dan tidak pernah terjadi sebelumnya. Jika masih bingung dengan istilahnya, silakan liat teaser ^^

https://koreadansaya.wordpress.com/2013/05/26/teaser-2/

Yonsei High School, Jongno-gu, Seoul, South Korea

Bel pulang berbunyi tanpa membuahkan hasil apapun bagi keluarga Sigismund. Mereka tidak berhasil sama sekali untuk bertanya pada Ilhoon tentang tanda itu.

Berbanding terbalik dengan siswa-siswi yang langsung pulang ke rumah di sore hari yang lumayan dingin itu, Sehun justru berjalan menuju lapangan sepak bola sekolahnya. Menjatuhkan tas ranselnya di tepi lapangan dan meletakkan blazernya di atasnya. Kini, ia hanya memakai kemeja putih seragamnya.

Sehun meraih bola kaki yang selalu dibawanya kemanapun, memulai permainan menggocek bolanya di tengah lapangan seorang diri. Seperti sedang menikmati waktu bersama sesuatu yang begitu spesial.

Tanpa sengaja memperhatikannya dari jendela kelas, Lay menepuk pundak D.O, membuyarkan lamunan dewa yang paling dingin itu.

“Apa yang kau lihat? Suho dan yang lain sudah menunggu kita. Ayo” Lay menarik lengan D.O namun D.O tidak bergerak sedikitpun, membuat Lay yang tenaganya tidak sekuat D.O menjadi tertarik kembali ke belakang.

Ia masih saja terdiam ditempatnya dengan kedua mata yang terus menatap ke bawah, kearah seseorang yang tengah asyik menggocek bola di cuaca dingin seperti ini. Ia menyadari sesuatu, perbedaan murid itu dengan murid lainnya. Ia terlihat sangat tangguh, bahkan dari luar. Ia bisa membuat semua orang yang melihatnya mempunyai pikiran bahwa dia adalah anak yang kuat.

Lay berdiri disamping D.O dengan kening berkerut kemudian mengikuti arah pandangannya. Keningnya semakin berkerut saat melihat objek yang menjadi pusat tatapan D.O, bahkan membuatnya tidak bergerak sedikitpun.

“Bukankah dia adalah Park Sehun?” Ia menoleh pada D.O lagi, “kenapa kau melihatnya?”

Namun D.O tetap bungkam, tidak menjawab pertanyaan Lay sama sekali. Hingga tiba-tiba, visual Kai muncul di kelas mereka. Merasa kesal karena mereka berdua belum juga muncul di parkiran.

“Hey, apa kalian masih lama? Aku dan yang lain sudah menunggu kalian sejak tadi!”rutuk Kai kesal

Lay menoleh, “Aku sudah mengajaknya tapi dia tidak mau, justru berdiri disini dan terus memandangi Sehun. Aneh sekali”

Salah satu alis Kai terangkat satu, “Sehun?”tanyanya memastikan sambil berjalan mendekati jendela kelas.

Lay mengangguk lalu Kai juga mengikuti arah pandangan D.O. Untuk sesaat memastikan ucapan Lay bahwa D.O benar-benar memandangi Sehun.

“Kau kenapa?”tanya Kai juga tidak mengerti dengan D.O

“Tidak”jawab D.O datar akhirnya berbalik. “Ayo pulang”

“Astaga!” Lay tiba-tiba berseru sambil menepuk keningnya.

“Kau kenapa?”tanya Kai bingung

“Aku lupa jika aku harus menyalin catatan yang diberikan oleh sonsengnim. Bodoh sekali”rutuk Lay kesal dengan sifat pelupanya sambil memukuli kepalanya sendiri

Kening Kai berkerut, “Apa?”

“Aku tidak mencatat karena aku sedang bosan tadi jadi sonsengnim menghukumku dan menyuruhku untuk menyalin catatan sejarah ke buku tulis”

“Kau bisa menyalinnya di rumah, Lay”

Lay langsung menggeleng, “tidak bisa. Sonsengnim menyuruhku untuk meletakkan bukunya di meja guru hari ini”

“Aku bisa berteleportasi dan mengembalikan buku itu secara diam-diam kesini”

“Tidak bisa, Kai!” Lay menggeleng lagi. “Kau lupa? Odin menyuruh kita untuk selalu bersikap jujur. Aku tidak mau berbohong”

Kai menghela napas panjang, menahan-nahan kesabarannya dengan sikap polos Lay.

“Lalu apa maumu?”tanyanya gemas

“Kalian pulang saja dulu. Aku akan menyelesaikan catatanku”

“Tapi kau akan sendirian disini”

“Tidak apa-apa. Setelah itu aku akan segera kembali dan katakan pada Odin dan Zeus jika aku pulang terlambat”

“Hhhhh…baiklah. Kami pulang dulu” Kai menoleh ke belakang kearah D.O. “Ayo”

“Sebentar lagi hari gelap, Lay. Sebaiknya kau cepat pulang” D.O memperingatkan sebelum ia mengikuti langkah Kai keluar

Lay mengangguk, “aku tau”

***___***

“Sehunie!”panggil Seung Ho menghampiri Sehun yang sedang asik menggocek bolanya

Sehun menoleh, “oe?”

“Ini sudah senja. Kenapa kau belum pulang?”

“Ehh? Sudah senja?” Sehun mendongak keatas dan baru menyadari jika langit mulai gelap membuat Seung Ho hanya bisa berkecap dan geleng-geleng kepala melihat tingkah bodoh teman sekelasnya itu. “Kau sendiri kenapa belum pulang?”tanya Sehun tidak menjawab pertanyaan Seung Ho karena tidak perlu dijawabpun, dia akan mengetahui jawabannya jika melihat sebuah benda bundar yang ada di kaki Sehun.

“Ada tugas yang harus ku selesaikan. Pabo, kau bahkan hanya memakai kemeja saat cuaca dingin seperti ini. Kau bisa sakit”ujar Seung Ho sambil melemparkan jaketnya pada Sehun

Sehun menangkapnya lalu menggeleng, Ia melemparkan jaket Seung Ho kembali. “tidak perlu. Kau pakai saja dan cepatlah pulang. Aku akan pulang sebentar lagi”

Seung Ho memandang Sehun ragu, “kau yakin?”

“Emp. Kau seperti tidak mengenalku saja. Kulitku sangat tebal dan aku tidak mudah untuk sakit”ujar Sehun tertawa renyah

“Baiklah jika itu maumu. Sebaiknya kau cepat pulang sebelum penjaga sekolah mengusirmu secara paksa”

Sehun tertawa lagi, “Arasseo”

Memandang punggung Seung Ho sejenak hingga menghilang, Sehun kembali memain-mainkan bola kakinya. Kali ini tidak lagi menggocek, melainkan hanya duduk di sebuah bangku dan memainkannya ditangan.

Ia mendongakkan wajah keatas, “Sepertinya akan hujan. Angin berhembus cukup kuat dari biasanya. Oe? Apa akan ada hujan badai?”gumamnya sendiri. “Sudahlah. Sebaiknya aku pulang. Aku harus membantu oema menutup kios”

Sehun menoleh, mencari-cari dimana ia meletakkan blazernya dan memakainya. Meraih tas ranselnya dan bergegas meninggalkan lapangan bola.

“Park Sehun?”

Sehun menoleh dengan kening berkerut, “kau?”

“Kenapa kau masih disini?”

“Aku sedang main bola. Kau sendiri?”balas Sehun bertanya pada Lay sambil berjalan menuju parkiran untuk mengambil sepedanya.

“Menyalin catatan. Kau mau pulang?”

“Yeaah, aku harus pulang sekarang untuk membantu menutup kios bunga ibuku”

“Ibumu adalah penjual bunga?”sentak Lay terkejut

“kenapa? Apa aneh?”

“Tidak”geleng Lay sedikit kikuk

“Sebaiknya kau pulang sekarang karena sebentar lagi akan ada hujan badai” Sehun mengangkat sepedanya dan membalik arah.

Kening Lay berkerut, ia mendongakkan wajah menatap langit. “darimana kau tau?”

“Hanya menebak. Karena angin berhembus lumayan kencang dari biasanya”

“Begitu? Ah..baiklah…”

Sehun hanya tersenyum singkat, lalu menuntun sepedanya dan meninggalkan Lay. Dia memang selalu begitu. Dingin dan tidak perduli. Terlebih lagi dia benar-benar tidak mengenal Lay dan baginya, sahabatnya hanyalah Ilhoon juga teman-teman sekelas lainnya – kecuali Luhan, Kai, Chanyeol dan Chen tentunya –

Mulai meninggalkan gerbang sekolah, Sehun tetap tidak menaiki sepedanya. Hanya menuntun dan berjalan kaki di trotoar. Menikmati pemandangan lampu-lampu malam dan angin yang berhembus dingin, rasanya lebih baik.

Hingga tak lama, sebuah suara terdengar memanggil namanya. Ia menoleh, dan mendapati Lay sedang berlari kearahnya.

Kening Sehun berkerut, “apa?”

“Hhhh….hhhh…aku…”

“Ha?”

“Aku lupa dimana rumahku”

“Apa?!” Sehun benar-benar terkejut mendengar pernyataan Lay. Matanya melebar sedangkan Lay menggaruk tengkuk belakangnya bingung.

“Aku sudah berusaha mengingatnya tapi aku lupa”

“Kau bisa menghubungi teman-temanmu untuk menjemputmu”

Lay mengeluarkan ponselnya dari dalam saku blazer, menunjukkan pada Sehun warna hitam di layarnya. “Ponselku kehabisan baterai. Bolehkah aku menumpang di rumahmu? Hanya sebentar, saat bateraiku terisi, aku akan menghubungi teman-temanku”

Sehun menghela napas panjang. Namja berambut kuning itu benar-benar menyebalkan. Bahkan dia memasang tampang polos dan memohon yang bagi Sehun sama sekali tidak lucu.

“Oke baiklah. Ayo naik. Aku akan memboncengmu”

***___***

Gangnam-gu, Seoul, South Korea. 07.00 AM KST

Oema aku pulaang…”seru Sehun setengah berteriak, ia memarkirkan sepedanya disamping kios dan menghampiri ibunya yang sedang sibuk menyemprot bunga-bunga dengan semprotan air.

“Kenapa kau pulang sangat larut, huh? Kau bekerja lagi? Bukankah sudah oema bilang—“

“Tidak. Aku terlalu asyik bermain bola dan tidak menyadari jika hari sudah senja”potong Sehun mengambil alih semprotan air yang ada ditangan nyonya Park dan menggantikan tugasnya.

“Benarkah? Kau tidak berbohong?”

Aniyo. Lihat saja mata kiriku tidak berkedut” Sehun menunjuk mata kirinya

“Oe? Nuguseyo?” Nyonya Park terkejut begitu melihat Lay berdiri didepan kiosnya dengan tampang bingung. Lay tersenyum kikuk lalu membungkuk sopan.

An-nyeong haseo, aku adalah teman Sehun”

“Dia adalah teman sekolahku. Karena dia adalah murid pindahan jadi dia lupa dimana alamat rumahnya”

Mata nyonya Park melebar, “j-jadi dia mau menginap disini? Tapi, bukankah tidak ada kamar lagi? Kamarmu bahkan sudah penuh sesak dengan barang-barang”

aniyo, oema. Dia hanya ingin mengisi baterai ponselnya dan menghubungi saudaranya untuk menjemput disini”jelas Sehun lalu menggerakkan dagunya memberi isyarat pada Lay, “isi baterai ponselmu disitu dan duduklah. Maaf karena temapatnya sedikit berantakan”

“Tunggulah disini, oema akan memasak daging yang enak untuk kalian”

Mwo? Daging lagi” Sehun menghembuskan napas panjang. Dulu, dia memang sangat senang jika ibunya memasak daging. Tapi tidak kali ini, dia sudah bosan. Sedikit menyesal kenapa dia harus membeli terlalu banyak daging waktu itu.

Nyonya Park seperti tidak mempunyai telinga. Ia berjalan meninggalkan kios dan berhenti sejenak saat berpapasan dengan Lay. Lay kembali membungkuk dan tersenyum sopan.

Aigoo...rambutmu seperti bunga matahari. Yeoppoda…”

Mata Lay melebar, “r-rambutku?”tanyanya kaget sambil memegangi rambutnya

Nyonya Park tertawa geli, “duduklah disini. Omoni akan memasak makanan yang enak” ia menghusap kepala Lay lalu melanjutkan langkahnya.

Dari luar, teriakannya masih terdengar samar.

“Park Sehoon!! Tepikan sepedamu dengan benar!!”

Sehun tertawa. Baginya, mendengar teriakan ibunya yang selalu menyakitkan telinga sudah sanagt biasa didengar. Tapi tidak bagi Lay. Namja itu langsung menarik kursi dan duduk didekat Sehun.

“apa ibumu sangat galak?”

“Pwahaha…tentu saja tidak. Dia memang seperti itu. Suka berteriak namun sebenarnya orang yang baik”

“Benarkah?”

“Yeah, karena aku selalu berbuat nakal sehingga dia selalu berteriak kepadaku”

“Apa seorang ibu seperti itu? Berarti dia sama saja dengan Kris dan Suho jika kami melakukan kesalahan”

“Apa?”tanya Sehun yang tidak mendengar gumaman Lay

“Aah, tidak. Disini sangat sejuk. Bunganya juga sangat indah”

“Tentu saja. Karena ibuku selalu merawatnya. Jika kau memerlukan bunga, kau harus membelinya disini”

Lay tersenyum, “pasti”

***___***

Sehun hanya menutup kios bunga ibunya begitu mendapat panggilan untuk makan. Ia mengajak Lay untuk bergabung membuatnya sedikit canggung. Ia memang sudah terbiasa untuk makan bersama namun ia tidak pernah makan bersama keluarga lain dan merasakan bagaimana masakan seorang ibu.

“Ibuku sangat pintar memasak bulgogi. Kau harus mencicipinya. Juga kimchi ini, jika kau mau, makanlah semuanya” Sehun mendorong piring kimchi mendekat pada Lay membuat nyonya Park seketika melotot dan memukul tangannya dengan sumpit

“Jangan coba-coba membodohinya, Park Sehun. Kau harus makan sayur”

“Oema, tapi aku tidak suka sayur”rengek Sehun

“Tapi, kau harus memakannya! Cepat makan!” Bentakan itu tidak hanya berupa ucapan, namun nyonya Park langsung menyumpitkan kimchi ke mulut Sehun. Memaksanya untuk mengunyah makanan yang paling dibenci olehnya dan tidak hanya sampai disitu, nyonya Park juga menunggunya hingga Sehun menelannya.

Lay tertawa geli, melihat ekspresi Sehuh yang sedang berjuang mengunyah makanan itu dan berubah menjadi aneh setelah berhasil menelannya.

Aigoo..anak pintar”seru nyonya Park menepuk-nepuk kepala Sehun

“Lay-yaa, kenapa kau hanya diam? Ayo makan. Kau harus makan yang banyak agar tumbuh tinggi”

Nde omoni…”

“Ini, makanlah. Daging ini sangat enak”

Lay terpaku. Menatap daging yang disumpitkan nyonya Park untuknya. Ia sedikit ragu. Entah. Tapi dia merasakan sesuatu bergetar di dadanya.

“Ayo makan..”seru nyonya Park lagi menggoyang-goyangkan sumpitnya

Lay tersenyum tipis, mengangguk singkat lalu membuka mulutnya. Dan seumur hidupnya, ia berani bersumpah. Ini adalah makanan yang paling enak. Bahkan dari buatannya sendiri ataupun D.O. Mereka pernah memakan bulgogi sebelumnya tapi bulgogi kali ini berbeda.

“Bagaimana? Bukankah sudah ku bilang masakan ibuku sangat enak?”

Lay langsung mengangguk menyetujui ucapan Sehun, “Omoni, bolehkah aku makan semuanya? Bolehkah? Ini enak sekali..aku ingin makan semuanya!”serunya dengan mulut yang masih sibuk mengunyah

“Apa?! Enak saja! Aku juga menyukainya! Jangan makan semuanya!” Sehun tidak terima. Seketika ia menarik piring bulgogi agar mendekat padanya

“Sehun, aku menyukainya…” Lay menarik kembali piring itu kearahnya

“Tidak! Minta ibumu untuk memasak untukmu”

“Tapi, aku tidak punya ibu…”

Tarikan Sehun terhenti begitu mendengar ucapan Lay. Ia dan ibunya saling pandang merasa tidak enak lalu memandang Lay yang justru saat ini tersenyum lebar dan memakan bulgogi itu. Ia menganggap Sehun sudah melepaskannya.

“Kau tidak mempunyai ibu?”ulang Sehun lagi

Lay mengangguk, namun tidak berkata apapun karena mulutnya terisi penuh.

“Kalian semua?”

“Emp. Kami semua tidak mempunyai ibu”jawab Lay datar

“Ya! Kau sudah salah bicara” nyonya Park memukul punggung Sehun pelan.

“Aku tidak tau, oema. Mianhae…”

Adeul, kau mau omoni membungkuskan bulgogi dan kimchi-nya untukmu?”

Mata Lay seketika berbinar, “benarkah?! Tentu saja aku mau!” angguknya cepat tanpa mengetahui jika dua orang didepannya sedang menatap kasihan padanya. Ia tidak menyadari itu dan bersikap biasa. Tentu saja. Hati seorang dewa memang sedikit berbeda.

***___***

Sehun menarik pintu trali kios ibunya dengan sekali tarikan kuat. Mengunci pintunya lalu berjalan bersisian ke depan pagar rumahnya.

“Kau kuat sekali”seru Lay mengikuti langkah Sehun

Kedua alis Sehun menyatu, “Kuat?”

“Kau bisa menarik pintu itu dengan satu kali tarik”

Seketika Sehun tersenyum geli, “aku sudah terbiasa melakukannya”

Lay mengangguk tanpa ekspresi. Berhenti tepat didepan pintu pagar rumah Sehun yang hanya bersebelahan dengan kios bunga. Ia sudah menghubungi Luhan tadi dan memintanya untuk menjemputnya disini.

“Kau suka mengenakan hand band?”tanya Lay begitu matanya melihat sebuah benda berwarna hitam dengan tanda ‘NIKE’ yang melilit pergelangan tangan Sehun.

“Yeah, hand band ini adalah jimat keberuntunganku jadi aku selalu memakainya”

“Benarkah?”

Sehun mengangguk, “ini diberikan oleh ayahku saat aku pertama kali memenangkan pertandingan sepak boal tingkat sekolah dasar. Aku selalu memakainya karena aku ingin merasakan kehadiran ayahku disisiku…”seru Sehun tersenyum kecut. Namja tinggi itu menyandarkan punggungnya pada tembok bata rumahnya lalu menghela napas panjang

“Sebenarnya, kemana perginya ayahmu? Aku juga tidak melihatnya tadi. Dia bekerja?”

Detik itu juga Sehun seketika menoleh kearah Lay dengan mata terbelalak lebar. Entah. Dia memang lugu atau berpura-pura bodoh. Rasanya, ingin sekali memukul namja yang sedang menatapnya tanpa ekspresi itu.

Sekali lagi, Sehun menarik napas panjang, menahan-nahan kesabarannya. “Kau benar-benar tidak tau?”tanya Sehun dengan rahang mengatup rapat. Lay menggeleng. “Ayahku sudah meninggal saat aku berumur 12 tahun. Mengerti?!”lanjutnya memberikan penekanan pada kata ‘mengerti’

“Aaah, jadi ayahmu sudah meninggal…”

Tanggapannya hanya itu?! batin Sehun sangat gemas.

Adeul, ini kimchi dan bulgogi-nya. Omoni sudah membungkuskannya untukmu dan saudaramu”

Nyonya Park muncul dari dalam rumah, menenteng dua bungkus plastik dan memberikannya pada Lay. Lay membungkuk sedikit.

“Gomawo omoni…”

“Hey! Bukankah seharusnya kau membungkuk 90? Dan jangan menggunakan bahasa informal dengan ibuku!” Sehun karena kekesalannya berkata ketus pada Lay

Buru-buru, nyonya Park memukul kepala Sehun. “Kau juga selalu bersikap seperti aku hanyalah kakak perempuanmu, bukan ibumu. Jangan memarahi orang lain!”

Sehun meringis kesakitan memegangi kepalanya, “kenapa oema memukulku?”

Lay tertawa geli. Memperlihatkan lesung pipi dikedua pipinya. Ia tidak mengerti dengan apa yang dirasakannya sekarang, hanya saja kata hatinya menyuruhnya untuk memeluk yeoja mungil itu dan dia menurutinya.

Lay memeluk nyonya Park tiba-tiba, membuat nyonya Park terkejut dan Sehun yang melebarkan matanya.

Omoni gomawo. Aku akan membaginya dengan yang lain. Aku senang makan makanan ini dan terima kasih karena omoni memberikannya padaku”

“Ya ya ya! Apa yang kau lakukan?!”seru Sehun mendorong tubuh Lay, memaksanya untuk melepaskan pelukannya pada ibunya.

Lay melepaskan pelukannya bersamaan dengan sebuah mobil yang berhenti didepan mereka. Tak lama, sang pengemudi keluar. Ia membungkuk sopan didepan nyonya Park yang sedang terbengong-bengong karena pertama kalinya melihat mobil mewah itu juga ketampanan pemiliknya.

Annyeong haseo…”

“Luhan, aku punya makanan enak. Kita harus memakannya saat sampai di rumah nanti”ujar Lay bersemangat menunjukkan bungkusan plastik yang ada ditangannya

Luhan tersenyum tipis, “ayo”ajaknya menggerakkan dagunya. Kemudian ia berpaling pada Sehun dan nyonya Park.

“Terima kasih. Maaf karena sudah merepotkan. Dia memang sedikit pelupa”

“Jangan sungkan”balas Sehun pendek

Omoni, terima kasih”

“A-ah..n-de..”nyonya Park mengerjap kaget

“Lay, ayo pulang” Luhan berbalik dan berjalan menuju mobilnya, disusul oleh Lay. Namun, saat ia sudah sampai di pintu mobil, ia menghentikan langkahnya dan berbalik.

“Besok sore setelah pulang sekolah…” ia mengulang jadwal latihannya

Sehun mengangguk, “sebaiknya kau tutup kap mobilmu. Sebentar lagi akan hujan deras”

“Tidak mungkin. Ini hanya angin. Aku pulang dulu”balas Luhan lalu masuk ke dalam mobilnya

“Sehunie, omoni…annyeong!”teriak Lay sambil melambaikan tangannya saat mobil sudah mulai bergerak.

***___***

Sangji Ritzvil Caelum Apartemen, Gangnam-gu, Seoul, 10.00 AM KST

Benar yang dikatakan Sehun, mereka kehujanan saat dalam perjalanan pulang karena telat menutup kap mobil. Hujan deras mengguyur kota Seoul tiba-tiba tanpa memberikan waktu untuk mereka bersiap-siap. Dan karena itu, keduanya marah besar pada Suho yang tidak mengatakan apapun jika akan turun hujan.

Dan setelah mengganti baju, tidak ada yang mempercayai saat Lay membuka makanannya diatas meja makan. Dewa lain tidak tertarik dengan makanan aneh yang dibawa oleh Lay itu. Pertama, mereka sudah cukup kenyang dan kedua, mereka tidak tertarik dengan tampilannya yang sederhana. Sangat berbeda dengan steak yang selalu mereka makan setiap hari.

“Sungguh! Aku bahkan menghabiskan 3 mangkuk nasi demi ini. Aku tidak bohong! Kalian harus mencicipinya. Luhan…! Chen…! Loki…!” Lay memanggil teman-temannya yang sedang menonton di ruang tengah.

“Tao, kau tidak mau mencobanya?”panggil Lay lagi mengetahui jika Tao adalah dewa yang porsi makannya sangat besar

“Tidak”jawab Tao pendek, bahkan tanpa memalingkan wajah dari televisi.

Lay mengerucutkan bibirnya kesal, melorotkan tubuh pada kursi makan dan menghadapi makanan yang dibawanya itu sendiri.

“Baiklah jika kalian tidak mau. Aku akan memakannya sendiri”ketusnya

D.O yang baru keluar dari kamar mandi memutuskan untuk duduk disamping Lay. Lay menoleh, ingin menawarinya namun ia urungkan niatnya itu. Dewa lain saja menolak, apalagi dewa dingin itu. Penolakannya pasti akan lebih menyakitkan. Lay melanjutkan menyantap bulgogi dan kimchinya tanpa suara, tanpa memperdulikan D.O yang sedang menatapnya lurus.

“Kau tidak menawariku?”tanya D.O

“Tidak. Kau pasti akan mempelototiku galak-galak”

D.O menarik dirinya ke depan, merampas sumpit Lay membuat Lay tersentak namun tidak berani mengeluarkan protes. Ia mengulurkan tangannya, menyumpitkan bulgogi ke dalam dan mengunyahnya tanpa suara membuat Lay tidak sabar menunggu bagaimana komentarnya.

D.O masih bungkam. Berganti menyumpitkan kimchi dan tetap mengunyahnya tanpa suara.

“Hey, bagaimana?!”tanya Lay mulai gemas

D.O tidak menjawab. Justru berdiri menghampiri lemari dan mengambil sebuah mangkuk dari sana. Menumpahkan nasi hingga memenuhi mangkuknya dan kembali duduk disamping Lay.

Lay terbelalak, “Kenapa kau mengambil nasi?”

“Aku ingin makan”jawab D.O singkat namun tangannya bergerak cepat mengambil bulgogi dan kimchi keatas gunungan nasinya.

“D.O, kau makan apa? Bukankah tadi kau sudah memasak?”tanya Kai menepuk pundak D.O

Tetap bungkam. Kai mengerutkan keningnya menatap makanan aneh yang terhidang di atas meja lalu berpaling pada dua dewa lain yang sedang makan dengan lahap. Akhirnya, niatnya tergerak untuk juga mencicipi makanan itu.

Hanya butuh satu kunyahan sebelum Kai akhirnya berteriak kencang mengagetkan teman-temannya.

“INI SANGAT ENAK! SUNGGUH! ENAK!!”

Dan teriakan itu membuat yang lain juga tertarik, setelah mencicipinya. Tidak hanya Kai, namun semua dewa seketika berebut makanan yang sudah hampir habis itu. Chanyeol bahkan harus memasang wajah selemas mungkin agar D.O mau membagi porsinya.

“JANGAN HABISKAN!! MINGGIR!!” Luhan mengulurkan tangannya, menggunakan kekuatan telekinesisnya untuk mendorong tubuh Tao.

Tao mendelik kesal, ia kembali ke meja makan dan menjentikkan jarinya. Membuat tubuh Luhan seketika kaku tidak bergerak. Ia tersenyum menyeringai.

“Rasakan”

***___***

Yonsei High School, Jongno-gu, School Yard

Luhan bergabung terakhir kali saat semua pemain sudah berkumpul di lapangan. Semuanya menoleh kesal. Dihari pertamanya berlatih, dia justru terlambat.

“Maaf, teman sekelasku meminta bantuan untuk memindahkan pot-pot bunga ke dalam rumah kaca. Dia mendapat giliran piket dan tidak ada yang membantunya”

“Oh!” Sehun hanya bergumam karena dia sudah mengetahui alasan Luhan. Yah, teman sekelas yang dimaksud oleh Luhan adalah pacar Ravi dan Ravi mengetahui informasi itu setelah Sanghyuk melapor. “Cepat ganti bajumu. Karena sebentar lagi kita akan mulai latihan”

Luhan mengangguk lalu berjalan ke ruang ganti untuk mengganti bajunya. Membuat Ravi seketika menghembuskan napas keras saat namja itu pergi.

“Bisakah kau keluarkan dia?! Aku sangat muak dengan namja ungu itu!”desis Ravi kesal

“Dia bahkan belum mengikuti latihan. Aku tidak bisa mengeluarkannya begitu saja”

“Kenapa?! Aku tidak setuju jika dia ada di dalam tim! Harusnya kau meminta persetujuan kami sebelum menyetujui permintaannya!”

“Ravi, sudahlah. Jika ini urusan wanita, tolong singkirkan pikiran itu sesaat. Saat ini adalah masalah sepak bola”

“Apa karena kau adalah kapten jadi kau bisa bertingkah seenaknya, hah?!”

“Ya! Apa yang kau lakukan!” Ilhoon langsung menarik tubuh Ravi saat namja itu ingin menghampiri Sehun. Sehun hanya menghela napas panjang lalu duduk menepi.

***___***

LUHAN POV

Semua murid sudah meninggalkan sekolah dan hanya menyisakan murid-murid tim sepak bola. Hanya kami berlima belas. Tapi, tandaku tidak ada hentinya bergetar.

Ilhoon. Apa namja itu benar-benar dewa Ares? Tapi, kenapa aku tidak melihat jiwa haus darah di dalam dirinya? Kenapa aku sangat ragu? Dan aku bahkan belum memastikan tanda yang ada dibawah pergelangan tangannya……

TBC

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

46 respons untuk ‘FF : The Lords of Legend (Chapter 9)

  1. nina berkata:

    eon padahal kan lay sm sehun dlm jarak 500 meter dan itu gg ada siapa2 yg mencurigakan, kenapa tanda na gg bergetar??
    apa krn lay terlalu pelupa -____-
    hahaha ngakak waktu mereka berebut makanan, pertama aja nolak eh akhir na ckck
    iihhh gemes!!! itu sehun!! SEHUUNNNN!!!!!

  2. Tiikaa berkata:

    Kyaaaa…
    eonie update
    Bisa jdi bacaan pengantar tidur 🙂
    Eonie, itu lay sma luhan gak ngerasaan getaran ya wktu dirumah sehun? Atau wktu lay boncengan sma sehun. Jrak mrka kan deket bnget, trus juga gak ada orng lain disekitar mrka…

    Hahaha
    Lucu bnget sih lay..
    Penyakit lupanya kok gak smbuh2, mana lay disini dibuat polos bnget, jdi kbayang mukanya lay wktu di RM.. Hahahaha
    .
    Oke deh eon, pnasaran sma kelanjutannya…
    Next aku tunggu ya eon,,
    Sma klanjutan ff eon yg lainnya 🙂
    .
    Fighting eon

  3. argha berkata:

    weh gw juga suka ff ini, wah pokonya thor gw pens lu dah haha
    Keren sangat !
    Gw tunggu ff yg lainnyo sama lanjutan ini jangan lama” wokay
    Pokonya keren dah,

  4. saskia ananda berkata:

    demi apapun suka banget ama part ini ada sexing nya dan juga pas ngebayangin wajah polos nya xing xing gege langsung teriak2 sendiri hehehe pokonya suka deh

  5. Ddangkoplak berkata:

    Kan si Lay smpet deket2an tu ama sehun, trus kenapa tandanya ga geter2? Hahaha, lucu juga ya bayangin ke 11 dewa ntu rebutan makanan ampe make kekuatan masing2 buat ngrebut makanan…. XD

  6. YooXi kiszLUck berkata:

    W.O.W … !!!!
    Gemes gue bacanya 🙂 ..
    Lay bener” mempunyai virus pelupa …
    LUhannn~ gue kan udah pernah bilang kalo Dewa Ares itu SEHUN SE to the HUN ..
    aish.. berapa lama lagi kalian menyadarinya :3
    Next Chap~ Mija eon FIGHTING !!! .)9

  7. juliahwang berkata:

    Annyeong haseyo eonni author favoriteku ^^
    aku readers baru di wp mu , aku suka semua FF author , dari FF Half Demon, 12 Force 12 Knight, Sixth Sense, dan yg ini The Lords of Legend :* Neomu.. Neomu Choa!!!! :*
    mianhae author gak sempet comment di ff” itu , soal’a kaya’a udh ketinggalan jauh banget klo mau comment , secara aku baru baca beberapa minggu lalu semua ff itu padahal di post’a udh hampir setahun lalu 😦 mianhae ne , jd sekalian aja aku comment disini 😉
    thor ff ini harus di lanjutin! Pkok’a harus! 😀 *maksa*
    and jinjja gomawo karena ff author rata” peran utama’a biasku tercinta Sehun Luhan :* ! Saranghae buat author dan tentu saja HunHan :* hihihi xD
    cepet di post chap selanjut’a ne , dan jujur rata” ff author udh buat aku nangis berhari-hari /? *lebay*
    feel’a dapet banget! 😦
    hmm.. Itu aja deh , mian jadi curhat 😀
    gomapseumnida~ *bow*

  8. BebyPanda berkata:

    , Ih mkin greget.. luhan, dewa ares bkan ilhoon tp sehun… Lay aku ska kraktr kmu di sini, lugu2 gmna gtu hahaha
    , next thor

  9. MimiJJW berkata:

    Ach eon gokiel bgt yaampun beneran loe aku smpet curiga pas KaiDo ninggalin Lay aku smpet mikir ‘gmna kalo Lay lupa jlan pulang?’ eeh trnyata bener Ngakak. Aduh lay bikin gemes dan slamat dtang juga buat Ravi hehe muncul juga itu anak

  10. Riiiii. . . berkata:

    yixing!
    dewa pelupa yang berwajah manis dan polos#slah fokus

    kenapa lay gak merasa tandanya bergetar saat bersama sehun?

  11. juniaangel berkata:

    Ck dasar Lay mentang“ ga pnya ortu jdi ga tau deh rasanya pnya ortu sma di tinggaloin ortu. Wah mkin seru aj mudah“n yg tau klu sehun itu adalah dewa Luhan duluan. Mkin pnsaran tor lnjut ea di tunggu hehe

  12. ... berkata:

    Kok pas dirumah sehun gak ada yg sadar? Emang tanda lay sama luhan gak bergetar gitu??
    Kyaaaaa itu lucu banget pas rebutan makanan, cara rebutannya beda gituyah dari orang biasanya,, ini rebutannya pake kekuatan masing masing XD #gaje -_-

    oke chapter selanjutnya jan lama lama yah kamija 😀

  13. aidilla berkata:

    kenapa waktu pulang sekolah gak ada yang nyadar
    kan kemungkinan cuma ada lay, sehun dan beberapa murid lain aja
    di rum sehun juga, lay gak sadar
    huffff…
    part ini kurang panjang thor
    next part,, ditunggu^^

  14. Sherry Cho berkata:

    Akhirnya eonni dilanjut juga FF ini, hahaha keren !!
    Pokoknya ini FF ditunggu deh (y) keren !!
    Lanjutannya ditunggu terus ya eon

  15. hanahanazing berkata:

    tanpa disadari lay sama sehun jadi akrab tuh hehehe.
    mikirin sifat lay yang lugu banget di sini pasti imut banget deh. apalgi sifat pelupa dan wajah polos tanpa dosanya itu uwaaaa~
    hahaha dewa lain pada nggak percaya sama lay yang bilang masakan eomma sehun enak. pas kai teriak baru deh semuanya percaya hahaha. berebutan lagi.
    oke, dilanjut terus ya thor dan jangan lama-lama. aku penasaran XD

  16. Krys'sie♥ berkata:

    Author, lay itu pelupa ato gimana sih, ga ngerasain ada getaran gitu pas sama sehun? -_-||…
    Itu handbandnya kenapa ga dibuka aja sih? Gereget banget deh…
    Author ditunggu next part nya!

  17. kim sangri berkata:

    Lay oppa,bolehkah aku minta makanannya?? Aku akan mengambilnya sendiri kesana hahaha..*modus mulai lagi-.-
    Kenapa lay oppa bisa lupa gitu?? Tapi lupanya bahkan lebih parah dari pada harabeoji ku bhahahahaha*ngakak..aku sangat kagum sama authornya*prok prok prok
    keren banget ff nya,bahkan semua ff yg pernah aku baca dan aku suka adalah hasil tulisan n pikirannya..author darbakkk!!!!!!

  18. Oh Yuugi berkata:

    Awalnya aku kira pada saat lay dan sehun masih disekolah lay bakalan berubah pikiran ttng Ilhoon yg dikira Dewa Ares tapi nggak.. Dan pada saat lay ikutan Sehun pulang gue makin mikir kalo lay mungkin orang prtama yg bakalan tau kalo Sehunlah si Dewa Ares, tapi ternyata nggak juga…hmm.. mungkin disini pikunnya lay kumat ya sampe gak nyadar.. tapi apa luhan juga ikutan gak nyadar pada saat nyemput lay di rumah Sehun…Dan pada akhirnya semua tebakan gue meleset…hahaa..
    Ijin lanjut baca lagi yah thor, fighting!

  19. Jung Han Ni berkata:

    hahah sehun lucu banget ga mau makan sayur nawarin ke lay buat abisin semuanya 😀
    trus itu para dewa lucu bgt pas berebut makanan, pake ngeluarin kekuatan mereka juga 😀
    d.o kayaknya udah mulai curiga nih kalo sehun dewa ares
    keep writing n hwaiting eon!

Tinggalkan Balasan ke sansanzz Batalkan balasan