FF EXO : SIXTH SENSE Chapter 14 END

Sixth sense

Tittle  : Sixth Sense

Author : Oh Mi Ja

Cast    : Zhang Yixing, Xi Luhan, Kim Jongin

Genre  : Brothership, Friendship, Mistery, Sad

Ada sesuatu yang dipikirkan oleh Jongin malam itu. Sejak Yixing melihat pengumuman itu dan menyadari jika dia tidak akan bisa menikuti audisinya, Jongin menyadari ada perubahan yang terjadi dalam diri sahabatnya itu.

Dia tidak lagi seperti biasanya. Terus terlihat murung dan tidak bersemangat. Bahkan saat bermain piano, semua lagu-lagu yang dimainkannya adalah lagu sedih.

Mengintip dari jendela kamarnya, Jongin bisa melihat jika disebrang sana, Yixing sedang duduk melamun di kursi belajar Sehun. Bertopang dagu dan mencoret-coret sesuatu. Ia mendesah panjang. Sangat mengetahui jika sahabatnya itu pasti ingin pergi. Pasti ingin menjadi pianis terkenal seperti keinginannya.

Seperti merasa jika ada seseorang yang sedang memperhatikannya, Yixing mengangkat wajahnya dan menatap ke sebrang arah. Kearah kamar Jongin yang terletak tepat dihadapannya. Matanya melebar saat mendapati Jongin sudah berdiri disana, menatap lurus kearahnya.

Jongin tersenyum tipis, ada kesedihan dibaliknya.

Yixing mengerti jika dia pasti mengkahawtirkan dirinya. Ikut tersenyum dan memajukan tubuhnya. Ia mengulurkan tangannya ke depan, menuliskan sebuah kata di jendela kamar Sehun.

Sore harinya hujan turun, masih meninggalkan embun yang menempel di jendela kaca kamar.

‘I’m fine.’

Yixing tersenyum lebar, memperlihatkan lesung pipinya pada Jongin. Mencoba meyakinkan jika dia tidak perlu mengkhawatirkan apapun lagi.

Jongin balas tersenyum. Kemudian, membalas pesan Yixing dari jendela kamarnya sendiri.

‘Together.’

Setelah selesai menulis kata itu, Jongin menunjukkan kepalan tangannya pada Yixing. Mulutnya bergerak tanpa suara mengatakan, ‘fighting’ membuat Yixing disebrang sana benar-benar merasa terharu. Dia tidak perlu mengatakannya dan Jongin akan mengerti. Bukankah sahabat sebenarnya seperti itu? Mampu merasakan apa yang dirasakan oleh sahabatnya.

Tiba-tiba, Sehun masuk ke dalam kamarnya dan menghampiri Yixing yang masih terpaku didepan jendela. Matanya mengikuti arah gerak Yixing dan akhirnya mengetahui jika kakaknya itu sedang bicara dengan Jongin.

Mendorong tubuh Yixing pelan, Sehun membuka jendela kamarnya. Membuat Yixing dan Jongin terkejut karena kehadirannya.

“Jongin hyung! Hyuuung!”panggilnya setengah berteriak.

Jongin terkekeh, lalu membuka jendela kamarnya. “Ayo makan! Oema sudah memasak makanan yang sangat banyak. Luhan hyung juga sudah datang.”

Jongin menggeleng, “tidak. Aku akan memasak ramen saja malam ini.”

“Andwaeeeee! Kau tidak mau aku kesana dan menarikmu paksa, kan? Cepaat datang kemariiiiii!”

“Hahaha… baiklah. Aku akan kesana sebentar lagi. Tunggu aku.”

Setelah Jongin menutup jendela dan horden kamarnya, barulah Sehun berpaling menatap Yixing.

“Kau tidak apa-apa kan, hyung?”

“Hm? Tentu saja. Aku tidak apa-apa. Kenapa?”

“Aku melihat kalian berdua saling tatap dalam ekspresi serius. Aku pikir ada sesuatu yang sedang terjadi.”

Yixing tersenyum lalu menggeleng, “tidak ada.”

“Kalau begitu ayo makan bersama. Oema memasak banyak daging.”

***___***

Semuanya terjadi seperti biasanya. Seperti malam-malam kemarin, mereka masih berada di meja makan yang sama. Sambil sesekali bercerita tentang bagaimana mereka menghabiskan hari, mereka menyantap masakah nyonya Jung dengan lahap.

“Suho menelponku tadi.”seru Luhan sambil menyumpitkan telur gulung ke piringnya. “Dia akan kembali ke Seoul secepatnya. Kasus yang menimpa Kris sudah di tutup jadi dia bisa hidup dengan tenang.”

“Benarkah? Dimana dia sekarang?”tanya tuan Jung.

“Taipe. Menghabiskan waktu-waktunya disana dengan sebagian keluarga. Aku rasa sekarang dia sudah lebih baik.”

“Semuanya menjadi lebih baik sekarang.” Nyonya Jung menyahut. “Walaupun sangat berat, Kris pasti sudah jauh lebih tenang disana.”

“Dia adalah orang baik. Tuhan pasti memaafkannya dan memasukkannya ke dalam surga.” Yixing menatap kosong mangkuk nasinya, lalu tersenyum singkat dan melanjutkan mengunyah makanannya lagi.

Duduk disampingnya, Jongin mengulurkan tangan dan mengacak rambut Yixing.

“Dan Tuhan akan mendengarkan doa orang baik.”

“Aku tidak sabar mau ke Brazil. Aku mau pergiiiiii!”seru Sehun bersemangat, melupakan jika dia sedang mengunyah makanannya.

“Kau bisa tersedak. Selesaikan makananmu dulu.” Tuan Jung memperingatkan.

“Oema, besok kita harus pergi membeli beberapa baju. Ah, Xing Xing hyung, kau juga akan membelikanku Jersey Korea Selatan yang asli, kan?” Dia masih bersemangat, tidak mendengarkan ucapan tuan Jung.

“Kau mau membelinya besok? Baiklah, sepulang kuliah, aku akan menemanimu.”

“Wohoooo.” Sehun bertepuk tangan. “Jongin hyung juga akan membelikanku kaset playstation yang banyak, kan?”

Jongin tersenyum geli, “bisakah kau telan dulu makananmu baru bicara?”

“Aaaah, aku tidak sabar besok. Aku ingin cepat-cepat tidur dan bangun pagi.”

“Jongin-ah, bisakah kau menginap disini malam ini? Aku dan istriku akan pergi ke acara sahabatku, mungkin akan pulang besok pagi. Kau tau kan Sehun tidak akan berani jika berada di rumah sendirian?”

“Tidak. Ada Xing Xing hyung yang menemaniku.”elak Sehun tidak terima.

“Yixing pasti akan bosan menemanimu, dia perlu Jongin dan Luhan.”

“Appa.”protes Sehun semakin kesal karena masih dianggap seperti anak kecil.

Jongin tersenyum lantas mengangguk, “baiklah. Aku dan Luhan hyung akan menginap malam ini. Ahjussi tidak perlu khawatir.”

Tuan Jung dan nyonya Jung akhirnya terpaksa meninggalkan Sehun bersama Jongin, Luhan dan Yixing yang mereka minta untuk menjaga Sehun. Sifatnya yang masih sedikit kekanak-kanakkan membuat mereka khawatir jika membiarkan Sehun berada di rumah seorang diri.

“Oema dan appa akan pulang besok pagi, kau jaga rumah dengan baik, arraseo?” nyonya Jung menghusap-husap kepala Sehun.

“Arra. Oema dan appa harus segera pulang. Besok pagi kita harus—“

“Membeli baju, kan?”potong nyonya Jung terkekeh. Sehun mengangguk. “Oema akan segera pulang.”

“Hati-hati mengendarai mobil. Walaupun di malam hari, aboji tidak boleh mengebut.” Luhan memperingatkan sambil memberikan sebuah syal tebal berwarna abu-abu untuk tuan Jung. “Dan jangan lupa pakai ini. Udara dingin saat malam hari.”

Tuan Jung tersenyum, “gomawo. Maaf sudah merepotkan kalian.”

“Sama sekali tidak repot. Kami akan menjaga Sehun dengan baik.”ucap Yixing yakin sembari mengangguk mantap.

“Kalau begitu kami pergi dulu.” Nyonya Jung tersenyum lembut, lalu memeluk Sehun erat-erat sambil mencium pipinya penuh kasih sayang. “Jaga dirimu, adeul. Oema senang karena sekarang kau sudah bisa menjadi namja dewasa.” Ia melepaskan pelukannya, mengatupkan kedua telapak tangan di pipi Sehun. “Walaupun masih sangat manja.”

Sehun menggeleng sambil cemberut, “tidak. Aku tidak manja.”

Nyonya Jung juga beralih pada Jongin, Luhan dan Yixing dan memeluk mereka. Tuan Jung juga begitu. Ia memeluk Sehun erat-erat sambil mengacak puncak kepala anak bungsungnya itu.

“Kau mau jadi polisi, kan? Kalau begitu kau harus jadi namja yang kuat.”

Sehun melepaskan pelukannya, menatap ayahnya dengan pandangan risau. “Kenapa appa tiba-tiba berkata seperti itu? Kita akan berlatih Yudo lagi kan sepulang dari Brazil?”

Tuan Jung mengangguk, “Iya, kita akan berlatih lagi. Bersama-sama.”

Sehun tersenyum lebar sampai memperlihatkan eyesmile-nya pada Tuan Jung. Entah kenapa tuan Jung merasakan ingin melihat senyuman itu lebih lama lagi.

Sehun, Luhan, Yixing dan Jongin mengantar tuan Jung dan nyonya Jung hingga ke pintu pagar. Lagi-lagi, nyonya Jung menghentikan langkahnya dan berbalik lalu memeluk tubuh Sehun erat-erat.

“Ah, kenapa rasanya oema tidak mau pergi? Padahal besok pagi kita akan bertemu lagi.”

“Oema.. sudahlah. Oema harus pergi sekarang. Sehunnie akan baik-baik saja. Besok pagi kita bertemu lagi disini. Sehunnie akan menunggu oema dan sarapan bersama. Walaupun Jongin hyung membelikanku sarapan besok, tapi Sehunnie tidak akan makan jika oema belum pulang.”

“Hhhh… baiklah. Oema pergi dulu. Jaga dirimu dengan baik, arasseo? Jangan merepotkan kakak-kakakmu.”pesan nyonya Jung, mengacak rambut Sehun lalu mencium pipinya lagi.

Sehun langsung menghindar, “Oema, berhenti menciumku. Aku sudah besar.”

Nyonya Jung tertawa geli, “baiklah anak oema yang sudah besar. Oema pergi.”

“Annyeong. Kami akan menunggu kalian di rumah.”seru Yixing melambaikan tangannya pada nyonya Jung dan tuan Jung.

Mereka berempat masih berdiri di mulut pagar saat mobil keluarga Jung sudah bergerak menjauh. Sampai di belokan dan akhirnya menghilang.

Suara hembusan napas Sehun terdengar panjang, sebenarnya, dia tidak terlalu menyukai berada di rumah tanpa ada kedua orang tuanya. Rasanya aneh. Tapi, bukankah dia sekarang sudah menjadi dewasa? Terkadang, kedewasaan berteman akrab dengan kesendirian. Saat kau dewasa, banyak hal yang harus dilakukan seorang diri, tanpa memerlukan bantuan lagi.

Jongin mengulurkan tangan, mengacak rambut Sehun sambil tersenyum. “Besok mereka akan pulang. Jangan sedih.”

Sehun mengangkat wajahnya, “aku tidak sedih. Hanya merasa tidak nyaman.”

Jongin mengerti. Wajar jika Sehun merasakan hal seperti itu. Sebelumnya, dia tidak pernah ditinggal oleh kedua orang tuanya sendirian di malam hari seperti ini. Yaah, walaupun sekarang sebenarnya dia tidak sendiri, ada Jongin dan yang lain yang menemaninya. Tapi pasti rasanya berbeda.

“Ayo masuk. Kita bermain playstation.”bujuk Jongin, Sehun hanya mengangguk pasrah.

Jika sudah seperti ini, Jongin sadar jika dia harus membuat Sehun agar tidak sedih lagi. Harus melakukan sesuatu yang bisa membuatnya lupa dan tertawa kembali. Dan salah satu caranya adalah mengajaknya bermain playstation.

Di ruang keluarga, Jongin mengeluarkan playstation dari dalam lemari tv dan mulai memilih-milih kaset. Dulu saat masih duduk di bangku SMP, biasanya Sehun akan mengajaknya bermain Street Fighter, Tekken atau Crash Team Racing, jenis-jenis permainan mudah yang bisa dimainkan oleh anak TK sekalipun, membuat Jongin harus menahan-nahan kesabaran karena dia sama sekali tidak menyukai permainan seperti itu. Tapi sekarang, sepertinya dia sudah dewasa. Dia sudah cukup pandai memainkan Winning Eleven, Assassin’s Creed 4 Black Flag, bahkan Thief yang menuntut untuk berpikir.

“Kita main Winning Eleven saja, oke? Torres sepertinya sudah tidak sabar untuk menciptakan gol-gol cantik.” Jongin melirik Sehun sambil menyeringai, dia memang sangat ahli dalam permainan sepak bola.

Sehun membalas yakin, “aku akan mengalahkanmu kali ini, hyung. Christiano Ronaldo akan membuat Cech menangis karena gawangnya akan terus kebobolan.”

“Hahaha, kita lihat saja nanti. Yang kalah harus membeli minuman dan snack di supermarket, setuju?”

Sehun mengangguk, “setuju.”

Luhan dan Yixing hanya tersenyum geli menatap dua saudara itu, mereka duduk diatas sofa memperhatikan keduanya. Sementara Sehun dan Jongin duduk diatas ambal, menggerakkan jari-jari mereka diatas stick analog.

“Chelsea dan Real Madrid tidak ada apa-apanya jika melawan Manchester United. Manchester United yang akan menang.” Luhan berkomentar, sambil memakan snack yang diaambil dari dalam kulkas.

Sehun menoleh sekilas, menggerutu, “kau pikir kenapa Christiano Ronaldo meninggalkan MU dan pindah ke Real Madrid? Karena MU sangat payah. Dia bahkan kalah melawan Manchester City minggu lalu.”

Luhan langsung memajukan tubuhnya, memukul kepala Sehun dengan bantal sofa, “jangan ungkit soal itu. Mereka hanya belum terbiasa dengan pelatih yang baru.”

“Aiiish, jangan menggangguku. Kau bisa membuatku kalah.”dengus Sehun memukul kaki Luhan lalu kembali fokus pada televisi.

“Kalian mau makan sesuatu? Aku akan memasak.” Yixing mengambil inisiatif.

“Kau bisa memasak?”tanya Jongin tanpa berpaling dari televisi.

“Hanya dessert.”

“Tidak usah, hyung. Kami sudah kenyang. Hyung duduk saja dan doakan aku agar bisa menang.”

Ucapan polos Sehun membuat Yixing tersenyum geli, “baiklah. Kau harus menang, Sehunnie.”

Sudah beberapa menit berlalu, dan pertandingan playstation Sehun dan Jongin juga sudah memasuki babak kedua akhir. Namun, sejauh ini belum ada yang bisa mencetak gol. Kedudukan masih imbang dengan 0-0. Sehun sudah bertekad dia tidak akan kalah kali ini. Dia harus menang, paling tidak satu kali selama hidupnya. Dia harus menang dari Jongin.

“Kalian payah. Waktunya sebentar lagi habis tapi belum ada yang bisa—“

“GOOOOOLLLL!!!!”

Belum sempat menyelesaikan kata-katanya, teriakan Jongin lebih dulu terdengar. Akhirnya Torres mampu mencetak gol ke gawang Real Madrid, bersamaan dengan peluit panjang yang ditiupkan oleh wasit. Pertandingan telah berakhir,

Jongin mengepalkan tangannya dan meninju keudara, bahkan sampai berdiri dan melompat-lompat senang karena rekor ‘tidak terkalahkannya’ masih mampu dia pertahankan.

“Hahaha… sudah ku bilang, kan? Torres akan mencetak gol.”serunya tertawa-tawa mengejek Sehun. Ditepi, Luhan dan Yixing juga tersenyum geli melihat ekspresi cemberut Sehun.

“Tidak adil. Pertandingannya tidak adil!”

“Tidak adil bagaimana? Aku menang.”

“Hyung, kau licik.”dengus Sehun kesal.

“Enak saja. Kau masih harus banyak belajar jika mau mengalahkanku.”ucap Jongin bangga sambil menepuk-nepuk pundak Sehun seolah prihatin. Kemudian, dia melanjutkan kalimatnya dengan nada yang dibuat-buat, “Sehunnie, hyung lapar. Kau mau membeli snack dan minuman dingin di supermarket, kan?”

Sehun menoleh dan memandang Jongin kesal, lalu mendorong tubuhnya. “Aku membencimu, hyung. Huh!” Lalu berdiri, dan meraih jaket tebal yang tersampir di sandaran sofa. “Apa yang harus aku beli? Kalian mau apa?”tanyanya bernada ketus.

“Belikan aku soda dan chocopie.”seru Jongin tersenyum lebar.

“Sehunnie, aku mau jelly dan beberapa white chocolate.”sahut Yixing menahan-nahan tawanya.

Sekarang giliran Luhan, “Aku mau… ahh sudahlah. Aku ikut denganmu. Aku mau membeli kopi.”ujarnya juga mengambil jaket tebal.

Mata Sehun seketika berbinar, “hyung? Mau menemaniku?”tanyanya, ekspresinya berubah cerah.

“Iya. Jika menyuruhmu kau pasti akan membelikanku bubble tea, bukan kopi.”balas Luhan mengingat Sehun justru membelikannya Taro bubble tea saat Luhan menyuruhnya membeli kopi. Dia bilang, ‘kopi tidak baik untuk kesehatan. Jadi aku belikan ini.’ Luhan tidak mau kejadian itu terjadi lagi. Saat ini dia sangat ingin kopi.

“Baiklah kalau begitu. Kami akan menunggu di rumah. Annyeong~” Jongin melambai-lambaikan tangannya kembali menggoda Sehun.

Sehun langsung cemberut, “aku akan mengalahkanmu nanti, hyung. Kau pasti kalah.”

“Tidak akan. Kau tidak akan bisa mengalahkanku. Tidak akan pernah.”

“Huh!”

***___***

Sehun dan Luhan akhirnya terpaksa berjalan menuju supermarket yang letaknya tak jauh dari rumah Sehun. Membeli beberapa pesanan Jongin dan Yixing, juga beberapa cookie untuk diri mereka sendiri.

Sepulangnya, mereka juga mampir ke sebuah kedai yang ada dipinggir jalan untuk membeli Americanno dan bubble tea untuk Sehun.

“Hyung, tiba-tiba aku ingin crepes. Belikan untukku ya.”

Luhan menoleh dengan kening berkerut, “crepes?”

Sehun mengangguk, “di stan makanan yang ada disebrang sana. Crepes buatan bibi itu sangat enak. Aku akan menunggumu disini.”

“Kenapa kau menyuruhku? Kau beli saja sendiri.”tolak Luhan.

“Aku lelah. Aku akan menunggumu disini. Ya?”seru Sehun lagi, kali ini menggunakan jurus aegyonya.

“Aiiish… baiklah. Tunggu disini. Dan jangan macam-macam dengan Americanno-ku.”

“Arasseo.”

Luhan berjalan meninggalkan kedai sambil menggerutu. Sedikit menyesal karena dia memilih untuk menemani Sehun tadi. Sifat manjanya tidak akan pernah berubah.

Sementara di tempatnya, Sehun duduk dengan senyuman lebar karena berhasil membujuk Luhan untuk pergi. Dia memutar kursinya, duduk menghadap depan, memperhatikan punggung Luhan yang mulai menjauh sambil menyeruput choco bubbleteanya.

Ia terus memperhatikan Luhan, yang saat ini terlihat sedang mengeluarkan ponsel. Sepertinya dia sedang menerima pesan dari seseorang, membuat matanya terus fokus ke layar ponselnya itu.

Sedangkan dari arah kanan, Sehun dapat melihat jika ada sesuatu yang bergerak cepat menuju kearahnya. Sehun terperangah hebat. Dia harus menyadarkan Luhan sebelum truk itu mendekat.

“Hyung! Luhan hyung!”teriaknya melompat turun dari kursi. “LUHAN HYUUNG!!!”

Luhan sepertinya sangat fokus hingga dia tidak mampu mendengar teriakan Sehun, dan juga masih tidak menyadari apapun. Sehun menahan napas. Menoleh lagi dan menyadari jika truk itu semakin dekat. Tanpa kesadaran, tiba-tiba dia berlari, hingga menjatuhkan gelas bubble tea yang dipegangnya dan mengabaikan teriakan dari paman penjual yang menyuruhnya untuk membayar pesanan dulu.

Dia terus berlari ke depan, melewati zebra cross dan akhirnya mampu menjangkau Luhan yang sudah berdiri ditengah. Sekuat tenaga, ia mendorong punggung Luhan kuat. Luhan terdorong ke depan, namun kepalanya berhasil membentur pot tanaman kota yang terbuat dari semen.

Sedangkan Sehun, dia sama sekali tidak menyadari jika kini truk itu justru sedang menuju kearahnya. Sang sopir sudah menekan pedal rem kuat-kuat karena terkejut ada seseorang yang sedang berdiri di penyebarngan jalan. Namun, usahanya sama sekali tidak berhasil.

Sehun terpaku. Menunggu saat-saat semuanya akan terjadi. Hanya dalam hitungan detik, hingga logam itu akhirnya beradu dengan daging. Semua orang mampu mendengar bagaimana kerasnya bunyi hantaman itu. Tidak ada yang bisa mereka lakukan. Tidak ada yang bisa menyelamatkan. Hanya bisa terkesima dan terperangah hebat saat tubuh itu akhirnya rebah dan mengeluarkan darah. Juga disusul dengan bunyi hantaman truk yang akhirnya berakhir pada dinding supermarket.

Luhan seperti kehilangan kesadarannya, ia berusaha bangun dan menoleh ke belakang. Masih mampu melihat jelas bagaimana jasad itu tergeletak. Bagaimana suara histeria orang-orang yang berhambur dan mengerubunginya.

Sebisanya, Luhan membuka matanya lebar-lebar. Melawan pandangannya yang mulai mengabur. Wajahnya tertutup dengan warna merah namun dia yakin itu adalah Sehun. Hingga akhirnya, ia berada di titik kelemahannya yang paling rendah. Dia meluruh, sebelum akhirnya bergumam pelan. “Se…hun…”

“Jadi bagaimana? Sudah mengatakan pada omoni dan aboji tentang audisi itu?”tanya Jongin pada Yixing yang duduk disebelahnya.

Yixing menggeleng pelan, “belum. Belum berani.”

“Kenapa? Aku rasa mereka akan mengerti.”

“Mereka mungkin akan mengerti tapi tidak dengan Sehun.”balas Yixing menghela napas panjang, “sudahlah. Lagipula audisi itu juga akan diadakan di Brazil. Saat kita sudah sampai disana, aku akan menjelaskannya pada Sehun. Aku ikut audisi di…”

Dan ‘sesuatu’ itu datang lagi. Merasuki tubuh Yixing dan menjalar cepat, merubah pandangannya yang kini menjadi gelap. Dia melihat jalan raya. Dia melihat dua jasad tergeletak disana, berlumuran darah dan luka parah.

Dia juga mampu mendengar suara-suara histeria orang-orang namun tidak ada siapapun disana. Hanya dua jasad itu. Ditengah-tengah jalanan yang sepi. Bersama dengan sekuntum mawar hitam yang juga tergeletak disebelahnya.

Saat dia berjalan mendekati salah satunya, tubuh itu tiba-tiba berguling kesamping dengan sendirinya. Dia bergerak, perlahan-lahan mengangkat kepalanya yang sudah dipenuhi darah dan menatap Yixing dengan senyuman menyeringai.

“SEHUN!”

Yixing tiba-tiba menjerit nyaring bersamaan dengan tubuhnya yang mulai dingin, membuat Jongin yang duduk disebelahnya langsung terkejut bukan main.

“Jongin… Sehun… Luhan ge… mereka…”

“Hah? Ada apa? Kenapa mereka?”

“Aku ada ditempat yang gelap. Mereka berlumuran darah. Aku melihat mereka.”seru Yixing panik. “Jongin, aku takut. Dia datang lagi. Mawar hitam itu. ‘Sesuatu’ itu. Aku merasakannya. Kita harus—“

Saat Jongin masih terus mendengarkan kalimat-kalimat panik Yixing, tiba-tiba dering ponsel Jongin terdengar. Yixing semakin panik. Wajahnya memucat. Ia merasakan firasat buruk.

“Aku mohon jangan. Tuhan, aku mohon. Aku mohon.”tangisnya sambil menggenggam kedua tangan dan memejamkan matanya erat-erat.

Dering ponsel terus berbunyi namun Jongin ragu untuk mengangkatnya. Selain karena Yixing yang tiba-tiba bertingkah aneh, layar ponselnya juga menunjukkan nomor yang tidak dikenal. Firasatnya juga memburuk. Dia tau tentang kelebihan lain yang dimiliki Yixing dan itu juga membuatnya khawatir.

Akhirnya setelah beberapa saat, dia menjawab panggilannya.

“Halo.”

“Apakah benar ini saudara Kim Jongin?”

Jongin menelan ludah. Jantungnya terus berdebar-debar tak karuan, disampingnya, Yixing juga terus berkomat-kamit tidak jelas membuatnya semakin takut. “Y-yah, aku Jongin. Anda… siapa?”suaranya terdengar terbata.

“Kami dari kepolisian Seoul. Ingin memberitahu jika saudara anda yang bernama Jung Sehun dan Zhang Luhan mengalami kecelakaan lalu lintas.”

Dan detik itu juga, mata Jongin langsung membulat lebar. “HAH?!”

“Bisakah anda segera datang? Keduanya sangat kritis sekarang.”

“B-baiklah. Aku akan datang sekarang.”

Jongin mengakhiri panggilannya dan langsung menarik lengan Yixing yang masih berdoa.

“Ayo ke rumah sakit. Sehunnie dan Luhan hyung mengalami kecelakaan!”

Keduanya bahkan lupa memakai jaket saat mereka sudah berlari keluar meninggalkan pintu rumah yang tidak terkunci. Menghentikan sebuah taksi dan memerintahkan untuk pergi ke rumah sakit sesegera mungkin.

Jongin sangat panik, sedangkan Yixing terus menangis. Dia takut. Bahkan walaupun dia tidak berada sedirian. ‘Sesuatu’ itu menyeramkan.

Sesampainya di rumah sakit, Jongin langsung melompat keluar dan berlari menuju ruang ICU. Tidak perduli jika dia sedah menabrak orang-orang dan menjatuhkannya. Dia terus berlari.

“Dimana mereka?! Bagaimana keadaannya?!”tanya Jongin menghambur ke salah satu polisi yang berdiri didepan ruang ICU.

Polisi itu mengulurkan tangannya, menepuk pundak Jongin. “Tabahkan dirimu. Korban yang bernama Jung Sehun tidak bisa terselamatkan. Dia mengalami luka parah dan mengalami pendarahan hebat di otaknya. Sedangkan Zhang Luhan, dokter masih terus berusaha karena dia juga mengalami gegar otak setelah kepalanya membentur pot tanaman kota.”

Jongin merasakan dunianya seperti berhenti berputar dan menariknya jauh semakin dalam. Kalimat-kalimat itu terus terngiang-ngiang dikepalanya. Membekukan tubuhnya, dan menghentikan detak jantungnya untuk sesaat.

Jung Sehun tidak selamat.

Dia tidak selamat.

Tidak selamat.

Detik berikutnya, setelah ia mampu mencerna makna di balik kata-kata itu. Dia berubah seperti kesetanan. Mendorong kasar tubuh polisi itu dan hampir menendang kuat pintu ruang ICU yang tertutup rapat. Ingin menerobos masuk jika tidak dihentikan oleh beberapa perawat laki-laki dan satpam penjaga.

“Sehun tidak mungkin meninggal! Dia tidak mungkin meninggal!”teriaknya sambil menangis. “Dia masih hidup! Aku menunggunya di rumah! Aku menunggunya pulang! Dia masih hidup! SEHUUUN!!!”

Jongin terus berontak seperti orang gila. Hatinya menolak, telinganya tidak ingin mendengar. Sehun masih hidup. Dia akan pulang. Dia akan kembali. Dan mereka akan bertanding playstation lagi.

“Tuan, tenanglah. Tabahkan hatimu.”

“SEHUN! HYUNG MENUNGGUMU DI RUMAH! BANGUNLAH! KITA PULANG BERSAMA! HYUNG AKAN MENJAGAMU! SEHUUUN!!”

“Jongin…”isak Yixing ikut memegangi sahabatnya yang kini sudah terduduk di lantai itu.

“Yixing, katakan padaku jika semua ini bohong. Katakan padaku jika Sehun masih ada Dia ada!”serunya mengguncang tubuh Yixing. “YIXING!”

Yixing menggeleng pelan, “mereka bilang, Sehun sudah tidak ada Jongin. Dia… dia sudah meninggal.”

“TIDAK!” Jongin membentak Yixing kasar sambil menutup telinganya dengan telapak tangan. Menggeleng kuat-kuat dan terus menolak mendengar kata itu.

“Jongin… kita harus menerimanya. Sehun… dia sudah tidak ada…”

Yixing menangis deras, memeluk tubuh Jongin erat-erat dan menangis bersama. Jongin hanya terpaku, namun matanya meneteskan butiran-butiran bening dan menciptakan sungai kecil di pipinya.

Sehun… dia sudah pergi…

***___***

Dia melihat tubuh itu tergeletak di atas ranjang tidur. Matanya terpejam rapat dan bibirnya sedikit membentuk senyum. Tidurnya terlihat sangat damai.

Duduk mengelilinginya, Yixing, nyonya Jung dan tuan Jung terus menangisinya dengan menggenggam tangannya erat-erat. Benar-benar tidak rela jika mereka harus kehilangan Sehun secepat itu. Mereka terus menangis, bahkan nyonya Jung sampai pingsan dan membutuhkan perawatan.

Sedangkan Jongin, dia hanya berdiri dan menatap lurus jasad itu dalam tangis tanpa suara. Hatinya terasa sesak. Saat seseorang yang sangat dia sayangi tergeletak lemah di depannya.

Begitu saja ternginag-nginang kenangan yang terjadi selama ini dengan namja lucu itu. Saat dia merengek, saat dia memaksanya membolos untuk menemaninya bermain, saat dia begitu melindunginya, dan saat dia meminta bantuan ketika dimarahi ayah atau kakak perempuannya. Dia rindu semua itu.

‘Dia mencoba menyelamatkan Zhang Luhan yang sepertinya tidak fokus saat menyebrang. Namun, Zhang Luhan justru membentur pot tanaman dan dirinya sendiri tertabrak oleh truk yang hilang kendali. Dia tewas di tempat, dan sudah tidak bisa diselamatkan bahkan saat berada di ambulance.’

Suara pintu terbuka, membuat Jongin dan yang lainnya menoleh. Beberapa polisi datang bersama dengan seseorang pria gemuk yang menunduk dengan kedua tangan yang diborgol.

“Tuan, aku minta maaf. Aku tidak tau jika ada yang menyebrang jalan. Aku sudah berusaha menghentikan truknya tapi tidak berhasil. Aku mohon jangan tahan aku. Aku mohon—“

BUGG

“JIKA MAAFMU BISA MENGEMBALIKAN ADIKKU, AKU AKAN MEMAAFKANMU! KAU BRENGSEK!”

“Jongin, hentikan.” Tuan Jung dan beberapa anak buahnya langsung menahan tubuh Jongin yang tiba-tiba memukul pria itu.

“Selamanya aku tidak akan memaafkanmu! Selamanya aku akan membencimu!”

“Jongin, kendalikan dirimu.” Tuan Jung mengatupkan kedua tangannya di pipi Jongin.

“Aboji, aku juga bersalah. Aku yang membuat Sehun seperti ini. Aku yang menyuruhnya berbelanja di supermarket. Dia seperti ini karena aku. Aku yang bersalah.” Jongin berseru sambil menangis. “Jika saja aku mengalah dan membiarkannya menang, semua ini tidak akan terjadi. Sehun pasti masih hidup. Ini salahku. Aku sangat egois. Jika kau mau, kau bisa memukulku, bahkan membunuhku. Aku minta maaf.”

Tuan Jung semakin menangis deras, dia memeluk tubuh Jongin erat dan menghusap kepalanya.

“Tidak ada yang bersalah. Kau tidak salah. Ini sudah takdir Sehunnie.”isaknya.

“Kau memintaku untuk menjaganya. Tapi aku gagal melakukannya. Maafkan aku. Aku mohon maafkan aku. Sehunnie, maafkan hyung. Tolong. Aku mohon.”

Jongin melepaskan pelukannya, tergopoh-gopoh berjalan mendekati jasad Sehun dan menatapnya lirih.

“Kau ingin ke Brazi, kan? Kau ingin menonton Korea Selatan secara langsung. Dan besok pagi, bukankah kita akan pergi membeli kaset playstation? Bangunlah, hyung mohon. Kita akan bertanding lagi dan kau akan mengalahkan hyung. Hyung akan memberikan semua yang kau mau, Sehunnie. Hyung akan membolos setiap hari dan menemanimu bermain. Asalkan kau bangun, Ayo bangun.”

Jongin menangis diatas tubuh Sehun, meneteskan air matanya di dada jasad pucat itu.

Masih belum menyerah, Jongin mengguncang tubuh Sehun sambil terus memanggil namanya. Berharap dia bangun. Berharap dia hidup.

“Maafkan aku. Sehunnie, maafkan aku. Ini semua salahku. Sehunnie… Bangunlah. Hyung mohon. Sehunnie!”

Hingga akhirnya dia sadar jika harapan itu sudah tidak ada lagi. Hingga akhirnya dia menyadari jika Sehun tidak akan bangun dan dia sudah pergi. Dia sudah tidak disini.

Jongin memeluk tubuh Sehun erat-erat. Sangat erat seperti tidak ingin terpisah. Di dunia ini, Sehun adalah hal yang berharga. Di dunia ini, Sehun adalah keluarganya.

Di dunia ini, Sehun adalah segalanya….

***____***

Pagi itu hujan. Menemani kesedihan orang-orang berbaju hitam yang sedang melepas kepergian namja yang tidak akan pernah dilupakan itu. Kerabat, teman sekelas, guru, juga beberapa polisi yang berjaga-jaga disekitarnya.

Tempat itu terlihat ramai, menandakan jika dia memang sangat berarti dimata semua orang. Tidak sedikit yang menangis dan terkejut saat sosok itu pergi. Wali kelasnya bahkan menangis sesenggukan saat harus meletakkan bunga diatas nisan untuk penghormatan terakhir.

Saat dirasakan hujan mulai turun dengan deras, sedikit demi sedikit orang-orang memutuskan untuk pergi. Menyisahkan tuan Jung, nyonya Jung, Yixing, Jongin dan beberapa polisi.

Nyonya Jung masih menangis sedih, dia berada dipelukan suaminya yang terus menjaganya karena kondisinya sangat buruk sejak kematian Sehun. Yixing juga tak hentinya menangis, menikmati derasnya hujan yang menyiram tubuhnya disamping nisan Sehun. Dia tidak ingin pergi. Dia ingin menemani Sehun disini. Sehun pasti takut jika dia sendirian.

Sedangkan Jongin, rasa bersalah hebat masih menggelayuti dirinya. Tidak ingin pergi. Membuatnya tidak bicara sama sekali beberapa hari ini. Dia terus menyendiri. Juga tidak mau makan dan minum membuat tuan Jung sangat cemas dengan keadaannya.

Luhan masih terbaring di rumah sakit. Belum melewati masa kritis dan masih berada dalam keadaan koma. Kepalanya terbentur cukup kuat dan mengalami gegar otak.

Tuan Jung memanggil salah satu anak buahnya dan meminta mereka untuk membawa nyonya Jung beristirahat. Awalnya, nyonya Jung berkeras ingin tinggal, namun tuan Jung terus memaksanya untuk beristirahat di rumah.

Setelah nyonya Jung pergi, dia juga berjongkok di samping Yixing yang terus memandangi nisan Sehun.

“Pulanglah. Hujan turun sangat deras. Kau bisa sakit.”serunya lembut menghusap kepala namja itu.

Yixing tidak menoleh, masih mempertahankan pandangannya pada nisan Sehun.

“Andai saja aku bisa mengetahuinya dengan cepat. Dia pasti—“

“Jangan menyalahkan dirimu. Sehun pergi karena takdir Tuhan.”potong tuan Jung. “Kau tau? Orang-orang baik biasanya pergi lebih cepat karena Tuhan akan memberikannya tempat di surga. Aku sangat bangga karena anak-anakku adalah anak yang baik. Dan Sehun? Dia membuktikan padaku jika dia bukan namja yang penakut. Dia ingin menjadi polisi dan dia membuktikan jika dia sangat berani untuk menyelamatkan seseorang. Dia anakku. Dia anakku yang pemberani.” Tuan Jung menghusap air matanya, mencoba kuat agar dia tidak menangis lagi. “Tuhan akan menjaga Sehun sekarang. Dia akan menuruti semua kemauan anak manja itu. Semuanya.” Tuan Jung mengulurkan tangannya, menghusap nisan Sehun sembari tersenyum lirih. “Aku yakin dia sedang melihat kita. Aku yakin dia sedang menangis karena dia melihat kita bersedih. Relakan dia… agar dia bisa pergi dengan tenang,”

Tuan Jung menarik lengan Yixing pelan dan mengajaknya pergi, saat melewati Jongin, dia berhenti sejenak dan mengacak rambutnya.

“Kau bisa sakit jika terus berdiri disini. Kita harus ke rumah sakit dan menjaga Luhan. Jangan khawatir, Tuhan akan menjaga Sehun dengan baik.”

Jongin menatap ke sekeliling, namun dia tetap tidak menemukan sosok itu. Dia menunduk, menyembunyikan tangisnya bersama hujan yang terus membasahinya.

“Sehunnie, tidak perduli dimanapun kau berada sekarang. Tidak perduli kau bisa mendengarku atau tidak. Aku sangat menyayangimu. Sangat sangat menyayangimu.”

END

Note: Ending yg sebenernya masih ada di Extra Chapt, author bakal publish besok malam. Tunggu yaa^^

50 respons untuk ‘FF EXO : SIXTH SENSE Chapter 14 END

  1. beagle line berkata:

    huhuuhu.. sbrner.a aku kira ortunya sehun yg bkal prgi tp trnyata malah sehunnie… huaa author gmna nih aku nangis meler :'(.. hiks… tp crita thor ttep daebak sprtu biasa… fighthing author!!

  2. ElizElfishy berkata:

    Aku kira yang akan mati itu ortu Sehun, eh ternyata Sehun. Nyesek banget. Mengharukan. Aku menunggu kelanjutannya thor…..

  3. hunna berkata:

    galau ya akhirnya huaaaaaa
    kak mija emang hebat bikin orang nangis, tapi yang aneh disini adalah bukan jongin lagi yg meninggal wkwkwk alhamdulullah setelah 2 kali jongin meninggal wkwk
    kamija di tunggu kelanjutannya
    fighting ya kak ^^

  4. adezenianggraeni berkata:

    Huaaaaaa aku nangis aku nangis. author kenapa Sehun meninggal T_T

    Bener2 keren sampe aku nangis kaya gini, feel nya dapet banget.

    Aku tunggu Extra chapternya thor 🙂

  5. nina berkata:

    hmm mwoyaa ㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠ
    😥
    eonnie 😥
    ㅠㅠㅠㅠㅠㅠ
    awalnya kukira malah appa eomma jung yg bakalan kenapa2
    ehh malah sehun
    andwaeyoo ㅠㅠㅠㅠㅠ

  6. Dini berkata:

    Sehunnie 😥 Andweeee 😦 aku kira yg bakalan meninggal tuan sama nyonya Jung tau-tau nya Sehun 😦 huaaaaa unnie pagi2 uda bikin aku berkabung 😦 nangis niiiiiih ><
    ingin tau keadaan Luhannnnn 😦 jangan dimatiin juga ya unnie , aku mohon 😦
    ditunggu kelanjutannya hwaiting^^

  7. Tiikaa berkata:

    Huhuhuhuhuhu
    dipertengahan bacanya perasaan udah gak enak…
    eonie knapa sehun yg hrus meninggal… aku kira yg mau ada apa2 itu ortu nya sehun.. eh ini kenapa sehunnyaa..
    pantesan aja nyonya jung pngeennya meluk sehun terus..

    huhuhuhuhu.. trus ntar luhannya gimana eonie? Dia gk bkalan mninggal jga kan eonie? Next chapter aku tunggubya eon..

  8. Oh Eun Bi berkata:

    Author knapa bisa bgini, kenpa sehun yg meninggallllll……andwe…andwe thor q sangat sedih dan menangis badai gara2 author….tanggung jawab…thor…

  9. Rianty berkata:

    Aah ternyata beneran sehunnya yang meninggal..kyknya kmrn mikir klo mang sehun yg bakal meninggal hehe..
    Thanks thor,ditunggu extra chapnya~

  10. Tridha Aristantia berkata:

    huaaa hiks hiks author oh mijaaa…dirimu sukses bgt buat aku nangis 😥
    sumpah ini diluar dugaan ku bgt, aku ga pernah mikir sehun yg bakal mati, aku pikir antara yixing atau jongin yg bakal kena musibah..

    author daebakkkk bgttt, aku acungin semua jempol yg aku punya..keren~

    di tunggu bgt part ending’a…
    jangan ampe luhan jg mati, smoga dia slamat amin…

  11. amel berkata:

    KENAPAAAA SEHUN MATIIIIII????? 😥 😥
    kenapa harus sesedih inii? kenapa harus sedih banget ? 😥 kenapa jadi nangis kejer2 gini? 😥
    KENAPAAA???? 😥
    kaiiiii 😥 serasa ngerasain apa yang kai rasain 😥
    kasian kainya 😥 imbas di proteck you kai yang mati disini sehun yang mati. anggap aja imbas -_-
    tapi demi apapun, pengen sehun hidup lagi -_-
    itu nasib luhan gimana? nasibnya gimana kalau tau sehun udah pergi? 😦
    terus yixing sampai kapan punya kelebihan kayak gitu ?

    ditunggu extra chapter nya kak, semoga kahir yang membahagiakan :’)

  12. sehunniexoxo berkata:

    Huaaaa aku nangiissss:(((
    Suamiii aku meninhgal? Author jahat:(( aku kira ortu sehun bakal kecelakaan, eh malah sehunnya:((

  13. s wanda putri berkata:

    ditunggu extra chap nya ne,,,
    kirain ortunya yg meninggal gara” ngomong gt tp ternyata sehun
    ya ampun gak tega bayangin wajah imut sehun meninggal,soalnya aku bayanginnya wajah sehun disini kayak waktu trainne
    hiks hiks

  14. kiszmyluhanzn berkata:

    dan jujur . gue nangis sesenggukkan saat baca ini .
    gue kira yang bakalan meninggal ortunya Sehun tapi … kenapa Sehun, eon??? .
    kenapa itu terjadi . ini ngingetin gue ama cerita guru di sekolah .
    andai waktu bisa kembali ke waktu itu, 1 menit aja kita mengatur ulang kejadiannya . pasti itu ggk akan terjadi .
    kyaaa~~~~ . gue benci Mija eon . gue bener bener CINTA . -__- . >.< .
    apa ini bakalan Sad Ending ?? . kalo iya, siapin 10 ember untuk extra chap'y . huwaa~~ . T.T . /jangan/

  15. sansanzz berkata:

    aku sampe nangis T___T
    duh kirain orang tua sehun yg meninggal gara gara omongan nya waktu mau pergi itu… tapi ya…
    jangan sad ending nanti ya kak ditunggu lah extra chap nyaa 😀

  16. onfanllcouple berkata:

    wah…… speechless..
    =_=
    aku suka FF ini dan terlah berakhir..
    ah,, tidak!!
    kenapa terlalu kejam sich author..
    aku kan jadi kejam juga ..
    serius aku jadi berpikiran jahat sekarang =_=
    but overall.. great story

  17. phiwzz berkata:

    Huweee… nyesek amat 😥 kirain Tn. n Ny. Jung yg bakal death duluan, udah degdegan aja tuh smenjak baca part Tn. n Ny. Jung pergi, makin baca ke bawah makin degdegan,, aaaaaaaa….shock nyesek ternyata yg death malah sehun 😥 😥 huhuhuuu
    Apa lagi waktu jongin ke RS trus ngamuk2 gitu, udah deh ini air mata ga bisa nahan lagi huks huks
    Next part END beneran ya?? Hahh.. makin nipis aja nih cast nya 😦

  18. clairenoona berkata:

    aiissshhh.. wae sehunnie dibikin meninggal.. luhan jg koma..
    jongin.. frustasi bgt *hugjongin
    *plakk
    ngena bgt pas jongin teriak2 n nangis2 krn sehun.. jdi ikutan sedih *sobs

  19. Zhakia berkata:

    huaa aku pikir ortunya sehun, eh ternyata sehun T.T daebak thor udah bikin aku nangis, aku tunggu extra chap nya 😀

  20. ♠TataPurnamaSari♠ (@nta_yunita) berkata:

    wawww DAEBAKKKKKK,

    authorrrr kenapa ga dinovelin c, sumpah semua FFnya daebakkk feelnya selalu dapet n bikin deg deg nyusssss, nangis bombayyy. berharap banget semua FFnya di novelin, aq bakal jd pelanggan setia deh sumpahh. nyari Novel EXO susahhh 😥

    OH MI JA Mansaeeeeeeee

  21. Nunu^^ @Nurul_Hunie berkata:

    Kenapaaa mestiii sehunnn…huaaaaa ga kuat sehun gua pergiii…!!!
    Eonnie bener2 tega bikin readernya nangiss…!!!

  22. hyun won berkata:

    huwaaaa. sehun kenapa mati. sampe nangis gw baca ff ini. tersentuh gw baca ff ini. ff ini neomu neomu daebak!!!

  23. Baekkiss berkata:

    seriusan ini ff knp sediih bgt!! TT_TT .. aku kira ortu sehun yg meninggal trnyata sehunnya yg mninggal 😦 ga nyangka sehun si manja yg mninggal 😥 good job thor ff nya keren bsa buat aku nangis T_T

  24. Shin Hyun Young berkata:

    HUUUUAAAAA AUTHOR-NIIIIMMM KENAPA SEHUN MENINGGAAAALL?! WAE? WAEEEE?!
    hiks hiks Hunnie TT____TT
    terus Luhan gmn?
    awalnya yg pertanda mawar hitam itu Jung family, Luhan, Yixing, Jongin yg meninggal… hiks

  25. CEAyoong berkata:

    Huaaa!! 😥 sedih bnget! Ampe aku nangis sesegukan kaya babi/? 😥 huaaa.. Kenapa author thehun harus mati??! :’v huaaa..
    Kasian tuan n ny. Jung kdua anaknya meninggal :’v

  26. ara berkata:

    Author bikin ffx daebakkk….
    Ninggalin kesan yg dlm bangettt di hatiku. Blm pernah baca ff sesedih ini. Sumpah kereeen banget:-)

  27. Eminent Lu'luin berkata:

    ya ampun eonni, ini ending yg sngat menyedihkan. aku kira ortunya sehun yg akan meninggal, ehh malah sehunnya 😦 😦 . .

    KEEP WRITING yh eonni . .

  28. yunwoo berkata:

    Ya ampunnn ak nangis thor,, netes terus ini,… aduw,,, sedihh bgt….
    Ak kira ortu sehun yang kecelakaan,,, ternyata sehun,,, ortu sehun pasti bnr” sedih putra putrinya meninggal bgt cepat

Tinggalkan komentar