CRAZY WITHOUT YOU PART 32 END

Crazy Without You

Author : Ohmija

Cast : Donghae SJ, Yoona SNSD, Sehun EXO

Support Cast : The Rest members SUJU, SNSD, EXO

Genre : Romance, Family, Friendship, Comedy

Semua yang terjadi seperti mimpi buruk.

Mimpi buruk yang awalnya tak kunjung berakhir namun pada akhirnya melegakan karena ia sudah terbangun dari mimpi buruk itu.

Ada banyak kesedihan. Ada banyak air mata. Dan ada banyak pengorbanan yang telah ia lakukan.

Ini adalah mimpinya sejak dulu. Tapi ternyata ada sesuatu yang lebih penting dari mimpi itu. Ia tidak pernah menyesal karena memutuskan menikah lebih awal. Dia tidak pernah menyesal menjadi ayah di usia yang sangat muda. Dan dia tidak pernah menyesal saat debut sebagai anggota Super Junior.

Hanya saja… jika saja dia bisa kembali ke masa lalu. Dia tidak ingin memulai semuanya dengan kebohongan. Dia ingin memiliki awal yang baik walaupun ia tau semuanya tidak akan mudah. Jika saja dia melakukan semuanya sedikit lebih baik lagi, dia tidak ingin menyakiti hati siapapun.

Tiga hari berlalu sejak kejadian malam itu. Tangisan dan kemarahan yang meluap di ruang penyidik, serta rasa tak percaya karena telah di tusuk dari belakang oleh seseorang yang telah bekerja sama dan membuatnya seperti sekarang ini.

Semuanya sudah terbukti. Dan bukti yang di tunjukkan oleh manager Donghae malam itu cukup kuat untuk menjebloskan petinggi SM Ent ke penjara. Semuanya sudah berakhir, tapi Donghae belum memutuskan apapun untuk langkah selanjutnya. Untuk saat ini dia bebas dari tuntutan yang di ajukan oleh SM sebelumnya.

Pandangan publik juga mulai berubah. Walaupun belum sepenuhnya bisa menerima kenyataan jika pria itu sudah memiliki seorang anak. Tapi banyak orang yang kembali bersimpati. Donghae hanyalah korban. Dan pria polos yang selama ini mereka kenal itu, tetaplah seperti itu.

“Kau tidak mau jalan-jalan keluar?” Yoona menghampiri Donghae yang sedang duduk melamun di balkon kamarnya. Sudah tiga hari ia dan Sehun berada di Mokpo, menemani Donghae yang sedang menenangkan diri. “Sebelum turun salju, sebaiknya kau pergi melihat laut.”

Donghae mendongak, menatap Yoona yang kini duduk di sampingnya. “Kau mengkhawatirkanku?” tanyanya pelan. Mengingat sudah tiga hari ini ia menolak bicara dengan siapapun termasuk Yoona.

Yoona menghusap pipi Donghae lembut, “Kau terlihat sangat kurus dan pucat. Kau juga terlihat sangat putus asa. Semua orang mengkhawatirkanmu. Aku, eomoni, Donghwa oppa dan juga Sehun.”serunya. “Kau juga menolak bertemu dengan Eunhyuk oppa dan Leeteuk oppa.”

“Aku hanya sedang berpikir.” Ia menghela napas panjang. “Aku pikir aku bisa mengambil keputusan setelah beberapa hari. Tapi tanpa ku sadari ternyata aku sudah mengabaikan semua orang.” Kedua matanya terlihat semakin meneduh. “Apa yang harus aku lakukan, Yoona?”

Yoona menatap lurus ke dalam mata sedih Donghae. Terpancar jelas bagaimana penderitaan itu. “Apa yang kau inginkan sekarang?” Wanita itu bertanya penuh pengertian.

“Aku ingin semuanya berakhir. Aku sudah sangat lelah.”

“Kalau begitu lepaskan semuanya.” Ucap Yoona lembut. “Jangan biarkan hatimu di penuhi kebencian. Orang-orang yang bersalah sudah menerima hukuman mereka dan kau juga sudah mendapatkan kebebasanmu. Sekarang kau bisa dengan bebas bertemu dengan saudara-saudaramu dan kau juga memiliki Sehun di sampingmu. Tidak ada hal buruk yang terjadi pada Sehun walaupun mereka mencoba melakukannya dulu. Sehun tumbuh dengan baik dan sehat. Bukankah itu sudah cukup?” Wanita itu kembali menghusap pipinya lembut. “Aku tau semuanya tidak bisa di kembalikan seperti dulu. Tapi lebih baik jangan memperpanjang tuntutannya dan hiduplah dengan tenang.” Yoona menghentikan ucapannya sejenak dan tersenyum. “Bersamaku.”

Donghae tertegun selama beberapa saat mendengar ajakan Yoona barusan. Ia sadar jika dia telah memberikan banyak penderitaan pada wanita itu. Ia juga telah membuatnya menunggu terlalu lama pada hari-hari bahagia yang ia janjikan dulu.

Sebentuk senyum membentuk di bibir Donghae. Benar. Melepaskan semuanya akan membuat hatinya lega. Melepaskan akan membuat bebannya berkurang. Dia sudah mendapatkan semuanya yang membahagiakannya. Semua itu sudah cukup.

Yoona mengecup senyuman itu lembut. Memberikan keyakinan pada pria itu jika dia tidak akan pergi kemanapun apapun yang terjadi. Dia akan tetap disana bersamanya.

Sementara di balik pintu, Eunhyuk menghela napas lega melihat keduanya. Ia menutup pintu pelan tanpa suara. Tidak membiarkan Sehun yang memaksa masuk melihat kecupan yang sepertinya akan berlanjut panjang.

“Ahjussi, kenapa?”protes Sehun di belakangnya.

Eunhyuk tersenyum lebar, “Ayo! Ahjussi akan mentraktirmu ddokbukkie.”

***___***

 

Eunhyuk dan Sehun berjalan bersisian menuju sebuah restoran yang tak jauh dari rumah ibu Donghae. Di sampingnya, Sehun terus memperhatikan Eunhyuk yang sejak tadi berusaha menutupi sebagian wajahnya dengan syal yang melilit di lehernya.

“Kenapa ahjussi memakai syal seperti itu? Apa ahjussi sedang bersembunyi? Seperti appa?”

Eunhyuk mengangguk, “Karena ahjussi dan appa adalah seorang penyanyi, kami tidak bisa berkeliaran dengan bebas.”

“Kenapa tidak bisa?”

“Eum… karena…” Eunhyuk memutar bola matanya, memikirkan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan pada Sehun. “Ada banyak orang yang menyukai kami. Jika mereka mengetahui keberadaan kami, mereka akan mengikuti kami kemanapun dan hal itu sangat mengganggu, kan?”

Sehun mengangguk-angguk mengerti, “Kenapa kalian jadi penyanyi jika seperti itu?”

“Tentu saja karena kami suka bernyanyi.” Eunhyuk menjawab cepat. “Apa kau belum pernah melihat bagaimana ahjussi menari?  Ahjussi menari dengan sangat baik.” Ia membanggakan dirinya di depan Sehun.

Namun Sehun terlihat tidak perduli, “Benarkah?”

“Sungguh.” Eunhyuk meyakinkan Sehun sekali lahi.

“Baiklah.” Anak laki-laki itu berkecap malas. Membuat Eunhyuk hanya bisa geleng-geleng kepala. Kepribadiannya sangat dingin berbeda dengan Donghae yang selalu kekanak-kanakkan. Tapi mereka berdua sama-sama menyebalkan.

“Lalu apa impianmu? Jika kau sudah besar nanti, kau akan jadi apa?”

“Entahlah.” Sehun menjawab ragu. “Tapi aku suka sepak bola.”

“Benarkah? Terkadang ahjussi dan ayahmu bermain bola bersama. Kau harus bergabung bersama kami kapan-kapan.”

Sehun menjawabnya dengan anggukan dan senyum tipis. Keduanya lalu memasuki restoran dan memesan ddokbukkie yang tidak pedas karena Sehun tidak bisa memakan makanan pedas. Di antara semua perbedaan itu, ada persamaan-persamaan kecil yang mengingatkan Eunhyuk tentang Donghae pada diri Sehun. Yah, buah jatuh memang tak jauh dari pohonnya.

“Bagaimana kehidupanmu setelah kau tinggal bersama ayahmu? Apa menyenangkan? Dia tidak pernah memarahimu?”

“Kami berdua selalu di marahi eoma.” Sehun mengeluh. “Aku selalu lupa membuka kaus kaki setelah bangun tidur begitu juga appa. Kami sering terpeleset di kamar mandi. Kamar kami juga sangat berantakan dan kami begadang sepanjang malam untuk menonton pertandingan sepak bola. Eoma selalu marah-marah karena hal itu sehingga kami di hukum membersihkan rumput liar di halaman belakang. Tidak ada yang berubah. Hanya saja sekarang aku tidak sendirian saat aku di marahi.”

“Ck ck ck.” Eunhyuk berkecap sambil geleng-geleng kepala. “Bagaimana mungkin aku bisa percaya dia sudah memiliki anak jika kelakuannya masih seperti itu?”gumamnya pelan. “Kasihan sekali Yoona.”

“Ahjussi tapi…” Sehun terlihat ragu. “…tidak ada yang terjadi pada appa, kan? Akhir-akhir ini dia terlihat sangat sedih.”

“Kau khawatir?” Eunhyuk mengacak rambut Sehun. “Tenang saja. Semuanya sudah kembali seperti semula. Yang penting, kau harus terus berada di samping ayahmu.”

***___***

 

Donghae berjalan mondar-mandir di depan rumahnya. Sesekali ia menggosok-gosokkan telapak tangannya untuk mendapatkan kehangatan. Rasanya sudah sangat lama ia tidak melihat anaknya dan ibunya bilang dia sedang pergi keluar bersama Eunhyuk.

Tak lama di ujung jalan, seorang anak laki-laki dan pria dewasa terlihat sedang berjalan bersisian sambil bercakap-cakap. Sesekali mereka tertawa memperlihatkan hubungan mereka yang sudah mulai akrab. Donghae menatap keduanya dengan senyum tipis. Lega.

“Sehun-ah!”teriak Donghae.

Sehun menoleh ke depan. Detik berikutnya senyumnya mengembang lebar, ia langsung berlari menghambur kearah ayahnya itu dan memeluknya. “Appa!”

“Kau darimana? Appa menunggumu sejak tadi.”

Sehun menguraikan pelukannya dan mendongak, “Eunhyuk samchon mengajakku makan ddokbukkie.”

“Huh? Samchon?”

“Bukankah aku adalah pamannya?”sahut Eunhyuk. Berdiri di depan Donghae dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku coat-nya, pria itu tersenyum tipis, “Kau sudah membaik.”

Itu bukan pertanyaan. Melainkan pernyataan yang benar-benar menunjukkan bagaimana keadaan Donghae sekarang.

Donghae tersenyum lagi, “Aku tidak tau kau datang.”

“Tentu saja kau tidak tau. Kau tidak pernah keluar kamar selama beberapa hari.”

“Maafkan aku.” Ia merangkul pundak Sehun sambil mengajak mereka masuk ke dalam. “Tapi sekarang aku sudah jauh lebih baik.”

“Aku tau.” Mereka menjatuhkan diri di sofa ruang tamu. “Aku senang mendengarnya.”

“Apa appa baik-baik saja? Appa membuatku khawatir.” Sehun ikut berseru.

Donghae menghusap kepala Sehun merasa bersalah, “Appa baik-baik saja. Hanya merasa pusing selama beberapa hari ini. Maafkan appa karena appa sudah membuatmu khawatir.”

“Tidak apa-apa. Selama appa baik-baik saja.” Sehun mengangkat kedua bahunya sambil tersenyum.

Yoona muncul dengan membawa nampan berisi kopi hangat yang ia hidangkan di atas meja untuk Donghae dan Eunhyuk. Melihat hanya ada dua gelas yang terhidang, Sehun langsung melayangkan protes, “Eoma, milikku mana?”

“Ayo ikut eoma ke dalam.”

“Huh? Kenapa?”

“Bantu eoma mengupas sayuran.”

“Apa? Aku kan tidak bisa melakukannya.”

“Ayo.” Yoona menarik paksa lengan Sehun walaupun anak laki-laki itu uring-uringan di samping ayahnya sambil memegangi lengannya meminta pertolongan untuk di selamatkan.

“Aku lelah eoma.”

“Ayo.” Yoona mempertegas suaranya membuat Sehun langsung mengatupkan mulutnya rapat-rapat, pasrah. Donghae melirik anak laki-lakinya yang langsung cemberut itu sambil menahan senyum geli lalu mengacak rambutnya.

“Cepat bantu eoma.”

Bersungut-sungut, Sehun bangkit dari duduknya dan mengikuti Yoona ke dapur. Meninggalkan Donghae dan Eunhyuk yang langsung tenggelam dalam suasana serius. Ada banyak hal yang harus di bicarakan karena itulah tujuan utama Eunhyuk mengambil cuti dan datang jauh-jauh ke Mokpo.

“Apa yang akan kau lakukan sekarang?”tanya Eunhyuk.

Donghae terdiam sesaat, menyeruput kopi hangatnya lalu menatap lurus kearah Eunhyuk, “Memangnya apa lagi yang bisa aku lakukan? Aku hanya ingin hidup tenang dan bahagia.”

“Bagaimana tentang kasus itu? Apa kau akan memperpanjang masalahnya?”tanya Eunhyuk lagi-lagi membuat Donghae terdiam. “Aku mengerti bagaimana perasaanmu jadi apapun yang akan kau lakukan, aku pasti akan mendukungmu. Pikirkan dirimu sendiri lebih dulu. Abaikan aku dan Super Junior. Walaupun kami berada di bawah perusahaan itu, tapi kau bisa melakukan apapun sesuai maumu. Mereka telah melakukan perbuatan yang tidak bisa di maafkan.”

Donghae tersenyum tipis, kedua matanya sendu menatap Eunhyuk, “Jika aku memperpanjang kasusnya, aku tidak akan bisa hidup dengan tenang. Sudah ku katakan jika yang ku inginkan sekarang hanyalah hidup dengan tenang bersama keluargaku. Aku sudah lelah, Eunhyuk-ah.”

Eunhyuk tertegun, “M-maksudmu…”

“Aku meninggalkan anak dan orang-orang yang ku cintai, tidak bicara dengan mereka selama berhari-hari karena masalah ini. Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan. Aku berusaha sangat keras untuk meredam amarahku dan mencari cara untuk melupakan semuanya. Aku benci orang-orang itu. Aku tidak bisa memaafkan mereka. Tapi walaupun begitu, aku sudah mendapatkan semuanya. Anakku kembali. Dia tumbuh dengan baik. Dan aku sudah tidak perlu lagi berpura-pura menjadi orang lain di depan semua orang. Aku sudah tidak perlu menderita lagi. Bukankah semua itu sudah cukup?” Donghae tersenyum tipis.

“Donghae…”

“Ini bukan karena kau dan Super Junior ada di dalam perusahaan itu. Ini bukan tentang kalian. Tapi ini adalah pilihanku untuk hidup tenang.” Pria itu menghusap matanya yang mulai basah. Senyumnya mengembang semakin lebar. “Lagipula aku sudah tidak mau membuatnya menunggu lebih lama lagi.”

“Maksudmu… kau…” Eunhyuk juga tersenyum.

Donghae mengangguk, “Aku akan meresmikannya segera mungkin.”

“Bodoh.” Eunhyuk langsung menghambur memeluk Donghae. “Dasar bodoh.”serunya terharu. “Semoga kau bahagia, Lee Donghae.”

***___***

 

Lee Donghae mantan member Super Junior mengatakan jika dia tidak akan memperpanjang tuntutan pada SM Entertainment + Leeteuk menegaskan bahwa Donghae masih bagian dari grup.

 

Di lansir dari Daily Seoul, mantan member Super Junior Lee Donghae menegaskan bahwa dia tidak akan memperpanjang tuntutan dan akan menyerahkan semuanya pada pengadilan. Pria 32 tahun itu mengatakan dirinya percaya hukum akan bertindak adil. Sementara itu menanggapi pernyataan mantan membernya, leader Super Junior Leeteuk mengatakan jika selamanya Donghae tetap akan menjadi bagian dari Super Junior walaupun mereka sudah tidak bernaung di agency yang sama. Dia juga menegaskan jika hubungan Super Junior dan Donghae tidak pernah berubah dan tetap sama seperti dulu. Di masa depan, mereka tetap akan mendukung satu sama lain.

 

Comment :

 

Nabi87xxx : Lee Donghae adalah malaikat. Dia bahkan tidak melakukan apapun pada orang-orang yang telah berbuat jahat padanya. Semoga dia bahagia.

 

Rywbxxx : Begitulah persaudaraan Super Junior. Mereka tidak akan pernah bisa di pisahkan. Super Junior dan Lee Donghae fighting!

 

Yuraaxxx : Jika aku jadi Lee Donghae, mungkin aku akan nalas dendam dan menghancurkan SM. Tapi Lee Donghae adalah malaikat, dia tidak mungkin melakukan itu. Walaupun aku masih terkejut dengan pernyataannya tapi aku harap kau mendapatkan kebahagiaanmu.

 

Eunjieunxxx : Aku adalah fans Super Junior dan biasku adalah Lee Donghae. Aku adalah salah satu orang yang merasa tersakiti dengan kebohongan itu. Tapi sekarang aku tau bahwa agency-nya yang memaksanya untuk berbohong. Aku masih membencimu, Lee Donghae. Tapi rasa cintaku jauh lebih besar. Kau telah banyak menderita jadi berbahagialah.

***___***

 

“Apa kau sudah siap?”tanya Donghae yang sedang membenarkan kerah bajunya pada Sehun yang berdiri di sampingnya, sedang mengancingkan kemeja sekolahnya.

“Sedikit.”jawab Sehun lesu.

“Jangan gugup. Kau pasti bisa melakukannya.”

Sehun menghela napas panjang, “Appa, bagaimana jika nilaiku menurun? Aku sering sekali tidak masuk sekolah jadi banyak pelajaran yang tertinggal. Eoma pasti akan marah jika nilaiku buruk.”

“Kenapa kau ragu-ragu begitu?” Donghae berdiri menghadap Sehun sambil menghusap kepalanya lembut. “Appa yakin kau bisa melakukannya. Dan walaupun nantinya hasilnya buruk, eoma pasti tidak akan marah karena kau telah berusaha keras. Jangan khawatir.”

Sehun masih terlihat ragu, “Jika eoma marah, appa akan membelaku, kan?”

Ekspresi Donghae seketika berubah lesu. Ia mendesah panjang, “Kau tau eoma sangat mengerikan, kan?” Keyakinannya menghilang mengingat bagaimana kemarahan Yoona itu. “Bagaimana mungkin appa bisa membelamu?”

Sehun kembali menghela napas panjang, “Aku sudah tau pasti begitu.” Dengan lesu, anak laki-laki itu mengambil tas dan dasinya. “Ayo kita sarapan dan pergi ke sekolah, appa. Aku bisa terlambat.”

Donghae juga mendesah. Merutuki dirinya yang benar-benar payah karena dia tidak pernah bisa melawan Yoona. Tapi, tetap saja tidak ada yang bisa dia lakukan, kan?

Di meja makan, semuanya sudah siap di atas meja. Yoona melepaskan apronnya dan memakaikan dasi di kerah baju Sehun.

“Apa kau sudah membaca buku-bukumu?” Sehun mengangguk. “Anak pintar.” Yoona tersenyum lalu mendaratkan kecupan di kening Sehun. Sehun langsung memundurkan kepalanya dan menghusap bekas kecupan di keningnya.

“Eoma, jangan lakukan itu!”protesnya. “Aku sudah besar!”

Yoona tertawa geli, “Siapa yang sudah besar? Siapa? Kau hanya tinggi.”

“Hentikan eoma. Teman-temanku terus menggodaku karena bekas lipstik eoma. Mereka memanggilku anak bayi.”

Yoona mencubit pipi Sehun semakin gemas, “Kau memang anak bayi eoma.”

“Eoma!” Sehun menepis tangan ibunya itu.

Donghae ikut bergabung di meja makan, mengacak rambut Sehun sebelum duduk di kursinya. “Anak appa ternyata sudah besar.”serunya ikut menggoda Sehun. Sehun hanya cemberut. “Huh? Kenapa kau berpakaian rapi? Apa kau mau pergi?” tanya Donghae mengalihkan pandangannya pada Yoona.

Yoona mengangguk, “Chaeyoung unnie mengajakku bertemu. Dia bilang dia ingin menawarkan bisnis.”

“Bisnis apa? Kan sudah ku bilang tidak usah bekerja lagi.”

“Aku tau. Lagipula aku belum tau bisnis apa yang akan dia tawarkan. Jika aku bisa mengerjakannya di rumah, aku akan menerimanya. Tapi jika tidak, aku akan menolaknya.”

“Lalu bukankah kau tau jika sore ini aku ada siaran langsung?”

“Aku sudah menyiapkan baju dan perlengkapannya. Kau tinggal memakainya.”

“Kau juga harus menontonnya.”

“Bagaimana aku bisa menontonnya? Aku ada janji dengan—“

“Ya! Apa janjimu itu lebih penting? Kekasihmu akan tampil di TV untuk pertama kalinya. Kau harus menontonnya!”

“Oh Tuhan, kenapa kau berteriak?” Yoona menutup kedua telinganya. “Iya! Aku akan menontonnya! Menyebalkan sekali.”gerutunya kesal.

“Pastikan kau menontonnya, mengerti?!”

“Aku tau!”

***___***

 

Yoona berjalan dengan langkah-langkah cepat memasuki cafe itu untuk menghindari angin kencang yang terjadi di luar. Udara benar-benar dingin. Sepertinya akan turun salju sebentar lagi.

“Yoona.” Wanita itu menoleh ke asal sumber suara ketika mendengar seseorang memanggilnya.

Senyumnya langsung mengembang, “Unnie.” Ia menghampiri wanita itu dan langsung memberikannya pelukan. “Lama tidak bertemu dan unnie terlihat semakin cantik.”

“Kau juga.”balas Chaeyoung. “Duduklah. Aku sudah memesankan kopi hangat untukmu.”

“Aku benar-benar penasaran dengan bisnis yang unnie katakan. Sebenarnya bisnis apa itu?”

“Kakakku akan menampilkan busana rancangannya pada Seoul Fashion Week nanti dan dia membutuhkan seseorang untuk membantunya. Awalnya dia memintaku tapi karena aku masih terikat kontrak dengan SM, aku tidak bisa melakukannya jadi aku memberitahu tentangmu. Aku menunjukkan hasil karyamu dan dia setuju. Dia ingin kau membantunya.”

“Benarkah?!” Kedua mata Yoona langsung berbinar. “Seoul Fashion Week?!”

“Iya. Mungkin saja hal itu akan membuatmu lebih maju dari sebelumnya. Sebaiknya kau mencobanya.”

“Aku mau!” Nada bersemangat Yoona seketika berubah begitu ia teringat sesuatu. “Euh… tapi unnie… aku tidak bisa melakukannya di luar rumah. Maksudku… aku hanya bisa mengerjakannya di rumah saja.”

“Apa Donghae melarangmu bekerja di luar?” Ia langsung tau. Yoona mengangguk sambil mendesah panjang. “Dasar anak itu. Dia tidak berubah.”decaknya geleng-geleng kepala. “Jangan khawatir. Kau bisa mengerjakannya di rumah. Kau hanya perlu berkomunikasi lewat email atau sesekali bertemu dengan kakakku untuk bertukar ide.”

“Apakah itu tidak apa-apa?”

“Tidak apa-apa. Jangan khawatir.” Chaeyoung menepuk-nepuk punggung tangan Yoona. “Lagipula aku mengerti situasinya.”

Yoona tersenyum, “Terima kasih unnie.”

***___***

 

Suasananya sedikit canggung. Jika biasanya dia akan pergi dengan banyak orang, kali ini ia mengendarai mobilnya sendiri menuju lokasi syuting. Hingga saat ini, Donghae memang belum memutuskan agency mana yang akan ia masuki. Untuk sementara ia bekerja sebagai individu.

Dari kejauhan, sudah terlihat banyak orang mengerumuni lokasi syuting. Ia sedikit terkejut dengan banyaknya fans yang berkumpul disana. Dia bertanya-tanya apakah orang-orang itu sedang menunggunya?

“Aku tidak salah tempat, kan?” ia bergumam seorang diri. Tapi konsep Entertainment Weekly memang seperti itu. Mereka akan berjalan kaki menuju sebuah cafe dengan kerumunan fans. Hanya saja, dia tidak menyangka jika fans yang datang akan sebanyak ini.

Donghae menepikan mobilnya di pinggir jalan, seorang staff yang menyadari kehadiran Donghae langsung berlari dan membukakan pintu mobil untuknya. Donghae sedikit terkejut dan buru-buru membungkukkan tubuhnya mengucapkan terima kasih. Para fans yang di dominasi oleh perempuan seketika berteriak begitu mereka melihat Donghae membuatnya malu, menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

Donghae berkali-kali membungkukkan tubuhnya dengan senyum lebar bahagia pada orang-orang yang rela datang ke tempat itu walaupun cuacanya sangat dingin. Pemandu acara itu menghampiri Donghae dan keduanya berpelukan sejenak – Donghae kembali membungkukkan tubuhnya setelah itu –

“Donghae-ssi, sudah lama sekali.”seru pembawa acara sambil mulai berjalan beriringan.

Donghae mengangguk kikuk, “Ini pertama kalinya aku tampil sendirian jadi rasanya sedikit canggung.”balas Donghae. “Aku sangat buruk dalam hal-hal seperti ini.”

“Kau tetap pemalu.”ujar pembawa acara di sertai teriakan para fans yang semakin menggila.

Sementara di cafe, televisi yang tergantung di dinding menampilkan acara yang sedang berlangsung. Fokus Yoona seketika terarah pada layar televisi begitu ia melihat wajah Donghae muncul disana.

“Oh? Acara itu live?”tanyanya menunjuk layar televisi itu.

Chaeyoung menoleh ke belakang, “Bukankah biasanya mereka melakukan rekaman dulu untuk episode selanjutnya? Tapi ini live?” Ia balik bertanya menatap Yoona. “Dimana Donghae sekarang?”

“Dia bilang dia akan melakukan interview dan menyuruhku nonton televisi. Jadi dia tampil di acara itu?”

“Apa ini penampilan pertamanya sejak hiatus?”

Yoona mengangguk, “Dia menolak semua tawaran yang datang padanya sebelumnya tapi beberapa hari lalu dia bilang dia akan melakukannya. Aku rasa kepercayaan dirinya sudah kembali.”

Chaeyoung tersenyum lebar, “Dia sudah banyak menderita.” Lalu menggenggam tangan Yoona, “Kau juga.”

“Tidak unnie. Aku baik-baik saja.” Yoona menggeleng.

“Lihatlah dia. Dia selalu buruk jika tampil di TV sendirian. Dia sangat canggung.” Chaeyoung tertawa melihat Donghae.

 

Donghae-ssi, bagaimana perasaanmu sekarang?”tanya Pembawa Acara ketika mereka sudah berpindah ke sebuah cafe.

“Sejujurnya pikiranku kosong. Aku tidak menyangka ada banyak orang yang menyambutku. Aku sangat senang dan sedikit takut.”

Pembawa acara tertawa, “Kenapa kau takut?”

“Aku benar-benar buruk dalam hal seperti ini. Aku tidak pernah datang interview sendirian.”

 

“Yah, dia akan ketakutan jika berada di antara orang-orang asing. Aku harap dia tidak akan menangis.”decak Chaeyoung geleng-geleng kepala. Yoona hanya tersenyum geli.

 

“Lalu apakah aku boleh bertanya padamu?”

Donghae tertawa, kali ini terlihat lebih santai, “Aku tau apa yang akan kau tanyakan.”

Pembawa acara ikut tertawa, “Jadi aku boleh bertanya tentang gadis itu, kan?”

“Gadis yang mana?” Donghae tersenyum penuh arti.

“Apa kau bertemu dengan banyak gadis di luar sana? Tentu saja gadis itu.”

Tawa Donghae seketika pecah, “Tolong jangan bicara sesuatu yang akan menimbulkan kesalah pahaman.”

 

“Apa dia banyak bertemu gadis-gadis di luar sana?” Chaeyoung menatap Yoona sekilas.

“Aku akan membuat perhitungan setelah dia pulang nanti.”

 

“Kau terlihat sangat bahagia. Aku rasa kau telah bertemu dengan orang yang tepat.”

Donghae mengangguk, “Tentu saja aku bahagia. Semuanya sudah terungkap dan aku tidak memiliki beban lagi. Aku juga bertemu dengan orang-orang yang menyayangiku. Aku bersyukur dengan hidupku sekarang.”

“Aku mendengar kabar jika kau akan melanjutkan hubunganmu ke jenjang yang lebih serius, apakah itu benar?”

Donghae terlihat ragu-ragu selama beberapa saat sebelum akhirnya ia bicara, “Selama aku menyendiri, aku telah berjanji pada diriku untuk tidak membohongi siapapun lagi. Aku bertemu dengan seseorang yang rela berkorban untukku. Seseorang berhati tulus yang bisa mengarahkanku ke jalan yang lebih baik. Dia adalah seseorang yang bisa membuat hatiku bergetar setiap kali aku bersamanya. Jadi aku tidak akan menyembunyikannya lagi. Berita itu memang benar.”

Pembawa acara itu terlihat sangat terkejut, “Jadi kau akan menikah dalam waktu dekat?”

“Aku pikir aku telah membuatnya menunggu terlalu lama dan membuatnya menanggung beban yang ku timbulkan sendirian. Aku ingin kami bersama-sama menanggung beban itu dan menemukan jalan untuk bahagia.”

“Dia pasti sangat berharga untukmu.”seru pembawa acara, masih dalam rasa terkejutnya. “Apa sekarang dia menonton? Katakan sesuatu  padanya.”

Donghae tertawa sambil menutupi wajahnya karena malu. Lalu dengan wajah yang memerah, ia menatap kearah kamera.

“Kau tau aku bukanlah seseorang yang bisa mengungkapkan perasaanku dengan baik. Aku sedikit kekanak-kanakkan dan menyebalkan. Aku tau bagaimana sulitnya merawatku. Tapi kau tidak pernah meninggalkanku dan selalu mempercayaiku. Terima kasih untuk semua waktu yang kau berikan untukku. Dan terima kasih karena telah menemaniku melewati semuanya. Yoong-ah…” Donghae terdiam sesaat. Senyumnya mengembang lembut, “Menikahlah denganku.”

END

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan komentar