FF EXO : AUTUMN CHAPTER 31

autumn

Author  :  Oh Mi Ja

Cast :  Leeteuk SJ as Park Jungsoo

Luhan EXO as Park Luhan

Kai EXO as Park Jongin

Sehun EXO as Park Sehun

Support Cast      : Kris EXO as jaksa

Suho EXO as Pastor

Taemin Shinee as Lee Taemin

JR JJ Project as Park Jin Young

Jonghyun CN Blue as Lee Jonghyun

Shindong SJ as Shin Donghee

Dongho Ukiss as Shin Dong Ho

Genre                   : Brothership, Family, Mystery, Comedy, Friendship

Sama seperti kasus ayahnya, kasus kecelakaan Kris juga terasa sedikit janggal karena kasus itu berakhir dengan sangat cepat dengan dugaan tabrak lari tanpa ada usaha untuk mencari siapa pelakunya.

Nyonya Anne sudah mengusahakan untuk melanjutkan kasusnya namun hasilnya tetap nihil. Pengadilan seperti punya banyak cara untuk menghentikannya.

Luhan pikir, mungkin ini berkaitan dengan kasus ayahnya, mengingat Kris adalah orang yang akan membantunya waktu itu. Yah, mungkin saja pelakunya adalah orang yang sama.

Luhan terus menatap kearah layar laptopnya. Sementara di sampingnya nyonya Anne juga memandangi layar itu. Luhan memajukan waktunya ke siang hari ketika Kris kecelakaan.Di layar, sosok menjulang Kris terlihat sedang menyebrang jalan dan akhirnya sebuah mobil melaju kencang kearahnya dan menabraknya begitu saja. Nyonya Anne langsung menjerit dan mengalihkan wajahnya, tak bisa melihat kejadian itu karena rasa sakit atas kehilangan Kris masih terasa hingga sekarang.

Luhan menghusap pundak nyonya Anne pelan untuk menenangkannya kemudian menekan tombol pause. Ia memperbesar ukuran gambar dan mencatat nomor kendaraan mobil bewarna hitam itu.

“Nyonya Anne, apa nyonya baik-baik saja?”Tanya Luhan. Buru-buru ia mematikan laptopnya.

Nyonya Anne menghusap air matanya, “Aku hanya teringat dengan anak itu. Maafkan aku.”

Luhan tersenyum lalu memberikan sebuah tisu padanya, “Dia sudah berada di tempat yang tenang sekarang. Nyonya tidak boleh bersedih.”ucapnya. “Walaupun terkadang aku juga merasakannya, tapi aku yakin dia sudah bahagia disana. Dia pasti tidak mau melihat kita bersedih.”

“Aku hanya merasa sedikit kesepian. Biasanya dia akan datang dan mengganggu pekerjaanku. Ketika aku bekerja keras, dia akan menyuruhku bersantai dan menikmati waktuku. Aku benar-benar merasa kehilangan saat dia pergi.”

Luhan kembali menghusap pundak wanita itu, “Maafkan aku. Karena dia ingin membantuku, dia jadi mengalami hal seperti ini.”

Nyonya Anne menggeleng, “Tidak. Ini bukan salahmu. Dia memang selalu suka ikut campur masalah orang lain. Ini sudah takdirnya.” Wanita itu tersenyum. Tangannya terulur dan menghusap pipi Luhan lembut. “Kau harus menangkap pelakunya dan menghukum mereka. Berjanjilah padaku.”

Luhan mengangguk, “Aku berjanji.”

***___***

 

“Ini beberapa buku catatan, kau harus mempelajarinya.” Jinyoung meletakkan beberapa buku di atas meja, di hadapan Sehun. “Minggu depan ada ulangan jadi kau harus datang. Nilaimu sudah banyak yang kosong.”

“Bawa kembali. Aku tidak akan datang.”balas Sehun memalingkan wajah.

“Ya, mau sampai kapan kau tidak pergi ke sekolah? Kau bisa tidak lulus.”

“Aku akan mengulang, kau tidak perlu khawatir.”

Mendengar itu, Taemin dan Jongin sama-sama menghela napas panjang, “Jika kau tidak lulus, Luhan hyung akan membunuhmu.”sahut Taemin.

“Cepat salin itu dan pergi ke sekolah besok.”suruh Jongin.

“Apa hyung lupa? Besok aku harus pergi ke persidangan. Manager hyung menyuruhku datang.”

Mata Jongin melebar, “Apa mereka menyuruhmu minta maaf?”

“Tidak. Dia bilang setidaknya aku harus menghadapinya agar para netizen tidak mengataiku pengecut lagi.”

“Kalau begitu kau juga harus datang ke sekolah. Kau harus menghadapinya agar teman-teman sekelasmu berhenti menghujatmu. Jika kau seperti ini terus, mereka akan berpikir jika kau adalah pengecut dan akan berpihak pada Dongho.”balas Jongin. “Kau sudah dewasa, kau harus bertanggung jawab atas apa yang kau lakukan.”

Sehun masih mengalihkan wajahnya, ia menggerutu, “Jika hanya aku yang di maki, aku tidak akan perduli. Tapi mereka juga memaki kalian. Bahkan sekarang nama Jinyoung mulai terseret. Aku harus membela banyak orang dan menghadapi banyak orang. Aku butuh beberapa waktu agar bisa melakukannya, hyung.”

“Kau tidak perlu membela kami, kau—“

“Bagaimana mungkin aku tidak membela kalian?”potong Sehun. “Hyung, aku melewati hari demi hari dengan terus mencoba menahan kesabaranku. Aku sangat ingin menghajar mereka semua. Jika saja aku bukan seorang Idol, mungkin aku sudah melakukannya. Tapi, manager hyung menyuruhku untuk diam dan mempercayakannya pada perusahaan. Setiap hari, aku benar-benar tersiksa karena aku merasa bersalah hyung.”

Jongin kembali menghela napas panjang. Ia menatap adik bungsunya itu mengerti, “Aku tau kau melewati hari yang lebih berat karena orang-orang mengenalmu tapi kau tetap harus memikirkan dirimu sendiri. Lakukan apapun maumu dan buat dirimu bahagia. Jika kau merasa takut, kau tau kau bisa berlindung pada kami.”

Sehun hanya diam. Dia tidak menjawab apapun dan terus menatap lurus kearah lantai pijakan. Dia benar-benar dilemma. Jika saja dia memiliki sedikit kekuatan untuk menghadapi orang-orang itu. Jika saja dia bisa menahan diri untuk tidak marah saat mereka memaki keluarganya. Tapi, dia adalah orang yang paling tau bagaimana kondisi hati dan jiwanya saat ini. Dia sedang berada di titik dimana dia tidak bisa mentolerir segala bentuk cacian yang akan di lemparkan pada keluarganya. Hatinya sedang gundah dan dia tidak sedang dalam kondisi yang baik untuk menjaga emosinya. Jadi daripada dia keluar dan melakukan hal-hal yang semakin diluar kendali, dia pikir dia butuh sedikit waktu untuk menenangkan perasaannya.

“Kalau begitu, aku pergi dulu. Aku harus bekerja. Nanti malam aku akan kembali.” Taemin menepuk pundak Jongin lalu mengambil tasnya.

“Tidak usah kemari. Kau sebaiknya pulang dan istirahat.”

“Bicara apa kau ini? Aku tidak mungkin pulang jika kau masih di rawat disini.”dengus Taemin. “Aku pergi dulu.”

Jongin berdecak sambil geleng-geleng kepala, “Ah, dasar.”

Ketika Taemin akan membuka pintu, seseorang dari arah luar sudah membuka pintu lebih dahulu. Pria itu terkejut, “Jonghyun hyung?”

Jonghyun tersenyum, “Kau mau pergi kerja?”

“Iya. Aku sedang buru-buru. Kita bicara nanti, hyung. Sampai jumpa.”

Jonghyun mengangguk lalu masuk ke dalam ruangan Jongin. Melihat kedatangan Jonghyun, Jinyoung langsung menarik lengan Sehun dan mengajaknya pergi.

“Kami akan pergi ke kantin sebentar, hyung. Aku belum makan sejak tadi.”

Jongin dan Jonghyun mengangguk, “Baiklah.”

Jonghyun meletakkan buah-buahan yang ia beli di atas meja lalu menjatuhkan diri di sisi ranjang Jongin. Jongin menyambutnya pria itu dengan senyum. Dia tau, dia berhutang permintaan maaf padanya.

“Apa kabar, hyung?”sapa Jongin.

Jonghyun tersenyum kecut, “Kau lihat saja sendiri bagaimana wajahku.”

Jongin tertawa, “Maaf.”

“Kau sudah gila.”

Jongin semakin tertawa, “Maafkan aku, hyung.”ulangnya lagi.

“Aku akan menunggumu sampai kakimu membaik. Bukan hanya aku tapi tim juga.”

“Hyung, kembali ke tim itu adalah hal yang sulit.”

“Tidak.” Jonghyun menggeleng. “Kami akan tetap menunggumu. Kami membutuhkanku dalam tim.”

“Apa kau mengancam pelatih lagi, hyung?”tebak Jongin membuat Jonghyun terkekeh.

“Kau tau bagaimana aku, kan?”

“Hyung, jika kau terus begini, pelatih bisa marah besar.” Jongin berdecak. “Hyung selalu berbuat seenaknya.”

“Jika dia marah, dia bisa memberhentikanku. Tidak apa-apa jika tidak bermain di timnas.”

“Jangan bohong. Aku tau bermain di timnas adalah impian hyung.”balas Jongin cepat. “Bersikaplah yang baik dan tunjukkan bagaimana sebenarnya seorang kapten itu. Hyung justru menunjukkan contoh yang buruk.”

“Lalu bagaimana denganmu? Bukankah kau menjadi pemain bola untuk mewujudkan impian kakakmu? Jika kau berhenti, itu artinya kau tidak mewujudkan impiannya.”

Jongin langsung melotot, “Apa hyung sedang mengancamku?”

“Iya. Agar kau tidak berhenti.”

“Benar-benar… aku tidak akan main bola untuk sementara waktu karena ini.” Jongin menunjuk kakinya yang di perban.

“Sudah ku bilang aku akan menunggumu.”

***___***

 

Di kantin rumah sakit, Jinyoung hanya bisa menghela napas panjang ketika melihat wajah Sehun yang terus cemberut. Bahkan pria itu mengalihkan wajahnya dan tidak mau menatapnya.

“Apa kau marah karena aku membawakan buku-buku pelajaran?”tanya Jinyoung langsung. “Bukankah seharusnya aku mendapatkan ucapan terima kasih?”

Sehun menatap Jinyoung kesal, “Karena kau Jongin hyung jadi memarahiku.”

“Memangnya aku melakukan hal yang salah?”

“Sudahlah. Tidak usah perduli padaku lagi.”

“Dasar kekanak-kanakkan. Aku pikir kau sudah tumbuh dewasa.”decak Jinyoung kesal sambil meletakkan rotinya kembali ke piring.

“Bukankah yang kekanak-kanakkan itu kau? Kau terus mengikutiku kemanapun. Jadilah dewasa dan hiduplah mandiri!”

“Apa?” Jinyoung tak percaya dengan kata-kata Sehun barusan. “Waaah, kau benar-benar mencari masalah denganku?”

“Apa? Kau mau apa?”balas Sehun menantang.

“Bukankah itu Sehun?” Tiba-tiba beberapa orang gadis berkumpul di samping meja mereka sambil berbisik-bisik.

“Iya kan? Itu Sehun?”

“Benar. Dia Sehun.”

“Apa yang sedang dia lakukan disini?”

“Dasar tidak tau malu.”

“Seharusnya dia mengunci dirinya di rumah seumur hidupnya. Aku tidak mau melihatnya.”

“Lalu siapa pria yang sedang bersamanya?”

“Mungkin dia pembantunya.”

Kemudian gadis-gadis itu tertawa cekikikan seakan-akan itu adalah hal yang lucu. Jinyoung dan Sehun –yang masih merasa kesal setelah bertengkar- semakin memanas.

Keduanya tiba-tiba berdiri dan menghadap kearah gadis-gadis itu, gadis-gadis itu seketika tersentak karena dua sosok menjulang itu langsung memblokir sinar matahari yang mengarah kearah mereka.

“Apa rumah sakit ini milik kalian?”seru Sehun kesal. “Apa aku tidak boleh berada disini? Jika kalian tidak mau melihatku kenapa bukan kalian yang pergi? Carilah rumah sakit lain!”

“Dan juga…” Jinyoung menyahuti sambil membuka maskernya. “Apa wajah seperti ini adalah wajah pembantu?” Ia menunjuk wajahnya sendiri. “Kalian akan aku tuntut atas pencemaran nama baik!”

Gadis-gadis itu seketika mengangkat nampan mereka dan meninggalkan tempat. Sambil berkacak pinggang, Sehun dan Jinyoung menghembuskan napas panjang bersamaan.

“Aku benar-benar kesal.”dengus Sehun.

Jinyoung mengangguk, “Aku juga.”

“Ayo pergi, aku sudah kehilangan nafsu makanku.”

Jinyoung mengangguk lagi, “Ayo.”

Keduanya kemudian pergi meninggalkan ruang kantin dan kembali ke ruangan Jongin.

***___***

 

“Aku baru saja tiba di rumah sakit, nyonya Anne. Aku harus menemui Sehun untuk memeriksa jawaban yang akan dia berikan dalam persidangan besok. Jika nyonya Anne lelah, nyonya bisa beristirahat saja. Besok kita lanjutkan lagi. Baiklah. Sampai jumpa besok, nyonya Anne.”

Luhan mematikan sambungan teleponnya lalu membuka gintu ruangan Jongin. Terlihat ada banyak orang di sana, Jinyoung, Jonghyun dan Taemin. Kening Luhan berkerut karena dia tidak menemukan Sehun.

“Oh? Luhan hyung?” Jinyoung menyambut kedatangan pria itu.

“Mana Sehun?”tanyanya.

“Pergi ke ruangan lain bersama manager dan pengacaranya. Mereka bilang harus membicarakan sesuatu tentang persidangan besok.”

“Dimana mereka?”

“Aku pikir di ruang pertemuan VIP.”

Luhan meletakkan tasnya lalu keluar lagi. Ia mencari Sehun di ruang pertemuan VIP. Sesampainya disana, ia bertemu dengan manager Sehun serta seorang pria yang diketahui sebagai pengacara Sehun.

“Aku Luhan. Park Luhan.” Luhan berjabat tangan dengan pria itu sambil memperkenalkan dirinya.

Pria itu mengangguk, “Iya. Aku sudah tau banyak tentangmu. Kau sangat terkenal.”

Luhan tersenyum, “Maksudmu terkenal karena banyak skandal?”

“Ah, tidak. Bukan begitu. Aku tulus memujimu.” Pria itu menggeleng. “Aku Jo Kwonsu. Aku adalah pengacara saudara Sehun.”

“Aku minta maaf karena aku telah mencampuri pekerjaanmu tapi aku harus memeriksa apa saja yang akan di jawab oleh Sehun di persidangan besok.”

“Yah, aku mengerti. Kau pasti khawatir.” Kwonsu mengeluarkan beberapa dokumen dari dalam tasnya.

“Maaf tuan Park tapi sebenarnya kami tidak mempersiapkan banyak hal.”sahut manager Sehun. “Jika hanya di lihat dari kasus pemukulan itu, sudah jelas Sehun adalah pihak yang bersalah. Tapi jika ingin diperluas, kita bisa menyelidiki kasus ini secara lebih mendalam dan itu akan berkaitan dengan kasus yang sedang anda tangani saat ini. Kami tidak tau apakah kami harus memperluas kasus ini atau tidak karena Sehun mengatakan jika dia harus bertanya pada anda dulu.”

Luhan mengalihkan tatapannya pada Sehun, “Bagaimana menurutmu?”

“Aku tidak tau.” Sehun menggeleng pelan. “Aku tidak terlalu mengerti tentang hukum tapi aku ingin kebenarannya terungkap.”ucapnya. Ia menarik punggung dari sandaran sofa. “Jika mereka ingin aku minta maaf atas pemukulan itu, aku akan melakukannya dan mengakui jika aku memang bersalah. Tapi mereka juga harus minta maaf padaku. Ah, tidak. Bukan hanya minta maaf, tapi mereka juga harus mendapatkan balasannya.”

Luhan menghela napas panjang. Ada banyak hal yang sedang berkecamuk di pikirannya. Tidak bisa memikirkannya satu-persatu namun sekaligus. Dia harus menyelesaikan semua hal.

“Jika kau mau, aku bisa membantu.” Kwonsu bersuara. “Sebenarnya aku sudah mengikuti perkembangan kasusmu sejak awal dan Dongyeol hyung juga sudah menjelaskan semuanya padaku.” Sehun langsung melotot pada managernya yang langsung meringis lebar. Dia sudah berjanji untuk tidak memberitahu siapapun tapi dia justru memberitahu pengacara itu. “Kau bisa mempercayaiku karena aku adalah sepupu Dongyeol hyung.”

“Aku sudah pernah di khianati oleh seorang pengacara. Aku tidak mau hal itu terjadi untuk kedua kalinya.” Luhan tersenyum. “Terima kasih atas tawaranmu. Tapi tidak semudah itu mempercayai orang lain.”

“Lalu, haruskah aku membuat persidangannya selesai dengan cepat dan membiarkan adikmu minta maaf di depan semua orang?”

Luhan langsung terdiam.

Kwonsu menatap Luhan balas tersenyum, “Semuanya ada di tanganmu. Kau yang harus memutuskannya.”

***___***

 

Hari itu, hanya ada Jinyoung, ibunya dan pastor Kim yang menghadiri persidangan Sehun. Taemin tidak bisa hadir karena dia harus menjaga Jongin sementara Luhan dan Jonghyun harus menjaga Kim Donghyun agar tidak melarikan diri.

Semalaman, Luhan telah berpikir tentang apa yang harus dia lakukan dan apa yang harus dia pilih untuk persidangan ini.

Dia menghabiskan malam  dan akhirnya telah mengambil keputuan.

Dia sudah terlalu jauh. Dia sudah tidak bisa kembali.

“Tuan Dongho tidak akan menuntut apapun termasuk biaya rumah rumah sakit dan kerugian yang di alaminya atas pemukulan itu. Beliau hanya menginginkan permintaan maaf terbuka dari terdakwa agar terdakwa menyadari apa yang di lakukannya adalah kesalahan. Memukul seorang teman sekelas tanpa alasan yang jelas bukanlah hal yang baik. Mereka masih sama-sama di bawah umur jadi tuan Dongho tidak mau memperpanjang masalah ini. Sekian pernyataan dari saya, Yang Mulia.”

Hakim mengangguk, lalu mengalihkan tatapannya pada Sehun dan pengacaranya.

“Apa ada pembelaan dari pihak terdakwa?”

Sehun dan Kwonsu saling tatap untuk beberapa saat. Hanya Kwonsu yang tau keputusan apa yang telah di ambil oleh Luhan. Karena Luhan terus diam sejak keluar dari ruang pertemuan VIP itu. Sebelum persidangan, Kwonsu hanya menyuruh Sehun untuk diam dan tidak mengatakan apapun.

Kwonsu berdiri dari duduknya, menatap Hakim, “Klien saya tidak akan minta maaf karena dia tidak bersalah.”

Pernyataan itu sontak membuat semua orang tersentak, termasuk Sehun sendiri.

“Dia tidak mungkin memukul teman sekelasnya tanpa alasan. Selama Ini, kita terus berpikir jika saudara Sehun telah melakukan kesalahan karena dia yang melakukan pemukulan itu. Tapi kita tidak pernah bertanya apa alasannya dan kenapa dia melakukan hal itu.”

Jaksa penuntut berdiri, “Bukankah semuanya sudah jelas?!”

Kwonsu menggeleng, “Tidak.”serunya dengan senyum. “Musim dingin empat tahun lalu, seorang anak kecil yang kehidupan damainya di renggut tiba-tiba dan di paksa menjalani kehidupan yang keras telah di beritahu sebuah kenyataan oleh tuan Shin Donghee dan Shin Dongho yang mengakibatkannya mengalami trauma dan kehilangan sebagian ingatannya. Empat tahun lalu, dia hanyalah anak kecil yang baru saja mengalami kesedihan. Namun kedua orang itu datang dan menambah luka padanya!”

“Jangan mengada-ada, pengacara Jo!”

Kwonsu kembali tersenyum, “Yang Mulia, saya punya beberapa laporan tentang penyakit saudara Sehun.” Ia maju ke depan, menyerahkan beberapa lembar kertas. “Disana tertulis jika saudara Sehun mulai pergi ke rumah sakit sejak dia menjadi trainee di sebuah agency, itu terjadi empat tahun lalu. Di dalam laporan itu, dokter yang menangani penyakit saudara Sehun juga mencatat hal-hal yang di keluhkan saudara Sehun selama empat tahun ini. Salah satunya, dia kembali mengingat kejadian empat tahun lalu.”

“Yang Mulia, pihak terdakwa mulai keluar jalur.”

“Tidak.” Balas Kwonsu. “Ini ada hubungannya dengan persidangan ini. Kita harusmengetahui alasan sebenarnya saudara Sehun melakukan pemukulan itu.”

“Yang Mulia, bukti tidak bisa di percaya keasliaannya.”

“Kalian bisa melakukan pemeriksaan. Laporan itu adalah laporan asli yang di tulis oleh dokter Yoo. Laporan itu sudah di buat sejak empat tahun lalu.”

“Pengacara Jo dan Jaksa penuntut mohon tenang.”seru Hakim.

Kwonsu menghembuskan napas panjang, berusaha meredam amarahnya. Sekilas, ia menatap Sehun yang terlihat pucat di kursinya.

“Yang Mulia, bolehkah saya memanggil dokter Jo untuk bersaksi?”

Hakim mengangguk, “Saksi di persilahkan masuk.”

***___***

 

“Apa yang sedang kau lakukan?” Jonghyun menghampiri Luhan yang sedang duduk melamun di teras belakang rumah.

Luhan menoleh sambil memijat keningnya, “Tidak. Hanya berpikir.”

“Kau terlihat pucat. Apa kau sakit?”

Luhan menggeleng, “Tidak. Mungkin aku kelelahan.”

“Haruskah aku membeli obat untukmu?”

“Tidak perlu. Aku tidak apa-apa.”

Jonghyun masih menatap pria itu ragu, “Kau yakin?”

“Iya.”

Jonghyun mengulurkan tangannya dan menyentuh kening Luhan, memeriksa suhu tubuhnya.

“Aku tidak apa-apa.”seru Luhan menepis tangan Jonghyun pelan. “Kau tidak pergi latihan? Sejak kemarin kau ada di sini. Apa mereka tidak mencarimu?”

“Aku bilang aku sedang sakit.”balas Jonghyun. “Aku tidak mungkin meninggalkan rumah ini dan orang itu. Bagaimana jika dia kabur lagi?”

“Aku yang akan menjaganya.”

“Kau kan harus pergi ke rumah sakit dan ke kantor.”kata Jonghyun. “Sudahlah, Kau tidak perlu khawatir.” Ia menepuk pundak Luhan membuat Luhan tersenyum penuh terima kasih. “Oh ya, ngomong-ngomong bagaimana hasil persidangan Sehun? Apa pengacara itu sudah menghubungimu?”

“Belum. Sepertinya persidangannya belum selesai.”

“Hey, kau yakin pengacara itu bisa di percaya? Bukankah ini sedikit aneh? Dia tiba-tiba saja ingin membantumu.”

“Dia bilang dia dan aku punya musuh yang sama.”

“Maksudmu? Dia juga membenci tuan Shin itu?”

“Entahlah. Dia tidak mengatakan apapun padaku. Dia bilang dia akan menjelaskannya nanti.”

“Itu semakin aneh!”balas Jonghyun cepat. “Kau harus berhati-hati padanya, mengerti? Jangan berikan dia informasi atau bukti yang kau miliki.”

Luhan mengangguk, “Aku tau.”

“Lalu… Kim Donghyun?” Suara Jonghyun berubah menjadi hati-hati. “Sejak menangkapnya, kau belum bicara dengannya sama sekali. Bukankah kita harus minta keterangan darinya?”

Luhan terdiam cukup lama sebelum menjawab pertanyaan Jonghyun itu, “Aku sedang mengumpulkan banyak kekuatan. Aku sedang berusaha menahan diri untuk tidak membunuhnya.”

Jonghyun mengangguk mengerti, “Baiklah. Lakukan apapun yang kau pikir itu adalah yang terbaik.”

Tiba-tiba ponsel Luhan berbunyi. Ia langsung menjawab panggilan yang ternyata berasal dari nyonya Anne tersebut.

“Ada apa nyonya Anne? Maaf aku belum bisa–“

“Luhan, ini gawat. Ada beberapa orang yang sedang mengintai kantor kita.”

Mata Luhan melebar, “Apa?”

“Sekarang, aku sedang dalam perjalanan ke rumahmu.”

“Baiklah. Nyonya Anne, harus hati-hati. Jika terjadi sesuatu cepat hubungi aku.”

TBC

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

9 respons untuk ‘FF EXO : AUTUMN CHAPTER 31

  1. Hikari berkata:

    apa yg terjadi lagi??
    bisakah pengacara itu dipercaya??😯😯😯😯
    kasian Park Sibling😢😢😢
    Jangan sampai Ny. Anne juga ikut jadi korban..please😊😊😊😊

  2. Anfa berkata:

    Lucu wktu jinyoung sama sehun marah d.kantin rs,. Jinyoung lepas masker buat nunjukin wjah.a pdahal sebelum.a dia makan roti kn?? Atau belum smpet d.makan?? Hhhhh.. :p smoga si pengacara baru dpet d.percaya,. ( Amiin ).. Semoga ny. Anne gk dpet msalah atau jdi korban selanjut.a,, ( amiiin ).. Semoga masalah.a cpet selesai,.. ( Amiiin ),, semoga park sibling dper kebahagiaan (amiiin),. Dan semoga ff ini masih panjang chap.a (Amiiin),. Hwaiting buat kak mija,. Semngat nulis.a,, 😎

  3. Hesti andriani berkata:

    Lagi enak-enak baca tau-tau ada tulisan TBC.
    Lucu pas adegan jinyoung sama sehun pas dikantin rumah sakit dan mereka sama-sama kesal. Apa pengacara sehun bisa dipercayai dan siapa musuh yang dimaksud sama pengacara sehun, semoga aja pengacara sehun itu orang baik dan dia berpihak sama park sibling. Pasti yang ngintai kantornya luhan itu orang-orang suruhan shin donghee dan semoga nyonya anne ngga kenapa-kenapa. Semoga juga kebenaran akan cepat terungkap dan mereka bisa hidup dengan bahagia lagi.
    Buat kak mija fighting terus ya ☺☺

  4. RAIN berkata:

    Seruuseruu, pengacara baru itu beneran baikkah ato justru pura2 baik, penasaran sm sidang2 selanjutnyaaa, ayo authornim buat sehun luhan dan jongin bahagiaaa! Next yaa

  5. AnisMaria berkata:

    Semoga aja pengacara itu bisa dipercaya,,, kasian masa dari sejak lama Park siblings tertipu terus, dikhianati harapan terus,, kasiannn

    Dan aku…
    nggak tau tapi aku ketawa campur nangis pas liat tulisan Jinyoung dibilang pembantu.. sedih masak tunanganku *hoek* 😂 dikatai kayak gitu… dan ketawa karena momennya lucu,,, anak manis imut dan menggemaskan giru kok diejek kayak pembantu Sehun…

    btw pas adegan Sehun Jinyoung berantem aku senyum aja, mereka kayak anak kecil yang manissss…

    dan juga… ada apa di kantor Luhan?

  6. So_Sehun berkata:

    Hahhhh….semoga pengacara Jo Kwonsu beneran orang baik yg dikirim author utk membantu park sibling…
    Semoga kebenaran cepat terungkap..karna aku sdah gemes liat shin donghee dan shin dongho itu….
    Lanjut chinguuuu…😊

  7. ellalibra berkata:

    Smg pengacara tu bnr” bantuin luhan y , masa y dr dlu dihianati mulu keluarga sehun g ada nemu keadilan sdkt pun ,,, semangat lu,se in (luhan,sehun ,jongin)

Tinggalkan Balasan ke Hikari Batalkan balasan