Selene 6.23 (Long Distance Between Us) part 7

selene new

Tittle                            : Selene 6.23 (Long Distance Between Us)

Author             : Ohmija

Main Cast        : Kim Jongin, Krystal Jung, Choi Minho

Support Cast   : Taemin, Sulli, Amber, Sehun, Jessica, Jonghyun, dll

Gnere              : Romance, School life, Comedy, Sad

Krystal muncul pada jam pelajaran terakhir namun gadis itu tidak mengatakan apapun. Seolah-olah tidak merasakan kehadiran Jongin di sampingnya, ia terus menatap ke depan, kearah papan tulis.

Sementara duduk di sampingnya, Jongin menatap sisi wajah gadis itu. Matanya terlihat sembab, terlihat jelas jika dia habis menangis. Dalam hatinya ia terus berharap agar Krystal menoleh sedikit saja. Menatap kearahnya bahkan untuk sedetik.

Agar hatinya tenang.

Namun hingga bel pulang sekolah berbunyi, gadis itu tetap bersikap tak acuh. Dengan cepat memasukkan seluruh buku-buku dan peralatannya ke dalam tas lalu bergegas pergi. Jongin menatap punggungnya yang dengan cepat menghilang di balik pintu. Yah, disana, di hatinya, ada rasa bersalah terhadap gadis itu

***___***

Tidak. Ini bukan gayanya. Dia tidak pernah memikirkan perasaan orang lain, apalagi seseorang yang tidak di kenalnya seperti Krystal. Lagipula, ia pikir perbuatannya tadi tidak begitu keterlaluan. Hanya mereka yang berpikir seperti itu.

Tidak. Dia tidak perlu perduli. Apalagi minta maaf.

Berjalan di trotoar menuju gedung apartementnya. Jongin berhenti sejenak di sebuah stand yang menjual makanan pinggiran. Perutnya sangat lapar dan tiba-tiba saja dia ingin makan odeng dan ddokbukkie.

“Bibi, bisakah bibi berikan aku satu porsi kecil ddokbukkie?”serunya pada bibi penjual.

Bibi itu mengangguk sambil memasukkan ddokbukkie ke dalam wadah seperti gelas kopi. Jongin mencomot dua tusuk odeng dan mulai memakannya panas-panas. Di cuaca dingin seperti ini, menikmati odeng dan ddokbukkie memang yang terbaik. Apalagi jika ada segelas kopi hangat yang menemaninya.

Ini lebih baik ketika ia memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Mengabaikan seluruh pikiran-pikiran tentang rasa kepedulian yang terus berusaha menyelinap. Hatinya yang kuat berhasil mengalahkan itu.

Namun itu tidak bertahan lama. Ketika ia sedang berusaha untuk mengembalikan suasana hatinya, sesuatu dengan mudahnya menghancurkan itu. Tanpa perlawanan. Tanpa berbuat apa-apa. Hanya menunjukkan sebuah pemandangan yang benar-benar menyakitkan.

Kali ini pikiran negatifnya menang. Berhasil menyelinap masuk ke dalam otaknya dan memenangkan semua pertarungan. Apa ini adalah kebohongan lain? Apa arti semua rasa perduli dan perhatiannya kemarin? Apa secepat ini dia menghancurkan hatinya lagi? Ini sudah yang ke berapa kali?

Jongin mengeluarkan selembar uang dari dalam saku kemejanya dan meletakkan lembar uang itu diatas meja, juga meninggalkan cup yang masih berisi beberapa ddokbukkie disana, mengabaikan suara bibi penjual yang terus memanggilnya karena ingin memberikan kembalian.

Pria itu berjalan dengan langkah-langkah panjang juga rahang yang mulai mengeras. Kedua tangannya mengepal di samping tubuh. Dan dengan seketika, tangan panjangnya menarik lengan seorang gadis yang begitu saja membuat gadis itu berputar menghadapnya.

Matanya terbelalak lebar, ia terperangah hebat mendapati seseorang yang sudah berada di belakangnya. Jongin… kenapa dia bisa ada disini?

“Apa yang kau lakukan?!” Seorang pria, yang sudah bisa di pastikan adalah kekasih gadis itu –karena mereka sedang bergandengan tangan dan berpelukan tadi- mencengkram kerah kemeja Jongin kasar. “Apa yang kau lakukan pada kekasihku?!”

Dugaannya benar…

“Oppa, jangan. Lepaskan tanganmu. Dia adikku.” Gadis yang ternyata Yoona itu menarik lengan kekasihnya, berusaha melepaskan cekalannya di kerah kemeja Jongin.

Jongin masih berdiri di sana, seperti sedang kehilangan kesadaran. Pandangannya terus menatap Yoona, bahkan ia mengabaikan cengkraman di kerah kemejanya tadi. Tatapannya terkunci pada seorang gadis yang telah ia tunggu sejak lama, pada seorang gadis yang menjadi semangatnya dan membuatnya menjadi kuat, pada seorang gadis…yang menjadi alasan kenapa dia terus bekerja keras.

Pemandangan ini tidak asing. Ini seperti dejavu beberapa tahun lalu. Seperti ini namun dengan orang yang berbeda. Ia pernah merasakan hal seperti ini. Rasa sakit seperti ini.

“Jongin, kau…” Yoona menatap Jongin tanpa bisa mengatakan apapun. “Jongin, ini… sebenarnya—“ Ia mengulurkan tangan, hendak menggenggam tangan Jongin namun Jongin langsung mundur ke belakang.

“Ini yang ke sekian kalinya.” Pria tinggi yang berdiri di depannya itu berseru lirih, penuh rasa sakit serta seluruh luka dari masa lalunya. Pada akhirnya, ia tidak pernah ada di hatinya.

Sedikitpun.

Pada akhirnya, sekeras apapun ia ingin menggapainya, ia tidak akan pernah bisa diraih. Tidak akan bisa di jangkau.

Jongin mundur ke belakang dengan kepala menunduk kemudian berbalik dan berlari pergi meninggalkan mereka.

“Jongin!”

Ini sudah berakhir. Yah, ia tau semua ini sudah berakhir. Rasa sakit ini. Dan seluruh pengorbanan yang telah ia lakukan. Ia akan selalu menjadi seseorang yang sendirian.

Itu takdirnya.

***___***

Pagi itu, mereka kembali kehilangan Jongin. Pria itu tidak muncul di sekolah. Tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Seluruh usaha teman-temannya untuk menghubunginya sia-sia karena nomornya tidak bisa di hubungi. Ponselnya di matikan.

“Kemana dia?” desah Sehun frustasi, ia hampir saja membanting ponselnya jika tidak mengingat itu adalah ponsel pemberian kakaknya.

“Apa dia kesiangan?”seru Jonghyun.

“Tidak mungkin. Ini sudah pukul 2 siang.” Sehun menunjukkan arlojinya. “Dia tidak mungkin bangun selama itu, apalagi dia tau jika ini adalah hari sekolah.”

“Apa mungkin terjadi sesuatu?” Ucapan Taemin tersebut kembali membuat Sehun frustasi.

“Jangan mengatakan yang tidak-tidak!”

“Kenapa? Kehilangan sahabat kalian?” Sulli berhenti sejenak ketika ia akan berjalan ke bangkunya. Gadis tinggi itu menoleh kearah tiga murid laki-laki itu sambil melipat kedua tangan di depan dada. “Dasar. Setelah dia melakukan hal buruk pada sahabatku, dia justru kabur. Dasar pengecut.”

Sehun langsung berdiri dari kursinya begitu mendengar perkataan Sulli, “Sebaiknya kau kembali ke bangkumu sebelum aku—“

“Ya.” Taemin menarik lengan sahabatnya itu dan memaksanya untuk kembali duduk. “Sudahlah, Jangan di pikirkan.”

“Astaga, kau mau melakukan apa?” Sulli mengerjap kaget. “Dasar ternyata kau sama saja dengan—“

“Hey, sebaiknya kau kembali ke kursimu sekarang.” Jonghyun menatap gadis itu datar namun sarat peringatan. “Kami sedang tidak memiliki perasaan yang baik sekarang.”

“Sulli.” Amber segera menarik lengan sahabatnya itu menuju bangku mereka. Sepertinya ketiga orang itu memang tidak berada dalam kondisi yang baik. Ini pertama kalinya ia melihat Sehun marah.

Sementara di belakang mereka, Krystal juga merasakan hal yang sama. Gadis itu menoleh kearah bangku kosong yang ada di sampingnya. Kenapa dia tidak hadir? Apa dia menyesal karena kejadian kemarin?

***___***

“Mungkin dia kesiangan.” Jessica meneguk minumannya lalu berjalan menghampiri Krystal dan duduk di samping adiknya itu. “Atau mungkin saja dia sedang malas pergi ke sekolah.”

Krystal mendengus, “Cih, bukankah itu seharusnya menjadi alasanku? Aku adalah korbannya!”

Jessica terkekeh mendengar rutukkan adiknya itu, “Korban bagaimana? Itu kan karena kau yang mencari gara-gara lebih dulu.”

“Jessi, tapi dia mempermalukanku!” Krystal melipat kedua tangannya di depan dada, kesal karena kakaknya tidak mendukungnya.

“Tapi kau di selamatkan oleh Minho, kan?” Wanita itu melirik adiknya sambil menyeringai. “Aaaah, waktu berlalu sangat cepat. Aku bahkan tidak menyadari jika Soojung mungilku telah tumbuh besar seperti ini. Dia bahkan di perebutkan oleh dua orang pria.”

“Hey, apa yang kau katakan?!” Krystal sontak memukul kakaknya itu dengan bantal. “Jangan mengatakan yang tidak-tidak!”

Jessica semakin terkekeh geli, “Jika itu tidak benar, kenapa kau mengkhawatirkannya? Kau bahkan bertanya-tanya mengapa dia tidak datang ke sekolah.”

“Aku tidak memiliki maksud apapun.”jawab Krystal dengan suara yang di tekan. “Aku bertanya-tanya karena tadi siang tiga temannya tidak terlihat baik. Biasanya mereka bahkan akan tertawa ketika seseorang memaki mereka. Rasanya aneh melihat mereka menjadi serius.”

“Lihat saja besok, aku yakin dia akan datang ke sekolah.”

***___***

Sehun dan Taemin memasuki kelas dan langsung berlari ke bangku yang berada di sudut kiri itu begitu melihat seseorang yang telah duduk disana. Pria itu bersandar pada sandaran kursinya, membaca komik kesukaannya sambil menaikkan kedua kakinya diatas meja.

“YA!” suara Sehun dan Taemin membuatnya terkejut setengah mati. “Kau ini, kami mencarimu kemarin!”

Jongin membenarkan posisi duduknya karena dia nyaris terjerembap ke belakang, ia menatap dua sahabatnya itu setengah kesal, “Kalian mengagetkanku! Lihat, aku hampir saja jatuh!”

Namun Sehun dan Taemin seperti tidak memiliki telinga, keduanya tetap saja meninggikan suara mereka, “Kami mencarimu kemarin! Bahkan kami pergi ke rumahmu tapi kau tidak ada! Kau tidak membalas pesan kami dan mematikan ponselmu sepanjang hari! Apa itu tidak keterlaluan?!”

Rentetan panjang omelan Taemin membuat Jongin melunak, pria itu melompat duduk diatas mejanya, menatap kedua temannya itu bergantian. “Maaf. Kemarin aku kesiangan. Aku merasa bosan di rumah jadi aku berjalan-jalan.”ucapnya sambil mengatupkan kedua telapak tangannya. “Maaf ya.”

Sehun menghela napas panjang, “Ini juga salahmu. Kau yang membuatku berpikir yang tidak-tidak. Lihat, dia hanya kesiangan!” ia mendorong pundak Taemin pelan.

“Ya! Aku kan hanya menerka-nerka.”

“Pikiranmu itu terlalu berlebihan!”

“Jongin?”

Jongin dan dua temannya menoleh kearah pintu, mereka mendapati Amber muncul bersama dengan Krystal di sampingnya. Ketika kontak mata mereka bertabrakan, Krystal buru-buru membuang pandangan dan mencoba bersikap seperti biasanya.

“Kau datang?”sapa Amber, sementara Krystal hanya meletakkan tasnya diatas meja lalu berjalan keluar. “Kemarin, mereka sangat mengkhawatirkanmu.”

Jongin terkekeh, “Yah, mereka sudah memarahiku tadi.”

“Kau sakit? Wajahmu sedikit pucat.”

Jongin menggeleng, “Mungkin karena aku tidak sarapan pagi ini. Aku sedikit lapar.”elaknya.

Amber menepuk pundak Jongin sebelum kembali ke bangkunya sendiri, “Jaga kesehatanmu, kawan.”

“Terima kasih, Ambro.”

Krystal kembali ke dalam kelas dengan membawa sebuah ember kecil di tangan kanannya dan kain lap di tangan kirinya.

“Kau bertugas hari ini?”tanya Amber dari bangkunya.

“Oh, eum.”angguk Krystal.

“Astaga, aku juga bertugas hari ini.” Sehun menepuk keningnya lalu buru-buru berlari ke gudang peralatan untuk mengambil sapu.

Jongin membuka komiknya, kembali masuk ke dalam dunianya sendiri. Sementara Krystal sesekali meliriknya diam-diam sambil mengelap kaca kelas. Ini aneh. Apa yang terjadi dengannya? Kenapa pagi ini dia sangat berbeda? Apa dia tidak melihatnya? Bukankah biasanya dia akan mencari gara-gara dan membuat kelas menjadi bising?

Dan…bukankah seharusnya dia minta maaf atas kejadian kemarin lusa? Alasannya tidak hadir di sekolah kemarin karena dia menyesal atas kejadian itu, kan?

Dia tau dia harusnya merasa senang karena pagi itu Jongin tidak mengganggunya tapi dia memang sedikit aneh. Wajahnya tidak secerah biasanya.

Bahkan ketika jam istirahat datang, Jongin hanya pergi ke kantin bersama teman-temannya. Ketika masih ada waktu tersisa, dia hanya memainkan permainan di ponselnya tanpa mengatakan apapun. Seakan-akan dia tidak melihat Krystal ada di sebelahnya. Sepanjang hari, keduanya tidak saling betegur sapa.

Apa ini adalah hal yang baik? Atau sebaliknya? Kenapa dia tiba-tiba berubah?

“Soojung.” Sebuah tepukan membuat Krystal tersadar dari lamunannya. Juga membuatnya menyadari jika kelas kini sudah kosong. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menoleh ke kanan.

“Minho oppa?”

“Apa yang kau lakukan? Apa kau tidak mendengar bel pulang berbunyi?”

“Hah? Bel pulang?” Gadis itu mengerjap-ngerjapkan matanya lagi. “Oh, ya ampun aku belum menyiapkan buku-bukuku.”

“Kau memiliki masalah? Apa anak itu mengganggumu lagi?”

Krystal menoleh sesaat sambil terkekeh, “Tidak. Sepertinya aku hanya kelelahan. Aku kurang tidur semalam.”elaknya.

“Begitukah?” Krystal mengangguk, “Kalau begitu, ayo kita pergi ke lapangan. Aku ada latihan sebentar lagi.”

Ah! Jika saat ini adalah waktu latihan sepak bola, itu artinya dia akan ada disana kan? Dia sudah mendaftar menjadi anggota waktu itu.

***___***

Krystal berjalan bersisian dengan Minho menuju lapangan sepak bola. Ini bukan hal yang baru ketika dia menjadi pusat perhatian semua orang saat berjalan bersama Minho. Anak laki-laki itu memang sangat terkenal di sekolah dan menjadi incaran seluruh murid perempuan.

Sesampainya di lapangan, mata Krystal langsung mengedarkan pandangannya. Ia mengamati satu-persatu murid yang telah hadir, mencari-cari sosok tinggi berkulit gelap diantara kerumunan anak laki-laki itu. Disana ada Taemin, juga ada Sehun. Tapi, dimana dia?

Kening Krystal berkerut. Gadis itu mengedarkan pandangannya sekali lagi sambil menajamkan penglihatannya.

Dia benar-benar tidak ada.

“Soojung, kau tunggu disini, aku—“

“Oppa.” Soojung mengalihkan tatapannya dari lapangan pada Minho. “Sepertiny aku akan pulang duluan.”

Minho sedikit terkejut, “Apa?”

“Tidak apa-apa. Aku akan pulang duluan. Tiba-tiba aku merasa tidak nyaman.”

“Soojung tapi—“

“Tenang saja, aku tau jalan pulang dengan baik. Jika terjadi sesuatu, aku akan menghubungi oppa.”

Soojung langsung berbalik pergi, tanpa memberikan kesempatan Minho untuk bicara. Entah mengapa, tiba-tiba dia merasa tidak nyaman.

***___***

Pria itu berjalan melewati halte. Kedua tangannya di masukkan ke dalam saku celana. Punggungnya sedikit membungkuk bersamaan dengan hatinya yang berkecamuk hebat. Bagaimana caranya untuk memenangkan pertarungan dengan kesedihan ini? Bahkan ketika ia telah berusaha keras untuk menenangkan hatinya, berkali-kali mengatakan jika ini bukanlah masalah besar dibandingkan semua masalahnya terdahulu, nyatanya rasa sakit itu masih saja menggelayuti hatinya.

Wanita itu… bagaimana dia bisa begitu tega menyakitinya berkali-kali? Bahkan ketika ia telah menyerahkan segalanya, bertahan atas semua rasa sakit dan mengorbankan semua hal yang penting, kenapa dia tetap tidak tergerak?

“Sial. Rasanya benar-benar sakit.” Jongin mencengkram dadanya kuat-kuat sambil memejamkan mata. Sesak di hatinya, kapan itu akan menghilang?

“Kim Jongin.”

Jongin membuka matanya perlahan, mendapati seorang wanita cantik telah berdiri di depannya. Seketika rahangnya mengeras, kesedihan dan kekecewaan di hatinya dengan cepat berubah menjadi amarah yang tak tertahankan karena wanita itu.

“Mau apa kau?”balasnya sengit. Ini adalah pertama kalinya, ia mengucapkan kata yang tidak sopan pada wanita itu.

Wanita itu menggigit bibir bawahnya kelu, “Jongin, aku ingin bicara.”ucapnya pelan. “Bagaimana jika kita makan siang bersama?” Tangannya terulur, hendak meraih lengan Jongin namun Jongin langsung mengelak.

“Apa kau benar-benar berpikir jika aku adalah anak kecil?” Jongin menatap wanita yang ternyata Yoona itu lurus-lurus. “Apa kau benar-benar berpikir jika makan siang bisa membuat amarahku menghilang?!” suaranya mulai meninggi. “Dulu, ketika kita masih kecil, kau selalu membelikanku ice cream atau permen ketika aku marah padamu. Apa kau pikir saat ini hal itu masih berlaku?!“

“Jongin, kita bicara sambil makan siang, ya. Noona akan menjelaskan semuanya padamu.” Yoona berusaha membujuk anak laki-laki itu, tetap dengan sorot pandang seolah ia sedang membujuk seorang adik kecilnya. Adik kecil yang amarahnya akan segera reda jika ia memberikannya ice cream.

Tatapan itu semakin membuat Jongin merasa jengah, “Aku…sejak dulu…ketika kau mengatakan jika kau menyukai pria yang tinggi, sejak saat itu, aku mulai banyak minum susu. Setiap harinya, aku akan menghabiskan beberapa gelas susu agar aku tumbuh tinggi dengan cepat. Dan ketika kau bilang kau menginginkan sebuah hadiah, aku memecahkan tabunganku hanya untuk membelikanmu hadiah ulang tahun. Lalu kenapa?!” Jongin mencekal kedua lengan Yoona membuat wanita itu tersentak. “Kenapa kau tidak pernah menatapku?! Kenapa di matamu aku selalu menjadi seorang adik kecil?! Kenapa dia bisa?!” Sebuah berlingan air mata terjatuh bersamaan dengan rentetang pertanyaan itu. Selama bertahun-tahun, ini adalah pertanyaan yang paling ingin ia dengar jawabannya.

“Jongin, lenganku sakit.” Yoona menatap anak laki-laki itu takut sambil berusaha melepaskan cekalannya. “Jongin.”

“Kenapa noona? Kenapa aku tidak pernah ada? Kenapa aku selalu tidak pernah terlihat?”

Suaranya kini melemah, di tatapnya mata Yoona dengan seluruh rasa sakitnya. Yoona membalas tatapannya dengan tatapan penuh rasa bersalah.

“Kim Jongin, apa yang kau lakukan?” Seorang gadis tiba-tiba muncul, ia mendorong tubuh Jongin keras hingga cekalannya terlepas. “Unnie, unnie tidak apa-apa?” Yoona hanya mengangguk pelan. Ketika gadis itu menoleh, hendak memarahi Jongin, matanya tiba-tiba terbelalak lebar.

Pria itu…menangis?

Gadis yang ternyata adalah Krystal itu sontak kehilangan kata-katanya, “Jongin…”

Jongin menundukkan kepalanya sejenak. Ketika ia berhasil mengumpulkan sedikit kekuatannya, pria itu mengangkat wajah, menatap Yoona lurus-lurus dengan wajah yang sudah basah. “Pergilah.”ucapnya lirih. “Jangan pernah datang lagi. Aku akan berusaha melupakanmu dan aku berharap, hidupmu akan selalu bahagia.”

Pria itu berbalik, meninggalkan tempat itu. Bahkan ketika Yoona berusaha menahannya, Jongin tetap tidak perduli. Ia terus berjalan lurus tanpa menoleh ke belakang lagi.

Tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi, Krystal menatap Yoona tanpa bicara.

“Apa kau adalah temannya?”tanya Yoona. Krystal mengangguk pelan. “Bisakah kau mengejarnya? Ketika dia sedang marah, dia akan melakukan hal-hal yang berbahaya. Bisakah kau menjaganya?”

Mata Krystal melebar, “Hah?”

“Aku mohon.”

***___***

Kejadian macam apa ini? Ini bukanlah hal yang ia inginkan. Ia hanya tanpa sengaja melihat pertengkaran itu dan dia anggap Jongin telah memperlakukan wanita itu dengan kasar jadi dia berniat untuk melerai pertengkaran itu. Lalu, kenapa sekarang dia berada disini? Di belakang pria itu dan mengikutinya secara diam-diam? Apa yang sedang dia lakukan? Apa dia sudah gila?

Terus menjaga jarak agar pria itu tidak mengetahui keberadaannya, Krystal terus berpikir apa ini adalah kenyataan? Maksudnya…apa pria yang terlihat sangat tangguh itu benar-benar menangis tadi? Dan…dia menangis karena cinta?

Dia memang tidak tau apa yang sebenarnya sudah terjadi diantara Jongin dan wanita itu, tapi dia yakin jika masalah ini benar-benar karena cinta. Mungkin Jongin di tolak atau mungkin wanita itu adalah kekasihnya dan dia telah melakukan kesalahan besar yang membuat Jongin sakit hati. Mungkin saja.

Tapi jika itu masalahnya, kenapa dia menangis? Apa putus cinta itu benar-benar terasa menyakitkan?

Ah, Krystal benar-benar tidak mengerti.

BRUKK

Terus jatuh dalam pikirannya, Krystal tidak sadar jika dia sedang melamun, Langkah kakinya terus berjalan tanpa mengetahui jika Jongin sudah berbalik dan berdiri menatapnya. Tanpa sengaja, kepala gadis itu menabrak dada Jongin. Ia langsung mendongak dengan mata terbelalak.

Gawat, dia ketahuan.

“Apa yang kau lakukan?” Jongin menatap gadis itu dengan tatapan tajam.

Krystal buru-buru mundur beberapa langkah ke belakang namun tangan Jongin dengan cepat menyambar lengannya, membuat gadis itu kembali tertarik ke depan.

“Aku tanya, apa yang kau lakukan?!” nada suaranya mulai meninggi.

Krystal memutar bola matanya, mencari jawaban yang tepat, dia tidak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya. Bagaimana jika pria itu semakin marah? “Aku…”

“Bagaimana perasaanmu? Apa kau senang?”desis Jongin tajam. “Kau sudah melihat kelemahanku dan kau pasti berpikir jika kau sudah menang, kan?”

Krystal langsung menggeleng, “Tidak. Bukan begitu. Tadi…aku tidak…”

“Jangan berpikir jika kau bisa menang semudah itu.” bisik Jongin memotong ucapan Krystal. Mengunci sepasang mata indah Krystal yang sejak tadi menatapnya tak mengerti, sebuah gerakan cepat menyusul setelahnya. Tarikan itu cepat namun lembut. Sebuah tarikan yang dengan begitu saja telah membuat tubuh Krystal merapat pada tubuhnya. Lengan panjangnya ia lingkarkan di pinggang gadis itu bersamaan punggungnya yang membungkuk.

Dan gerakan selanjutnya berhasil membekukan tubuh Krystal. Gadis itu terperangah hebat dengan matanya yang terbelalak lebar.

Jongin…dia menciumnya.

TBC

10 respons untuk ‘Selene 6.23 (Long Distance Between Us) part 7

  1. mongochi*hae berkata:

    whoa…jongin kmu nekat ..
    tp ap soojung akn ttp berlaku kasar pd jongin stlh mlhat kelemahan jongin ??
    aplg dg yoona ..

    trus ak msh penasaraan ad ap dlu antara jongin dg minho ..
    next part dtunggu & kaistal momentny dtunggu

  2. Annisa Icha berkata:

    Saat si tangguh sedih. Kenapa Jongin nyium Krystal? Jangan-jangan cuma sebagai pelampiasan. Pasti itu ciuman pertama Krystal hehe

  3. OhSecca berkata:

    Oh so sweet bgt sih berasa kaya lg nnton drama . suka sama jalan ceritanya, anak sekolahan bgt.ga nyangka jongin senekat itu nyium krystal. Ka Oh mija kpn bikin ff yg peran utama nya bias aku Oh sehun lg? Hehe aku suka bgt sma semua ff buatan ka Oh mija. Di tunggu trs karya2 nya. Semangat!😊

  4. DO DO berkata:

    mija masa jongin nyium krystal sihhhhhh?????
    haha tapi keren kok
    tapi aku lebih pengen jongin itu meluk krystal karena feel nya lebih dapet, soalnya jongin lagi sedihhhh
    lanjutttttt authorrrr

Tinggalkan Balasan ke atik_han Batalkan balasan