Story Of Us (Chapter 1)

img1408503569438(1)

Judul : Story Of Us (Chapter 1)

Author : @Lu_llama

Cast : Look at the poster!

Rating : T

Genre : AU! Friendship, Romance

Summary : “Bahkan 6 bulan lalu, ia membuat kita terkejut bukan main saat meminta Dahee menjadi kekasihnya”

Pagi ini suasana Seoul School masih seperti biasa. Para siswa berbondong-bondong memasuki gerbang sekolah, meskipun waktu masih menunjukan pukul 7. Dan diantara mereka, seorang pria dengan seragam yang sangat rapi berjalan dengan tenangnya, hal itu tak luput dari perhatian siswa lain-terutama para gadis disana. Luhan, ya siapa yang tidak tau sang ketua osis yang berwajah tampan ini. Image flower boy sangat melekat didirinya. Pria itu tetap melangkah seperti biasa dengan senyuman kecil yang tercetak diwajahnya kala melewati beberapa siswa yang menyapa ramah dirinya.
Tidak jauh dibelakang Luhan, seorang siswa laki-laki melangkah perlahan dengan sebuah earphone yang menempel ditelinganya. Berbeda dengan Luhan, laki-laki ini tidak mengancingkan 2 kancing bagian atas kemejanya dan menyampirkan blazer sekolahnya dipundak sebelah kanan. Sesekali ia terlihat menguap, dan mengacak surai kecoklatannya. Kim Jongin, juga tak luput dari perhatian siswa perempuan disana. Mereka menatapnya kagum. Jelas saja, hey! Siapa yang tidak terpesona dengan laki-laki tampan yang sangat cool ini? Sungguh, ini tidak berlebihan!
“Demi Neptunus! Aku tidak melihat sedikitpun kekurangan dari Kim Jongin! Tidakkah dia sempurna”
Kim Jongin mungkin tidak mendengar pujian itu, karena seorang gadis yang bejalan tak jauh dari sana-bersama kedua temannya- berkata seperti sebuah gumaman. Namun sang kedua teman yang sedari tadi juga memperhatikan Jongin dan Luhan bisa mendengarnya dengan jelas, lantas salah satu dari mereka yang memiliki potongan rambut seperti pria mendengus kecil.
“Berlebihan Park Jiyeon!” Ucapnya sambil menatap gadis yang dipanggil Park Jiyeon itu dengan tatapan malas. Ia kembali berdecak kala melihat Jiyeon masih memperhatikan Jongin dengan tatapan kagum-yang menurutnya berlebihan-meskipun sang pria sudah berjalan menjauh.
“Kau benar-benar terobsesi dengannya. Kau benar-benar bisa gila” lanjutnya
“Benar Amber” jawab Jiyeon sambil terus melangkah mengikuti irama kedua temannya yang berjalan perlahan “Aku bisa gila” serunya lagi dengan senyuman lebar. Kemudian ia mengeluarkan ponsel dari saku blazernya. Menekan password dan membuka akun SNS miliknya.
“Selamat pagi! Seperti biasa Kim Jongin masih tampan dan menawan. Selalu menjadi pujaan. Jika kalian menyukainya, bersainglah secara sehat denganku!”
Dia mengakhiri kalimatnya dengan emoticon ‘marah’ dan ‘senyum’
“Dahee, kita tidak bisa berteman dengan gadis gila macam dia” seru Amber pada seorang gadis yang sedari tadi tidak bersuara. Gadis itu hanya diam sambil terus berjalan dengan tatapan datarnya.
Percapakan itu terus berlanjut, namun sepertinya hanya perdebatan kecil antara Jiyeon dan Amber yang terdengar. Dahee tidak ingin ambil pusing, bahkan ia tidak menghiraukan mereka yang saat ini sudah berkejar-kejaran meninggalkannya yang berjalan dengan tenang. Ya, mereka memang seperti itu. Biarkan saja.
Kim Dahee, Park Jiyeon dan Amber adalah teman sepermainan sejak duduk dibangku kelas 2 sekolah menengah pertama. Mereka mengenal satu sama lain sejak mengikuti kelas taekwondo. Darisitulah persahabatan mulai terjalin. Mereka memilik banyak perbedaan. Dahee dengan sikap dingin dan diamnya, Jiyeon yang manja dan ceria, Amber yang tomboy dan cuek. Namun, itu bukan penghalang, mereka bisa bersatu dalam perbedaan itu. Dan di Seoul School mereka dikenal sebagai WildGirls. Kelompok terkenal yang cukup disegani dan berpengaruh disekolah.
Dan-ohh sepertinya mereka melewatkan satu momen mengejutkan. Pasalnya tepat saat mereka sudah berjalan menjauh. Seorang pria berjalan memasuki gerbang sekolah. Para siswa dibuat terkesima dengan penampilannya juga wajahnya yang terlihat asing. Pria itu, tidak memakai seragamnya dengan sempruna. Ia tidak mengancingkan kemejanya-memperlihatkan t-shirt putih yang ia gunakan. Ia berjalan dengan acuhnya dengan tas yang bertengger manis dipunggungnya. Tidak ia hiraukan seluruh pasang mata yang menatapnya dengan berbagai ekspresi. Dia mungkin tidak menyadari satu hal, wajah tampannya sukses membuat sebagian gadis disana berdecak kagum.
“Siapa dia?”
“Tampan sekali”
“Lihat kulitnya yang putih bersih itu”
“Wahh apa dia melakukan perawatan? Rambutnya terlihat halus”
Berlebihankah? Entahlah. Dan yang pasti, sepertinya ia akan menjadi “most wanted” selanjutnya di Seoul School.
* * *
15 menit lagi mungkin bel akan berbunyi. Tapi keadaan kelas 3-1 sudah lumayan ramai. Para siswa sibuk dengan kegiatan masing-masing. Entah itu berceloteh dipojok kelas, berkutat dengan gadget atau bahkan ada yang tertidur menelungkupkan wajahnya diatas meja.
3 orang gadis yang duduk berderet dibarisan kedua dari belakang itu juga memiliki kegiatannya masing-masing, jika Jiyeon sibuk dengan kuku-kukunya yang baru ia cat kemarin, Amber justru terlihat membaca sebuah komik. Dan beda halnya dengan Dahee, gadis itu tengah serius membaca sebuah buku dimejanya.
“Jiyeon!”
Seruan itu membuat Jiyeon mendongak dan melihat Jieun-teman sekelasnya-menghampirinya dengan ekspresi yang tidak biasa.
“Ada anak baru disekolah kita” serunya sedikit heboh
Jiyeon menautkan alisnya terkejut “benarkah?” Tanyanya.
Jieun mengangguk cepat “Kau tau, dia sangat tampan”
Seketika Jiyeon langsung berseru heboh, membuat Dahee yang duduk disebelahnya melirik sekilas “Apa dia bisa menyaingi Kim Jongin?” serunya.
Amber yang mendengar itu memutar kedua bolamatanya malas. Park Jiyeon benar-benar maniak. Maniak pria tampan. Lihat saja, jika menyangkut pria tampan selalu saja ada seseorang yang melaporkannya. Itu karena dia sendiri yang bilang “jika ada info pria tampan dan aku tidak tau, beritau aku segera. Kalau tidak kalian akan tau akibatnya” itu yang selalu ia katakan pada teman-teman sekelas. Konyol!
Jieun terlihat berpikir, kemudian mengangkat kedua bahunya “Entahlah, tapi yang ini jauh lebih putih. Kulitnya bersih seperti bayi”
“Ohh menarik” gumam Jiyeon
SREETTT
Dahee tiba-tiba beranjak dari duduknya.
“Kau mau kemana?” Tanya Jiyeon, “bel akan berbunyi sebentar lagi”
“Ketoilet” jawab Dahee.
Salanjutnya Jiyeon kembali fokus dengan kuku-kukunya. Ia terus memperhatikan kuku-kuku itu dengan pandangan kagum.
“Amber” panggil Jiyeon
“Hmm?” Balas Amber bergumam
“Bagaimaa jika kuku ini kucat dengan inisial nama Jongin. J. Pasti manis”
“Terserah kau saja”
“Warna apa kira-kira yang cocok ya?”
Disebelahnya Amber tidak menghiraukan “dasar maniak” gumamnya pelan.
“Hey Kang Seulgi” Seruan itu terdengar kencang dalam keadaan kelas yang memang sedikit ricuh. Siapa lagi jika bukan Park Jiyeon pelakunya. Gadis itu sudah tidak sibuk dengan kukunya, kini ia terlihat melipat kakinya dan tatapan sinisnya jatuh pada siswa perempuan yang duduk pada barisan paling depan.
“Apa?” Tanya sang pemilik nama
“Jangan duduk disana” ucap Jiyeon acuh
“Kenapa?” Kini bukan hanya Seulgi yang terheran, namun hampir seluruh penghuni kelas menatap Jiyeon penuh tanya.
“Aku tidak suka model rambut barumu. Aku tidak ingin melihatnya. Pindah kebelakang”
Dan kini, seluruh siswa dikelas menghembuskan nafas pelan. Hampir saja kemungkinan gempa kecil yang mereka pikirkan tidak terjadi. Pasalnya jika Park Jiyeon sudah berteriak seperti itu. Berhati-hati lah akan menjadi korban pem-bullyan-nya.
Bel masuk berbunyi. Tapi Dahee belum juga kembali.
“Kemana Dahee?” Tanya Amber pada Jiyeon yang tengah merapikan rambutnya disebuah cermin kecil
“Ketoilet”
Tidak lama setelah itu pintu depan kelas terbuka. Guru Jung memasuki kelas bersama seorang siswa asing. Tapi tidak bagi Amber dan Jiyeon. Kedua gadis itu memandang kaget pria tinggi yang berdiri disamping guru Jung. Mereka saling pandang dengan ekspresi terkejut.
“Pagi semua” sapa guru Jung
“Pagi Saem” jawab para murid yang sebelumnya sempat terpana dengan kehadiran siswa asing itu
“Hari ini kalian kedatangan murid baru” guru Jung beralih menatap pria disebelahnya yang sedari tadi memancarkan raut dingin “perkenalkan dirimu”
“Aku Oh Sehun” jawab sang murid baru singkat,padat dan jelas.
Kelas sedikt ramai denga bisikan-bisikan kagum yang ditujukan untuk Sehun.
Jieun menoleh kebelakang dimana tempat duduk Jiyeon berada “dia adalah orang yang kumaksud” ucapnya pada Jiyeon yang masih terdiam memandang Sehun.
“Baik Oh Se-”
Ucapan guru Jung terhenti seketika saat pintu bagian belakang kelas terbuka. Dahee masuk kedalam kelas dan kala tatapannya jatuh kedepan kelas dimana guru Jung dan Oh Sehun berada, dia justru membatu wajah datarnya terlihat berubah terkejut. Selama beberapa detik itu Dahee mematung memperhatikan Oh Sehun yang juga tengah menatapnya.
“Kim Dahee?” Tegur guru Jung.
Seketika Dahee terkesiap dan mengalihkan tatapannya kearah lain “jwesonghamnida saem” ucapnya tertunduk.
Dahee berjalan perlahan kebangkunya setelah guru Jung mempersilahkan dirinya duduk. Untuk beberapa saat Dahee masih terhenyak, bahkan saat Sehun berjalan melewati bangkunya begitu saja. Meskipun begitu Dahee sempat melirik sekilas dan tatapan mereka bertemu sejenak sebelum Sehun kembali berjalan menuju bangkunya.
“Jadi dia benar-benar pindah kemari?” Amber berseru pelan saat guru Jung sudah memulai pelajarannya.
“Dahee-ya apa kau tau ini?” Jiyeon menatap Dahee yang tidak menoleh sama sekali.
“Jangan katakan apapun” Dahee berbicara sambil terus menatap lurus kedepan “Tutup saja mulut kalian”
Oke, Jiyeon dan Amber sepertinya paham maksud dari perkataan itu. Bukan hanya sekedar tutup mulut. Tapi mungkin mereka harus mengunci rapat-rapat mulut mereka.
“Oh Sehun yang penuh kejutan” gumam Amber ditengah kegiatan mencatatnya
Jiyeon menoleh kebelakang, menatap Oh Sehun yang tengah memandang lurus kedepan. “Demi Tuhan, kenapa di Seoul School bertebaran pria tampan”
* * *
Oh Sehun berjalan seorang diri dikoridor itu, entah kemana tujuannya yang jelas setelah pelajaran guru Jung selesai ia langsung melesat pergi meningglkan kelas. Apa mungkin ia ingin ketoilet? Atau ia berniat untuk membolos-seperti kegiatan rutin di sekolahnya dulu? Dia belum tau seluk beluk sekolah ini kan? Lalu mau kemana kira-kira langkah kaki itu membawanya?
Menjadi seorang berpredikat buruk disekolah bukan merupakan hal penting bagi Sehun. Menurutnya kehadirannya disekolah sudah cukup. Bagi seorang Oh Sehun tertidur dikelas atau yang lebih parah lagi tertidur diatap sekolah adalah kebiasaan yang sulit dihilangkan. Dan-ya mungkin kebiasaan ini akan terus berlanjut disekolah barunya. Tapi apa mungkin dihari pertamanya sebagai siswa baru-yang bahkan tidak tau seluk buluk tentang gedung-akan langsung membuat namanya tercoreng begitu saja?
Alih-alih membawa kaki itu mencari tempat strategis untuk mengasingkan diri, Oh Sehun justru melangkahkan kakinya kearah sebuah aula besar yang pintunya sedikit terbuka. Sehun melengok kedalam, dan ruangan itu sepi. Mengambil kesempatan yang ada ia segera memasuki aula itu. Mungkin tidak ada yang akan mencarinya disini.
Oh Sehun mengeluarkan ponselnya dari saku kemeja. Kemudian ia melepas kemaja itu dan melemparkannya asal. Pria tinggi itu mulai memutar sebuah lagu dengan volume yang kecil. Perlahan, badan itu terlihat bergerak meliuk, mengikuti irama dari lagu yang diputar. Sehun terlihat menari dengan lihai. Ia begitu menguasai gerakan dengan sempurna. Ia sempat terhanyut selama beberapa saat, sebelum akhirnya ia sadar bahwa ada orang lain yang memperhatikannya didekat pintu itu.
Pria itu menyandarkan diri dan melipat kedua tangannya didepan dada, memperhatikan Sehun dengan tatapan yang sulit diartikan. “Kau menari dengan baik”
Untuk beberapa detik itu Sehun membisu dengan nafas yang memburu. Keringat juga sedikit membasahi pelipisnya.
Lagi-lagi pria itu menatap Sehun. Kali ini lebih lama. Ia memperhatikan Sehun dari atas sampai bawah “Kau..anak baru?” Tanyanya lagi dan diamnya Sehun ia anggap sebagai jawaban “ini bukan tempat membolos yang bagus” lanjutnya.
Sehun kembali memakai seragamnya
“Lalu dimana?”
Pria itu mendengus kecil “Kembali kekelasmu, sebelum si Pretty Boy itu menemukanmu disini”
Sehun melangkah keluar, diikuti pria itu yang berjalan beberapa langkah dibelakangnya. Namun, belum sempat ia jauh melangkah, seorang siswa laki-laki lain tiba-tiba berhenti dihadapannya.
“Ini masih jam pelajaran, seharusnya kau ada dikelas” ucap pria itu
Sehun hanya menatapnya datar, tapi kemudian ia mendengus kecil sambil mengalihkan wajahnya kearah lain.
“Dia anak baru. Tersesat saat sedang mencari kamar kecil” sebelum Sehun mengeluarkan suara, sebuah suara lain yang berasal dari pria yang ia temui diaula itu sudah terdengar lebih dulu.
“Lalu kau datang sebagai penyelamat? Begitu Kim Jongin?”
“Bagaimana kau tau? Wahh, kau memang pantas menjadi ketua osis”
Sehun justru terdiam mendengar percakapan kedua orang yang masih asing dimatanya ini.
“Sudahlah Luhan, biarkan dia. Dan biarkan aku karena hari ini aku sudah melakukan satu hal terpuji pada pria ini” pria yang ternyata bernama Kim Jongin itu menoleh kearah Sehun, kemudian membuat gerakan seolah menyuruh Sehun untuk pergi darisana, sedang dirinya sudah lebih dulu melangkah.
“Berterimakasihlah padaku Kim Jongin” seru sang ketua osis, Luhan.
Jongin hanya melambaika tangan padanya. Sementara Sehun sudah mengambil langkah yang berlawanan arah darisana.
* * *

Ketiga gadis itu berada diruang kesehatan. Bukan, bukan karena mereka kebetulan sakit secara bersamaan. Hanya saja, mereka memutuskan untuk tidak mengikuti pelajaran b.inggris. alasan pertama datang dari Jiyeon, dia mengantuk. Kedua, Dahee tidak sedang ingin dikelas. Dan Amber? Dia sudah pintar berbahasa inggirs. Ya kira-kira seperti itu alasannya..
Ya, seperti inilah watak dari anggota Wildgirls. Mereka bukan siswa yang rajin dan patuh pada aturan. Sekelompok gadis yang suka bermain-main. Tidak jarang mereka pergi membolos bersama dan berakhir dengan hukuman bersama pula. Gadis-gadis ini memang sedikit ‘bandel’. Justru karena itu lah mereka sedikit disegani oleh murid sekolah. Karena jika kau melakukan satu kesalahan saja pada mereka. Mereka tidak akan membiarkan kalian begitu saja. Jiyeon tidak akan ada hentinya mengeluarkan kata-kata manis nan kejamnya. Amber tidak akan membiarkanmu barang sekalipun mengucapkan satu kata pembelaan. Dan kau juga akan menerima tatapan yang penuh intimidasi dari seorang yang jarang bicara diantara mereka,Kim Dahee.
“Dahee kau akan puas setiap hari melihat pujaan hatimu yang berada dikelas yang sama dengan kita” Jiyeon berucap sambil terus memejamkan matanya. Disebelahnya Dahee juga melakukan hal yang sama. Sedang Amber ia tengah sibuk dengan ponselnya.
“Oh Sehun” Amber terkekeh kecil, membuat Jiyeon membuka sebelah matanya “Meskipun begitu mereka tidak akan terlihat seperti pasangan kekasih”
“Kau benar” Jiyeon merubah posisinya menghadap Dahee “kenapa hubungan kalian begitu kaku?”
“Apa pentingnya bagimu?” jawab Dahee dingin
Dengan tatapan kesalnya, Jiyeon mencibir kearah Dahee”Gadis ini benar-benar!”
“Siswa sekolah tidak ada yang tau jika kalian berpacaran”
“Kurasa itu tak akan pernah terjadi”
Amber membuka mulutnya heran. Tapi kemudian dia mendesah dan merangkul pundak Dahee, sambil mendekatkan mulutnya pada telinga gadis bermarga Kim itu.
“Seberapa besar cintamu pada Oh Sehun? Kenapa kau menerima Sehun waktu itu?”
Tepat saat pertanyaan Amber barusan meluncur, Dahee segera membuka kedua matanya. Memandang lurus kedepan, sebelum akhirnya menatap amber yang tengah tersenyum miring kearahnya.
Namun, alih-alih menjawab dia justru bangkit dan pergi dari sana meninggalkan Amber dan Jiyeon yang saling mengangkat kedua bahunya acuh.
Dahee bahkan tidak mempedulikan Jiyeon yang mengumpat dibelakangnya. Dia terus melangkah dengan tatapan datarnya. Ucapan Amber barusan terus terngiang diotaknya. Ada rasa cemas saat membayangkan kalimat itu. Perasaan tertahan yang terus menggerayangi pikirannya.
Saat pikiran itu terus berputar diotaknya, seseorang tiba-tiba muncul dan menghentikan langkah kakinya. Dahee menatap orang itu kaku. Oh Sehun, benar-benar mengejutkannya dengan hadir disekolah sebagai murid baru. Mereka sama-sama terdiam sebelum akhirnya Dahee kembali mengambil langkah.
“Tentang hubungan ini”
Namun sebuah perkataan yang terdengar datar dan pelan dari suara berat orang itu membuatnya berhenti melangkah. Dahee menoleh.
“Aku tau” ucapnya “aku tidak akan mengatakan apapun” lanjutnya. Dan kenapa dia berharap Oh Sehun akan memanggil namanya saat ini?
* * *
Jongin duduk seorang diri diujung kafetaria. Menikmati makan siangnya dengan sedikit malas. Ia hiraukan tatapan-tatapan para gadis disana. Menjengkelkan! Pikirnya. Terkadang, Jongin risih dengan tatapan-tatapan itu. Dia tidak pernah berniat meladeni mereka. Termasuk…
“Selamat siang Kim Jongin”
Park Jiyeon bersama kedua temannya itu tersenyum lebar kearah Jongin. Ia berhenti dimeja Jongin sementara kedua temannya itu sudah berlalu kemeja lain.
“Semoga harimu menyenangkan” gadis itu meletekkan satu cup vanilla latte dimeja Jongin. Kemudian pergi dengan Senyum yang tidak pernah hilang dari wajahnya. Namun Jongin tidak pernah berniat sekalipun membalasnya.
Jongin tidak pernah ingin menghiraukan Park Jiyeon, tapi gadis itu selalu muncul dengan senyum tigajarinya. Dia selalu menyapa Jongin dengan riang. Bukan tidak pernah Jongin mendengar Jiyeon mengatakan jika dia menyukainya. Tidakkah gadis ini konyol? Pasalnya dibanding penggemarnya yang lain, hanya Jiyeon yang selalu muncul terdepan. Memuji Jongin dengan kalimat-kalimat yang ugh! So Chessy..
“Dari Park Jiyeon lagi?” Kini tiba-tiba Luhan muncul dihadapan Jongin lengkap dengan menu makan siangnya.
Jongin menatapnya datar “ambil jika kau mau”
“Hey! Dia akan terluka jika tau itu”
“Aku tidak peduli”
Sementara itu dimeja yang lain. Amber memperhatikan Luhan dengan tatapan jengkelnya. Hal itu tak luput dari perhatian Jiyeon.
“Hey! Jangan membenci orang lain sampai seperti itu” serunya sambil melahap makanannya. “Bagaimana jika nanti perasaan bencimu itu berubah jadi cinta”
Amber mendelik kesal kearah Jiyeon
“Tidak akan. Dia sudah melukai harga diriku, kau tau!”
“Ugh! Berlebihan!” Balas Jiyeon sambil memutar kedua bolamatanya.

“Dahee kau benar-benar tidak tau jika Sehun akan pindah kemari? Sehun tidak bercerita padamu?” Jiyeon merupakan orang yang memiliki rasa penasaran yang sangat besar.
Masih terus terdiam dengan segelas cappuccino dihadapannya, Dahee tidak merespon pertanyaan Jiyeon. Ia hanya terdiam kaku. Menyuruput minumannya kemudian bersandar pada kursi dengan tangan yang terlipat didada.
“Sudah kubilang Oh Sehun itu penuh kejutan” sergah Amber sambil menyeruput ice lemon teanya. “Bahkan 6 bulan lalu, ia membuat kita terkejut bukan main saat meminta Dahee menjadi kekasihnya” lanjutnya



TBC

Maaf kalo jelek. Ini cerita klise sebenernya. Tapi aku kemas melalui jalan ceritaku sendiri. Ohh sorry for typo! Yang sudah bersedia baca, terimakasih dan silahkan dikomen! 🙂

35 respons untuk ‘Story Of Us (Chapter 1)

  1. indyalda berkata:

    huhuu T.T iyaiyaa.. tapi biasanya kan rutin gituuu sabtuminggu publishnya.. padahal chptr 3 sama 4 udh ada :D.. makasih yaa udah setia nunggu 🙂
    jadi takut pada lupa euyy sama cerita inii T.T

  2. Natsuya berkata:

    Hayy Indy a~
    waa baru nemu ff qm yg ini, knp sih ff qm daebak?:”
    aq nongol dsni jg yaa~
    yg aq bayangin prtmakali pas baca ff ini adl Amber yg pake seragam sekolah, blouse+blazer+rok?? Gakebayang gmna rupanya Amber,,
    lanjut baca yaa- fighting Indy~

  3. mrs.kim96 berkata:

    Hai kak jangan bosen ya aku nongol dimana mana. Abisnya ceritanya bikin penasaran buat dibaca. Sambil nunggu dapet pw. Aku baca yang lain. 🙂

Tinggalkan Balasan ke ParkJudit Batalkan balasan